Kesedihan Keluarga Aisyah

1518 Words
Beberapa saat setelah kepergian Siti dan Faris, Aisyah bangun dari pingsannya setelah Fatih memberikan minyak kayu putih pada hidungnya. Dirumah sudah ada Sarah, tadi diperjalanan kerumah sakit Faris sempat menghubungi Rasyid dan Ibam. Tentu mereka semua syok. "Gimana kepalanya sakit dek" tanya Sarah. "Sedikit mbak, Umi dan Abi kemana mbak" tanya Aisyah. "...." "Mbak jadi yang tadi bukan mimpi, Aisyah mau kerumah sakit mbak" kata Aisyah sambil menangis. "Kamu tenang dulu ya dek, setelah kamu tenang baru kerumah sakit" kata Fatih. "Gimana Una bisa tenang mbak, Abi kecelakaan Karena Una mbak karena Una" kata Aisyah sambil menangis kencang dan memukul dirinya sendiri. "Istigfar dek istigfar dek, jangan sampai setan menguasai dirimu." kata Sarah menenangkan Aisyah. Setelah 20 menit menangis, Aisyah akhirnya tenang tapi pandangan Matanya kosong seperti tidak ada semangat hidup. Mereka memutuskan untuk pergi kerumah sakit. . . . "Mi gimana keadaan Abi" tanya Aisyah yang baru datang sambil menangis. "Abi baik kok sayang. Jangan khawatir" jawab Siti bohong. "Umi bohong, Una tau kalau Abi baik baik aja kenapa dokter belum keluar" kata Aisyah sambil memukul dadanya. "Sudah sayang jangan sakiti diri Una sendiri. Istigfar istigfar nak Abi sebentar lagi akan siuman kok" kata Siti menenangkan Aisyah. Tiba- tiba Ibam sekeluarga datang dari Bandung. Penampilan mereka berantakan yang menandakan mereka tidak bersiap-siap ke sini. Pakaian kerja Ibam masih terpasang dengan berantakannya. "Ini salah Una mi, se-seharusnya Una gak minta Abi untuk beli roti bakar, se-seharusnya U-Una suruh Abi pu-pulang" kara Aisyah sambil menangis keras. Tiba-tiba Ibam langsung memeluk Adiknya tersebut. Dia tau Aisyah pasti sangat terpukul dengan kajadian ini. "Udah sayang, bukan salah Una. Oke bukan salah Una" kata Ibam menenangkan. "Ini salah Una mas, i-ini salah Una, kenapa enggak Una aja yang kecelakaan kenapa gak Una yang ada disitu. Kenapa eng-" kata Aisyah yang terus menyalahkan dirinya. "Cukup, jangan salahan diri kamu. Ini takdir Allah dek. Jadi jangan bilang gitu lagi" bentak Rasyid. Karena bentakan itu membuat semua yang ada didepan kamar rawat Salman terdiam. Aisyah yang dibentak tambah takut dan diam dipelukan Ibam. Tiba-tiba dokter keluar. "Dengan keluarga bapak salman" tanya dokter laki-laki yang masih muda yang baru saja keluar dari ruangan Abi" "Iya saya istrinya. Bagaimana keadaan suami saya dok" tanya Siti khawatir. "Keadaannya benar-benar kritis buk, karena banyak kehilangan darah. Sekarang pasien sedang dalam keadaan koma. Pasien memang koma tetapi dia bisa mendengar. Jadi saya minta tolong jangan menangis, ataupun berdebat didepannya" jelas dokter muda yang bernama Muhammad Arpan. "Iya dok, kami mengerti. Terima kasih dok" jawab Siti langsung lemas. "Saya akan kesini 1 jam yang akan datang. Banyak-banyak berdoa bu, semoga Allah memberikan kesembuhan untuk bapak Salman. Saya permisi dulu buk" kata Arpan sambil meninggalkan ruangan Salman. . . Aisyah yang mendengarkan ucapan dokter itu hanya bisa menyalahkan dirinya. Jika saja dia tidak menyuruh Abinya membeli roti bakar pasti ini tidak akan kejadian. Tanpa dia sadari sesungguhnya segala sesuatu yang terjadi dimuka bumi ini atas kehendak Allah. Jika sudah ditakdirkan maka bagaimanapun menghindar tidak akan pernah bisa. . . . . . Suasana yang sangat sunyi, tidak ada candaan, tidak ada godaan dan tidak ada senyuman dari keluarga Aisyah seperti biasanya. "Una