Larasati
Larasati adalah seorang gadis biasa yang berasal dari pekanbaru. Lara adalah gadis biasa yang terbilang cukup muda. karna saat ini ia masih berusia 24 tahun.
hari ini lara akan berangkat ke jakarta guna mencari kerja untuk menambah biaya kehidupan orang tua dan adik2 nya dikampung.
"mak dengan aba jaga diri baik2 ya. lara akan cari kerja buat kita." lara memeluk kedua orang tuanya dengan tersenyum karna tak ingin menunjukkan kesedihannya.
"kalian juga jangan bandel. nurut sama mak dan aba. belajar yang bener biar jadi orang sukses nanti" ucap lara pada adik2nya
"iya kak. nanti kakak sering-sering pulang ya dan bawakan iki makanan yang banyak" iki adalah adik bungsu lara. lara memiliki 3 orang adik. heri anak kedua. lili anak ke tiga. dan iki sibungsu anak ke empat. berpisah sementara demi kelangsungan hidup yang sebenarnya tak kurang juga tak lebih. hanya saja lara ingin membantu orang tuanya untuk membiayai sekolah adik2 nya.
sesampainya dijakarta ia langsung mencari kost-kostan dengan melihat lokasi melalui maps, karna sibuk melihat ponselnya tiba2 datang seorang laki2 yang menjambret hp serta tas nya.
"tolong tolong. jambreet" teriak lara sambil mengejar jambret itu. tapi lara kehilangan jejak.
lara duduk di bangku taman. menangis karna tak tau lagi harus kemana. sedangkan sekarang dia tidak punya apa apa lagi.
"mak sekarang lara harus bagimana, apa lara akan jadi gembel disini" lara meneteskan air mata nya yang sejak tadi ia bendung.
braakkkk
lara melihat kearah dari suara itu. dan ternyata ada ibu-ibu yang tertabrak sepeda motor.
lara berlari ke arah ibu itu dan menolongnya karna pelaku telah kabur.
"ibu, ibu tidak apa-apa?"
"tak apa apa nak. hanya saja kaki saya sedikit sakit"
"mari bu saya bantu"
ibu itu mengangguk, lara membawanya ke bangku taman tempat ia duduk tadi.
lara melihat luka di kaki ibu itu lumayan parah. ia merobek sedikit rok bagian bawahnya untuk membalut luka ibu itu.
lara mendengar ibu itu menelfon seseorang untuk segera menjemputnya.
"sudah bu"
"nama kamu siapa nak"
"nama saya lara bu"
" saya risa ,kenapa kamu disini sendirian? ini sudah hampir malam apa kamu tidak pulang?"
"saya baru saja datang tadi pekanbaru buk, dan kesini untuk mencari kerja. tapi baru sampai saya sudah diberi ujian, hp dan tas saya dijambret. dan sekarang saya tidak tau mau kemana"
bu risa hanya mengangguk. dan hening sesaat.
dan tak lama kemudian orang yang ditelfon bu risa tadi datang. dan ternyata ia adalah sopir pribadi bu risa.
bu risa masuk kedalam mobil. saat lara ingin menutup pintu mobil tersebut bu risa menahannya.
"apa kamu tidak mau ikut dengan saya? tanya bu risa
" mau kemana bu?" lara bingung
"masuk saja dulu" perintah bu risa
"tapi bu.."
"jangan menolak. saya tidak suka ditolak. atau apa kamu mau dijalanan menjadi korban pemerkosaan atau pembunuhan?" ancam bu risa membuat lara takut dan pangsung memasuki mobil
"sebenarnya saya mau dibawa kemana? saya takut, apa ibu ini orang jahat, atau orang baik. dari gerak geriknya dia terlihat baik. tapi dari perkataannya nya cukup kejam membuat saya takut. ya tuhan lindungilah hamba" batin lara
tak lama kemudian mobil diparkir di sebuah mall.
"maaf buk, kita ngapain kesini?"
"mulai hari ini kamu adalah asisten saya, jadi kamu harus ikuti semua kemauan saya. oke?"
ucap bu risa dan segera turun dari mobil diikuti lara yang masih bingung.
sesampainya didalam mereka langsung menuju butik yang menjual pakaian formal dan non formal.
bu risa tampak memilih beberapa pakaian dn meminta lara mencobanya.
"kamu ikuti pelayan itu dan cobalah beberapa pakaian ini"
"tapi bu ini semua pakaian mahal. saya tidak punya uang"
"saya tidak butuh uang mu. yang saya minta kamu coba semua pakaian yang saya pilihkan ini" ketus bu risa
dengan segera lara mencoba nya satu persatu. ada beberapa yang bu risa tak suka melihat lara memakainya. semua yang terlihat indah ditubuh lara bu risa bayar.
sesampainya dikediaman bu risa, lara terpelanga melihat kemewahan rumah yang dimiliki beliau. rumah 3 tinggat dengan halaman yang sangat luas. dan terparkir beberapa unit mobil disana.
