Prolog
Pukulan demi pukulan tetap di layangkan oleh remaja laki-laki yang kemungkinan berusia 15 tahun itu pada matanya sendiri. Dan entah kenapa semakin lama pukulannya semakin kuat saja.
Remaja itu bahkan mengabaikan kedua matanya yang mulai memerah serta terasa sakit. Ia masih setia menyakiti matanya sendiri.
Hingga, suara teriakan keras yang berasal dari sepuluh meter dari sampingnya, membuatnya langsung menghentikan kegiatan memukuli mata.
"Hya! Pergi! pergi! Atau aku benar-benar mengiris tanganku sekarang! Pergi!"
Remaja laki-laki itu nampak membuka mata lebar, melihat ke arah orang-orang yang berkerumun dan salah seorang perempuan yang tubuhnya di selimuti bayangan hitam di sana.
"Dia ...," Remaja itu terpaku di tempat, tak tau apa yang harus di lakukan. Matanya kembali melihat yang tak ingin ia lihat. Ia sangat takut. Takut bayangan kematian itu terjadi tanpa ia bisa melakukan apa-apa.
Huft, perasaan menyebalkan. Sepertinya bocah laki-laki ini memang harus pergi saja. Sehingga ia tak akan menanggung sesal lagi dan lagi nanti.
"Aku akan memotong tanganku!" Teriakkan keras yang kembali terdengar, dan hal itu suksek membuat keputusan untuk pergi bocah laki-laki ini goyah, dan dia malah berlari mendekat. Tidak perduli resiko apa yang kemungkinan ia dapat.
"Wanita itu sepertinya depresi."
"Iya, katanya suaminya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri."
"Dia tetanggaku. Benar dia depresi. Aku sudah menghubungi suaminya."
Bisikan-bisikan seperti itu lah yang dapat remaja laki-laki ini tangkap saat sudah berada di belakang kerumunan. Dan membuat langsung paham akan situasi di sana.
Tubuhnya yang tinggi _meski baru duduk di bangku smp_, membuat remaja itu dapat melihat ke arah depan tanpa harus bersusah payah ber jinjit.
Asap hitam itu makin pekat saja di penglihatan remaja laki-laki ini. Jujur saja ia ingin sekali mendekat dan menge-check apa benar perempuan itu akan mati dengan cara tersayat pisau.
"Aku akan mengiris tanganku ..." Ancaman wanita itu _seraya menodongkan pisau tajam kearah orang-orang_ langsung terhenti, tepat saat salah seorang pria menendang tangan sang wanita hingga pisau ditangan itu terhempas jauh ke trotoar.
Takkkk...
"Hya! Apa yang kau lakukan, aku ingin menyayat tanganku!" Teriakan tak terima sang wanita tak diperdulikan semua orang. Termasuk pria yang menendang tadi, yang sekarang malah mencekal kedua tangan wanita dari belakang.
Remaja laki-laki itu pikir setelah pisau terhempas, bayangan hitam akan menghilangkan, ternyata ia salah, karena bayangannya sudah membesar dan menghitam pertanda jika ajal akan segera menjemput sang wanita.
Tanpa pikir panjang, Remaja laki-laki itu membelah kerumunan dan menghampiri wanita yang masih tampak marah-marah itu.
Skat ... Skat ...
Kejadian demi kejadian sontak berputar di penglihatan remaja laki-laki itu tepat saat ia mengulurkan tangan menyentuh bayangan hitam sang wanita.
"Shhh ... tidak ...," Remaja laki-laki itu melihat kejadian kematian yang akan wanita itu alami. Dan jelas ajalnya bukan berakhir dengan sebuah pisau. Melainkan dengan kecelakaan maut yang akan membuat wanita itu mati dalam sekejap.
"Kau akan tetap mati ...," Ucap Remaja itu pelan, seraya menarik tangannya sendiri tidak kuasa melihat bayangan kematian itu. Ia juga tidak perduli semua orang nampak menatapnya aneh.
"Apa maksudmu?" Tanya wanita itu dengan nada sewot. Merasa tak terima dengan apa yang bocah di depannya ini utarakan. Jujur saja wanita ini hanya berniat pura-pura bunuh diri, agar suaminya yang selingkuh bersimpati dan kembali kepadanya. Siapa juga yang berniat mati, wanita ini masih mencintai dunia lhoh.
"Kau akan mati ..." Remaja itu mengangkat pandangannya, menatap lurus pada sang wanita. Mencoba meyakinkan bahwa ia tidak berbohong. "... Di sana." Lanjutnya seraya menunjuk kearah jalanan ramai di depan sana. Dalam penglihatannya dia akan mati di jalan raya.
"Sudah ya nak, kau pergi saya. Aku akan pastikan wanita ini tidak akan bisa menyakiti diri lagi. Okay." Pria yang mencekal kedua tangan wanita itu menasehati, agar tidak berkata yang tidak-tidak.
Remaja laki-laki membuka mulutnya hendak kembali berbicara, tapi tidak jadi, ia menahannya. Sepertinya percuma ia menjelaskan lebih jauh. Setidaknya ia sudah mencoba.
Orang-orang yang berkerumun, termasuk remaja laki-laki ini mulai melangkah pergi. Tapi tiba-tiba,
Dukk ...
"Arghh!" Teriakan keras, di ikuti ringisan pria yang menahan sang wanita. Sepertinya wanita tadi menendang alat vital pria, terlihat dari sang pria yang membungkuk kesakitan.
Wanita itu meloloskan diri,
Dan,,
Brakkk ...
Benar saja bunyi tabrakan keras langsung terdengar, saat wanita tadi berlari ke tengah jalan _hendak kabur_.
Wanita tadi terlempar cukup jauh ke depan, setalah bersentuhan dengan bagian depan truk. Tubuhnya yang langsung menghantam aspal kuat, membuat bagian kepalanya langsung retak dan mengalir darah. Wanita itu jelas mati, tepat seperti bayangan remaja laki-laki itu.
Lagi-lagi, remaja laki-laki ini sadar, jika takdir tuhan tidak ada yang bisa mengubah.