ingat jangan menangis didepan Abi. Harus kuat tidak boleh melihatkan kesedihan didepan Abi" kata Ibam mengingatkan ucapan dokter muda tadi. "Una mau nya juga gitu mas, ta-tapi bagaimana Una bisa kuat melihat Abi yang tertidur lemas dengan banyak alat ditubuhnya" jawab Aisyah yang masih menangis. Sudah lama Aisyah menangis, jika ada batas air matanya maka sudah pasti batas itu telah dilaluinya. "Dek kamu jangan cengeng. Bersifat dewasa sedikit saja, jangan memperburuk keadaan" sambung Rasyid dengan suara meninggi. Dikeluarga Salman Alfarisi memang unik dengan sifat anaknya yang berbeda-beda. Seperti Ibam yang lebih dewasa dan memahami semua keluarganya. Kemudian Faris yang tidak banyak bicara tapi semua bisa dimengerti dari kelakuannya dan ekspresi tubuhnya , kemudian Rasyid yang lebih banyak bicara dan juga berwatak keras dari yang lainnya. Yang terakhir Aisyah yang manja, cengeng, lemah dan selalu bergantung dengan saudaranya. "Ras jangan keras dengan Aisyah. Berikan dia waktu untuk bisa menerima keadaan ini" kata Faris mencoba menenangkan Rasyid. "Bagaimana aku bisa tenang bang, disini kita harus sama-sama dewasa untuk mengerti keadaan kita bukan anak kecil lagi" balas Rasyid yang sudah mendudukan dirinya dikursi tunggu didepan kamar Salman. "Harusnya kamu yang mengerti keadaan Ras, kamu tahu Una kamu seperti apa tapi kamu malah membentaknya dan seakan-akan kamu yang lebih mengerti situasi" kata Ibam yang mulai sedikit emosi. "Kalau dia dimanjakan terus, bagaimana dia bisa menerima keadaan" sambung Rasyid cuek. "Ucapan kamu dijaga Rasyid, abang sudah dari tadi menahan emosi" kata Faris jengkel dengan kelakuan Adiknya itu. "Sudah jangan sampai emosi mengusai diri kalian" sambung Ibam menghentikan perdebatan. "Mas jangan bersikap seperti itu, istigfar istigfar mas" kata Sarah menenangkan suaminya. Aisyah mendengar perdebatan kecil saudara laki-lakinya hanya bisa pasrah dan manangis. Perdebatan itu terjadi karena dirinya. Tiba-tiba Aisyah melepaskan pelukan Ibam dan pergi meninggalkan kamar rawat Abinya. "Dek kamu mau kemana" tanya Ibam khawatir. Disaat ibam ingin mengejarnya, Rasyid menahan tangan Ibam. "Biarkan dia menenangkan dirinya dulu mas" kata Rasyid yang mulai lemas "Iya mas, Aisyah butuh waktu sendiri dulu" sambung Asih menenangkan suaminya. Siti hanya bisa diam melihat perdebatan kecil anak-anaknya. Tidak ada tenaga untuk menenangkan anak-anaknya lagi semua sudah terkuras kedalam pikiran yang sudah ingin meledak dan mengeluarkan isinya. . . . Aisyah tidak tahu harus kemana lagi, dia hanya ingin berteriak dan melepaskan semua beban pikiran yang ingin meledak. "Jika ada masalah, pergilah menemui Allah. Adakah yang lebih bisa menenangkan hati dibandingkan Allah" kata seseorang laki-laki berjas putih. Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan dengan sabar dan shalat; sesungguhnya Allah adalah beserta orang-orang yang sabar(Qs.Al-baqarah/2:153) "Yaitu) orang-orang yang apbila menimpa kepada mereka suatu musibah, mereka berkata: Sesungguhnya kita ini dari Allah, dan sesungguhnya kepadaNya­lah kita semua akan kembali"(Qs Al-baqarah/2:156) Aisyah hanya diam tidak menjawab, Aisyah tau betul firman Allah. Bukannya dia tidak tahu tapi dengan adanya musibah ini tiba-tiba ayat itu hilang entah kemana. Bumi yang dipijak serasa menjadi lebih lembut dan bergoyang. Kemudian laki-laki itu beranjak pergi mulai meninggalkan Aisyah yang duduk di kursi taman rumah sakit. "Jika kamu menangis, apakah ayahmu akan senang. Tentu