"lara. mulai hari ini kamu akan tinggal dirumah saya. dan bekerja sebagai asisten saya."
"tapi saya tak bisa masak bu"
"saya menjadikan mu asisten pribadi. bukan asisten rumah tangga. pembantu saya banyak. saya tak butuh pembantu lagi." ucap bu risa sedikit kesal
"bik rini. ini adalah lara asisten pribadi saya. dia akan tinggal dirumah ini dan layani dia seperti kamu melayani saya. katakan juga ini pada yang lainnya. dan segera antar dia ke kamar tamu yang pintu nya pink dilantai tiga" perintah bu risa pada pelayannya.
betapa kagumnya lara melihat kamar yang serba pink ini. kebetulan pink adalah warna favorit lara.
lara membereskan beberapa pakaian yang sudah dibelikan bu risa tadi lengkap dengan dalemannya.
"sebaiknya aku mandi dulu. udah lengket banget. baru nanti kedapur dan buat kopi" batin lara
saat hendak turun ke lantai dasar lara tak sengaja berpas-pasan dengan seorang laki2 yang tampan berkulit putih dan tinggi
"mboookk... mbookk sumi.." teriak lelaki itu memanggil salah satu pelayannya dan menatap heran lara
"iya den. kenapa toh teriak2?" kata mbok sumi
"dia siapa?"
"oh.. itu non lara den, asisten pribadi nyonya." kata mbok sumi menjelaskan.
"non lara, ini den brian, anak bungsu nyonya risa, yg sulung di amerika, namanya den sultan." tambah mbok sumi. lara hanya mengangguk mengerti
"cih, cupu banget" ucap brian melirik dari atas kebawah dan langsung masuk kamar
lara hanya menatap heran dan segera turun dengan mbok sumi
"hmm mbok, mas brian itu memang begitu ya orang nya?" tanya lara kepada mbok sumi yang sedang sibuk menyuci sayuran
"nggk kok non, mas brian itu baik, hanya saja tidak terlihat, sama seperti nyonya. berbeda dengan den sultan. den sultan itu seperti alm bapak, dia baik dan lembut kepada orang sekitarnya. tapi jika dia merasa orang itu jahat maka dia nggak segan2 menghancurkannya" jelas mbok sumi
"ih serem juga ya mbok," ucap lara dengan bulu tangan yang berdiri siap tempur
pagi itu suasana sarapan hening seperti biasa, lara membuka pembicaraan agar tak terasa canggung
"hmm bu risa, apa tugas saya hari ini?"
"kamu dirumah saja, tugas kamu hanya menemani saya saat saya ingin belanja, jalan2, atau bersenang2 laiinya" bu risa melirik brian yang sedari tadi menatap lara
"brian, kamu hari ini nggak ke kantor?"
"nggak ma"
"kamu temenin lara jalan2 ya"
"what? Are you serious mom? oh my god. ma, lihat lah dia begitu cupu, malu dong ma" adrian memelas melihat kearah mamanya
"dia akan mama jadikan menantu mama, dan kamu harus terbisa dengannya" ucap buka dengan nada tinggi
"maaf bu, tapi saya tidak bisa nikah dengan anak ibu, dan itu tidak mungki , saya cupu dan miskin. mana mungkin mas brian mau sama saya."
"kamu berhutang budi pada saya, jadi kamu wajib jadi mantu saya. syaa tidak menerima penolakan kamu lara"
"tapi brian sudah punya pacar ma. brian mau nikah sama eva. bukan sama si cupu ini. lagian dia baru sehari dirumah tapi kenapa mama nekat jadiin dia istri brian. bagaimana jika dia ini penipu? atau dia cwek matre yang mau saja dijodohkan secara paksa? dan.."
belum sampai ucapan brian tapi sudah di potong oleh bu risa
"cukup brian!!! lara kamu ke kamar dulu ya. seminggu lagi acara pernikahan kalian akan dilangsungkan"
lara hanya mengangguk dan beranjak pergi dengai uraian air mata
"jika kamu menolak. mama anggap kamu tak menyayangi mama lagi brian" risa pergi meninggalkan brian yang penuh amarah
"ahhhh brengsekkkk" teriak brian yang terlihat frustasi
#seminggu kemudian
"hari ini aku menikah, tapi mak dan aba tak bisa datang karna nenek sedang sakit parah. mak, aba, lara takut mas brian benci sama lara. lara takut jika nanti tak bisa menjadi istri yang baik buat mas brian. juga lara takut mak ba, tambah lagi mas brian nggak mencintai lara, dan dia juga punya kekasih yang seharusnya berada diposisi ini" batin lara
"saahhhh"
suara itu terdengar merdu namun tatapan penuh kebencian terlihat di mata brian saat menatap lara
setelah mereka menikah mereka tinggal di kediaman pribadi brian
"ini rumah pribadi saya. kamarnya hanya satu karna sebelumnya saya tak berpikir untuk menikah muda. meski kita sekamar. jangan berharap lebih atas saya.
jangan bicara dengan saya jika bukan hal penting. kamu anggap saya tidak ada, dan saya juga begitu. hidup masing2 saja meski kita satu atap bahkan satu kamar. dan satu lagi. dirumah ini hanya ada 1 orang pelayan yang bekerja dari pagi hingga sore. jadi saat kamu ingin makan malam kamu bisa buat sendiri, delivery atau makan diluar semua itu terserah kamu. paham?" ketus brian
lara hanya mengangguk pelan dan beranjak dari hadapan brian
#lara pov#
cih, pernikahan macam apa ini, saya merasa menjadi pameran utama disebuah novel. pernikahan yang tanpa cinta. lalu mereka saling membenci yang akhirnya jatuh cinta. aduh berharap apa sih kamu lara. kamu bisa saja jatuh cinta pada brian. tapi brian. mana mungkin. ah sudah lah. sekarang kamu mandi dulu dan istirahat.
setelah selesai mandi dan beres2, lara turun dari kamar dan ingin menuju dapur membuat segelas kopi, namun ia melihat suaminya berduaan dengan seorang cewek diruang tamu,
"mas, dia siapa?" tatapan lara sendu
"dia pacar saya, namanya eva." tanpa menatap lara
"tapi kenapa kamu bawa perempuan lain kerumah kita mas?" lara masih menahan air matanya
"ini rumah saya, saya berhak bawa siapa saja kerumah ini, jangan coba2 mengatur saya" brian kesal
"tapi mas, saya istri kamu. dan kamu eva. apa kamu nggak punya harga diri sampai2 mendekati suami orang?"
"eh bangsad. kamu yang ngerebut brian dari saya. yang harus nya jadi istri brian tu saya. bukan jalang seperti kamu" ucap eva yang meninggi
"beib aku pulang dulu. aku malas berdebat dengan orang kampung. pasti tak kan habis" eva memberi cipika cipiki kepada brian yang disaksikan oleh lara.
brian hendak naik ke atas menuju kamar. tapi lara menahannya.
"brian tunggu" tahan lara
"jangan pernah menyebut nama saya! saya sangat membenci mu" ucap brian dengan menatap lara yang sedang menangis
"tapi apa salah saya brian? saya ini istrimu. jangankan untuk mencoba menerima,menghargai adanya saya saja kau tidak bisa" lara pergi ke dapur tanpa menatap brian
jujur saja saat itu hati lara sangat terluka. karna dengan sengaja brian membawa pacarnya eva kerumah.
lara membuat kopi kesukaannya dan pergi ke balkon tempat yang cocok untuk ia menyendiri.
sudah satu bulan mereka hidup layaknya tak saling lihat tak saling kenal.. seperti tidak ada siapa2 disisi mereka.
sekarang lara bekerja sebagai waiters disebuah cafe yang nggak jauh dari rumahnya. hingga ia tak perlu memikirkan ongkos. meski brian slalu meninggalkan uang diatas meja riasnya, ia tak pernah mengambil uang itu sepersen pun. ia hanya menyimpannya ke dalam laci meja saat menemukan uang di atasnya.
#brian pov#
"belakangan ini sicupu jarang dirumah. kemana dia pergi? apa dia pergi bersama pacar nya? cih apa sih yang aku pikirkan. sejak kapan aku peduli apa yang dia perbuat. tapi ini sudah hampir jam 12 malam. kenapa dia belum pulang? merepotkan sekali anak itu"
tak lama terdengar suara pintu dibuka. brian yang duduk di ruang tamu meliriknya
"dari mana kamu" tanya brian datar
lara diam saja tak menjawab, dia langsung naik ke kamarnya dan kembali turun untuk membuat kopi kesukaannya.
"hei. saya nanya kamu dari mana? ketus brian agak teriak, karna jarak ruang tamu dan dapur sngat dekat
lara tetap diam seolah tak mendengar
" s**t!! sini kamu!!" brian dengan tiba2 ke dapur dan menarik paksa tangan lara dan mendudukkannya ke sofa ruang tamu
"apa apaan sih mas" rintih lara kesal
"kamu yang apa apaan. saya bertanya kamu dari mana? tapi kamu nggak menjawab. seolah tidak ada saya disini" bentak brian
"bukannya mas sendiri yang meminta saya agar seolah2 tak melihat tak mendengar! kenapa sekarang malah mas brian yang marah2 karna saya menuruti keinginan konyol mas brian ini? lagian sejak kapan mas peduli saya dari mana? bukannya itu nggak penting buat mas? mata lara mulai memanas
" saya suami kamu! saya berhak tau kemana kamu dan dengan siapa kamu. atau jangan2 kamu punya selingkuhan diluar sana. hingga kamu sering pulang tengah malam begini?"
"cukup mas!! saya bukan kamu yang mempunyai pacar meski sudah menikah. saya punya harga diri.!!"
lara beranjak dan mengambil kopi yang tadi belum sempat ia minum lalu segera kekamar dengan perasaan yang menggebu gebu
#lara pov#
"laki laki macam apa yang menikahi saya? benar2 keterlaluan. saya hampir saja habis kesabaran menghadapinya. sok bertanya dari mana saya. cih! ya jelas saya kerja untuk menghidupi hidup saya dan keluarga saya dikampung. berani2 nya dia menuduh saya akan hal keji itu."
#brian pov#
"kemana kamu sebenarnya cupu. saya penasaran. apa kamu pergi ke club2 dan menghabiskan uang yang sengaja saya tinggalkan diatas meja setiap hari untuk melihat kamu perempuan baik2 atau sama saja dengan perempuan matre diluar sana? "
weekend ini sengaja brian pakai untuk mengajak lara menemaninya. ia ingin melihat seberapa matre perempuan itu. sekalian ia ingin cari kado ulang tahun untuk mamanya.
"hmm cupu. hari ini kamu tidak kemana2kan?" tanya brian agak malas
"ya" jawab lara singkat
"temenin saya ke mall. ada yang ingin saya beli untuk kado ulang tahun mama"
"tidak" ketus lara
"ini mama yang minta" bohong brian demi kelancaran misinya
lara hanya menatap sinis suaminya itu
dan berganti pakaian.
"yasudah ayo sekarang. sore nanti saya ada urusan diluar"
mereka pun berangkat. sesampainya disebuah mall brian dan lara menuju toko perhiasan.
"kira2 mana yang cocok untuk mama ya?" tanya brian
"kayaknya yang ini deh mas, satu set, simple tapi elegan. cocok untuk bu risa" lara terlihat kagum melihat perhiasan itu.
"oke. lalu kamu mau yang mana?" dengan cepat lara menggeleng
"saya nggak mau mas" senyum lara kepada brian yang terlihat kaget. ya perempuan mana yang tak suka dengan perhiasan.
"kamu yakin nggak mau? saya bayarin lho. saya kan suami kamu"
"yakin mas." lagi2 lara terenyum membuat brian hampir khilaf dengan perasaannya
#brian pov#
"apa yang saya pikir selama ini salah? apa dia bukan perempuan matre seperti yang aku katakan selama ini? dari tadi berkeliling mall tapi tak satu pun saya mendwngar permintaannya. tapi tunggu. apa itu eva?
shit!!" ya saya melihat eva bersama lelaki lain di restoran mall itu"
"lara apa itu eva? atau saya yang salah lihat?" lara seperti mencari keberadaan eva dan dia terlihat kaget
"lho mas. iya itu mbak eva mas. dia sama siapa? kok gandengan gitu"
"ayo lara kita makan dan duduk agak dengat dengan mereka agar kita tau apa pembicaraan mereka"
"tapi mas nggak baik menguping pembicaraan orang" lara agak sedikit takut. takut ketahuan
"udah kamu ikut aja.ayo"
kini mereka duduk tak jauh dari eva duduk.
"sayang. nanti beliin aku tas gucci ya. tas aku udah seminggu ga ganti nih" ucap eva dengan manja yang bersandar di bahu lelaki itu
"tentu sayang. asal kau mau bermalam denganku. maka apa pun yang kau minta akan ku penuhi" ucap lelaki itu dengan tatapan nafsunya kepada eva.
sementara itu
"wah gila. tas baru seminggu dipake udah minta ganti. apalah daya saya yang tas nya udah dipake bertahun2 pun tak kan diganti jika masih bagus" lara sedikit memelas
" kamu kenapa malah fokus ke bagian tas nya si cupu" ucap adrian bisik2
"ya aneh aja mas. tapi mas gapapa?" bisik lara
"saya gapapa. ayo kita pulang. nanti mampir beli makanan ditempat lain saja. takut kita ketahuan" brian menggenggam tangan lara tanpa sadar membuat jantung lara seolah berperang
diperjalanan mereka saling diam, tak sadar sampai disebuah restourant
"kamu mau makan apa?" tanya brian membuka pembicaraan
"apa aja mas. asal jangan yang mentah2"
"oke" brian keluar dari mobil dan masukkerestourant itu
#bagai mana guys? ceritanya lanjut apa nggak ya? agak berantakan sih. karna ini pertama kalinya menulis di sebuah aplikasi. agak deg2an. maklumi ya. kira2 lanjut nggak ya? responnya dong teman2 ? terimakasih sudah membaca#