jawabannya tidak bukan. Maka behentilah egois dan lari dari kenyataan, ajal tidak ada yang tau kecuali Allah" sambung laki-laki berjas putih tadi sebelum benar-benar pergi meninggalkan Aisyah. Aisyah merasakan dirinya telah lama dikuasai oleh setan yang berhasil menggodanya untuk menyalahkan takdir Allah. Kemudian Aisyah melangkahkan kakinya menuju tempat pertemuan dengan Allah. Aisyah mengambil wudhu dan mulai melaksanakan shalat sunnah mutlak. Selesai shalat aisyah berdoa kepada Allah. "Ya robbi, ampuni dosa hamba karena mengeluh dan menyalahi takdirmu. Maafkan hamba terlalu berlebihan dalam bertindak. Hamba memohon agar engkau berikan kesembuhan untuk Abi hamba, berikan kekuatan untuk keluarga hamba dalam menghadapi cobaan mu ini. Amin ya rabbalalamin" Setelah Aisyah berdoa kepada Allah. Hatinya sudah tenang dan lega. Tanpa pikir panjang Aisyah berlari pelan menuju keruangan Abinya. "Assalamualaikum bang" kata Aisyah memberikan salam kepada Rasyid" "Walaikumsalam" jawab Rasyid cuek. "Bang Una minta maaf karena sikap egois dan kurang dewasanya Una" kata Aisyah gemetaran. Rasyid yang terkejut dengan sikap adik kesayangannya langsung menarik tubuh Aisyah dan menenggelamkan kedada bidang miliknya. "Harusnya abang yang minta maaf karena membentak Una. Maafkan abang yang kurang dewasa dan kurang mengerti dengan keadaan Una" kata Rasyid sambil mengelus pelan kepala Aisyah yang ditutupi khimar. "Iya bang, kita sama-sama salah. Kalau Abi tau abang bentak Una pasti abang udah dijewer" kata Aisyah tersenyum kecut. "Iya, sekarang Una masuk kedalam. Berikan senyuman termanis untuk raja kita" sambung Rasyid sambil tertawa pelan. Rasyid membawa Aisyah masuk kedalam kamar Abinya, didalam terdapat Siti dan Faris sedangkan Ibam, istri dan anaknya pulang kerumah untuk membersihkan diri. Karena kondisi yang koma, pasien hanya boleh dijenguk oleh maksimal 2 orang. Siti dan Faris keluar ruangankemudian masuklah Aisyah dan Rasyid. "Assalamualaikum Abi" salam Aisyah ceria. "...." "Abi jangan tidur teruslah, katanya mau lihat Una nikah kan, Mau lihat Una pakek baju pernikahan. Nantik Una kayak bidadari deh" kata Aisyah yang menahan air matanya. "...." "Abi tau nggak, Una sangat bahagia dengan pilihan Abi. Dia itu pemain bola idola Una. Kayak sinetron gitu ya bi" kata Aisyah dengan tertawa yang dipaksakan. "..." "Abi tidur karena capek kan, nanti kalau Abi udah gak capek lagi Abi bangun yah" sambung Aisyah. "...." "Abi harus ngantar Una kerja. Una malas pergi dengan bang Rasyid, dia telat terus ngantarnya. Karena abang Una udah 3 kali kena marah sama om Ahmad. Makanya Abi bangun yah. Kalau enggak Una naik motor sendiri aja bi. Boleh yah" kata Aisyah dengan hebohnya. "...." "Hahahaha, Una bohong bi. Una gak akan naik motor. Pasti Abi mau jewer abang Rasyid kan"tanya Aisyah. "...." "Ih Una ngadu aja sama Abi. Kapan abang telat jemputnya. Bohong bi. Una bohong" bela Rasyid tiba-tiba. "...." Rasyid yang mendengar ucapan Aisyah hanya bisa menahan tangisannya. Tidak lucu seorang laki-laki menangis. Tapi jika bukan didepan Abinya Rasyid sudah pasti benar-benar menangis. Tiba-tiba 2 orang masuk kedalam ruangan. Yang satu memakai jas berwarna putih dan yang satunya memakai baju berwarna biru. "Permisi, boleh keluar sebentar. Dokter ingin memeriksa kondisi pasien" kata perempuan yang memakai baju warna biru yang dikenal dengan profesi perawat "Iya silahkan" kata Rasyid yang mengajak Aisyah keluar ruangan. .
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD