Khitbah

2058 Words
Aisyah pov Sesuai dengan kesepakatan dari kedua belah pihak keluarga. Hari ini akan datang laki-laki yang mengkhitbahku. Jujur perasaan ku tak tentu arah, gugup dan gelisah menjadi suatu perpaduan yang serasi. Sebelum melangkah jauh aku sudah melakukan shalat istikharoh berulang-ulang kali. Shalat ini kulakukan untuk meminta petunjuk kepada Allah atas pilihan kedua orang tuaku. Memang aku belum bertemu dengannya dan aku tidak tau siapa dia. Sebelumnya aku memberanikan melihat sekilas CVnya dan juga  foto masa kecilnya, dari foto itu sepertinya wajah tak asing bagiku. Tapi sungguh ketidak tenangan itu datang padahal sebelumnya tidak pernah merasakan hal ini. Tapi Allah akan senang tiasa memberikan ketenangan hati kepada hambanya yang selalu mengingatnya dan melibatkannya dalam keadaan apapun. Aku tidak tau apa yang aku rasakan. Yang penting apapun yang aku putuskan semoga hati ini yang akan menjadikan kunci jawaban atas apa yang akan aku jawab nanti. Aisyah Pov end Suasana dikediaman keluarga Salman tampak lebih ramai dibanding biasanya. Suasana ini dikarenaka akan adanya acara lamaran kepada anak bungsu keluarga tersebut. Anak bungsu yang dinanti-nantikan kelahirannya dulu dan manjadi perempuan kedua yang ada dihati Salman. "Ya Allah Una sayang kenapa belum ganti baju" kata Fatih sambil menggendong anaknya. "Hehe bentar lagi mbak"jawab Aisyah gugup. "Mbak tau yang kamu rasakan, dulu mbak juga gitu waktu bang Faris ngelamar. Bahkan gak bisa tidur. Gelisah, takut, pemikiran negatif dan masih banyak hal-hal.gak baik dalam benak mbak karna mbak sama sekali gak kenal sama bang Faris. " kata Fatih sambil menenangkan Aisyah. "Aduh kenapa pada ngobrol, cepat ganti baju calon suami Una mau nyampai lo"sambung Sarah yang datang tiba-tiba. "Bukan ngobrol Sarah, aku lihat dia gugup. Makanya aku kasih sedikit pengalaman" kata Fatih sambil ketawa. "Iya mbak , Sarah tau kok. gugup itu hampir semua yang mengalaminya. Tapi ingat Abi sama Umi tidak akan memberikan yang buruk untuk anaknya"sambung Sarah. "Iya iya, Una ngerti kok. Sekarang Una enggak gugup lagi. Sekarang mbak-mbak Una yang cantik keluar yah. Una mau ganti baju"kata Aisyah sambil menyuruh mbaknya keluar. "Iya, cepat ya ganti bajunya. Gak usah dandan yang cantik cantik banget. Dia belum menjadi suami Una. Jadi belum berhak cantik Una untuk nya. Kecuali sudah ijab kabul" kata Fatih mengingatkan Aisyah. "Iya mbak sayang"kata Aisyah mengerti. Hari ini Aisyah memakai baju hijau dengan khimar dan niqab warna hitam. Penampilannya tidak terlalu berubah karena Aisyah ingin tampil apa adanya dan tidak berlebihan. Karna apa Allah tidak menyukainya sesuatu yag berlebihan. . . "Mas udah siap-siap belum" tanya Asri dari ruang keluarga. "Udah bu, tunggu sebentar" jawab Hasan dari kamar. "Anak Ayah gagah ya, kayak Ayah dulu waktu datang kerumah ibu" kata Aryo sambil ketawa. "Udah yah, gak usah ingat-ingat yang dulu" sambung Asri sambil memukul lengan Aryo pelan. "Jangan gugup gitu lah mas, kalau kamu nantik ditolak Ayah akan paksa mereka menerima lamaran kamu" kata Aryo untuk menghilangkan kegugupan Hasan. "Ayah gak boleh gitu, kalau ditolak ya wes mungkin belum jodoh. Atau mungkin jodoh mas bidadari surga lagi" kata Hasan sambil ketawa. "Ni anak sama Ayahnya malah ngobrol gak jelas gini. Udah cepat nantik kita terlambat datang, itu pakde rahmat udah nunggu didepan" sambung Aryo sedikit kesal. "Ibu gak boleh marah-marah nanti cepat tua" kata Hasan sambil nyengir gak jelas. "Iya iya Ibu gak marah. Ayok buruan masuk mobil" ajak Asri. "Bu Fiyah kok gak pulang" tanya Hasan didalam mobil. "Fiyah lagi sibuk dipasantren. Dia kan mau nyambung ke Al-Ahzar makanya dia sibuk persiapan" jawab Asri. Muhammad Hasan mempunyai seorang adik perempuan bernama Safiyah. Safiyah sedang menempuh pendidikan di salah satu Pasantren di Surabaya. "Gitu ya bu, mas selalu berdoa agar Fiyah bisa menjadi seseorang yang membanggakan Ibu sama Ayah. Gak kayak mas" kata Hasan dengan nada pelan. "Kamu gak boleh ngomong gitu nak, Ayah sama Ibu bangga kok kamu jadi pemain bola. Kamu memperjuangkan nama bangsa. Ingat apa yang ditakdirkan Allah itulah yang terbaik diantara yang baik" kata Aryo menasehati Hasan. "Iya Yah, tapi kan Ayah pengen mas kuliah di Thunisia dulu, padahal maskan udah lulus tapi karena panggilan untuk bermain bola mas jadi pilih main bola" kata Hasan menyesal. "Gini ya nak, kita gak boleh menyesal. Bukannya sebelum membuat keputusan kamu shalat istikharoh dulu. Dan Allah memberikan petunjuk agar kamu menjadi pemain bola. Allah memberikan kamu bakat untuk membanggakan negara" kata Aryo dengan senyuman. "Dengarin apa kata Ayah, mas gak usah menyesal sama keputusan mas. Bukankah mas sekarang sudah membanggakan negara. Ibu sangat bangga punya anak seperti mas" sambung Asri. "Iya Bu, Yah, makasih untuk selalu dukung keputusan mas dan selalu mendoakan apa yang terbaik untuk mas" kata Hasan bahagia. Selama berbincang-bincang didalam mobil, akhirnya sampai juga ditujuan mereka. . . . "Aduh Adek mas cantik sekali, tambah cinta calon suami Una ni" kata Ibam yang datang tiba-tiba. "Mas biasa aja. Kok jadi lebay gini. Gimana tau cantiknya coba Una aja pakai niqab" kata Aisyah kesal. "Walaupun kamu pakai niqab, cahaya kebaikan mu keluar kemana-mana. Itulah yang dinamakan kecantikan daridalam" sambung Faris sambil ketawa. "Mi, ni abang kenapa lebay-lebay" kata Aisyah sambil teriak. "Aduh dek, udah mau dilamar masih aja teriak-teriak" kata Asih yang tiba-tiba datang. Suara mobil dari luar yang menandakan yang ditunggu-tunggu datang dan membuat keluarga Asiyah pada sibuk untuk menyambut tamu istimewa yang datang. Makin deg-degan jantung Aisyah. Kalau orang lain bisa dengar maka jantung aisyah seperti sedang berperang hehehehehehe "Bismillah, tenangkan diri Una. Jangan gugup serahkan semua kepada Allah" kata Sarah menenangkan. Aisyah, Sarah, Fatih sedang didapur untuk menyiapkan minuman dan minuman untuk diantar kedepan. Setelah selesai mereka bertiga kedepan untuk mengantarkannya. "Sini nak, duduk ditengah Umi dan Abi" kata Siti sambil menggenggam tangan aisyah. Dari sampai keruang tamu sampai duduk disamping Siti, Aisyah hanya menunduk. Dia tidak berani menatap laki-laki yag ingin mengkhitbahnya. "Bismillahirohanirohim, kita mulai pengenalan anak kita satu sama lain, sebelum sampai ketahap khitbah. Beberapa hari yang lalu Cv satu sama lain sudah ditukar dan alhamdulillah anak saya dan Hasan setuju untuk ketahap selanjutnya" ucap Salman sebagai kata pembukaan acara tersebut. Memang 3 hari yang lalu mereka saling menukarkan CV untuk mengenal satu sama lain. Setelah sama-sama membaca dan memperhatikan setiap tulisan akhirnya keduanya sama-sama ingin melanjutkan ke tahap selanjutnya. Semua yang ada di ruang tamu keluarga Salman hanya mendengarkan penuturan Salman dengan baik. Tidak ada suara yang begitu menggangu. "Nah untuk itu sebelum ketahap khitbah ada baiknya nak Hasan melihat wajah Anak saya dulu, karena anak saya yang bercadar. Saya tidak mau setelah khitbah dan menikah kamu akan kecewa dengan bentuk fisik anak saya" jelas Salman lagi. Hasan tidak begitu mempermasalahkan bagaimana bentuk fisik perempuan yang ingin dikhitbahnya. Sebagaimana sabda Rasulullah perempuan itu dinikahi karena 4 hal yaitu hartanya, keturunannya, kecantikannya dan agamanya. Maka pilihlah yang baik agamanya. Cantik itu relatif, ada perempuan yang semua orang mengatakan bahwa itu cantik seperti artis-artis yang banyak bertebaran di stasiun televisi. Tapi ada yang menurut A cantik dan menurut si B tidak. Begitulah Allah menciptakan manusia. Jangan pernah merasa sedih hati dengan fisik yang telah Allah takdirkan. Seorang perempuan yang hitam, gendut, pendek akan Allah kirimkan jodoh yang menyukai hitamnya, menyukai gendutnya, dan menyukai pendeknya. Karena semua adalah Allah yang mengatur. Manusia adalah ciptaan Allah yang paling sempurna. Tapi yang harus ditakutkan ketika agamamu kurang baik. Bagaimana cara membuat rumah tangga diridhoi Allah, karena tidak bisa membimbing satu sama lain. "Sekarang buka niqab kamu nak" suruh Salman. Aisyah hanya menurut, dan perlahan membuka niqabnya. Hasan melihat wajah Aisyah, dia hanya terdiam dan enggak berkomentar. Setelah Hasan melihat, Aisyah kembali memakai niqabnya. Setitik rasa khawatir ada pada diri Aisyah. Akankah laki-laki didepannya membatalkan tahap selanjutnya karena memang wajah Aisyah tidak sesuai dengan apa yang dia inginkan. Aisyah belum tau siapa laki-laki didepannya. Melihatnya saja Aisyah masing belum sanggup. Tapi ada satu hal yang mengganjal dibenaknya dari saat membaca Cv laki-laki itu. Nama laki-laki itu yang membuat Aisyah bingung. Muhammad Hasan adalah nama sosok pemain bola yang diidolakannya. Tapi Aisyah selalu saja mengklaim bahwa nama Muhammad Hasan tidak hanya satu didunia ini. Aisyah hanya menunduk, sekilas hanya sekilas Aisyah melihatnya. Wajahnya tidaklah asing buat Aisyah tapi langsung Aisyah menggelengkan kepala. "Bagaimana nak Hasan, apakah Hasan ingin membatalkan Khitbah terhadap anak saya" Tanya Salman tegas. "Insya Allah sayang akan tetap mengkhitbah Aisyah Husna" jawab Hasan penuh dengan keyakinan. "Alhamdulillah" ucap semua yang ada dirumah Aisyah. "Nah sekarang apakah Aisyah menerima lamaran Hasan" tanya Salman kepada anaknya. Aisyah gugup dan hanya menunduk, sebelum menjawab Aisyah mengangkat kepalanya. Dilihatnya sosok laki-laki yang dia kagumi ada tepat didepannya. Aisyah bertanya tanya didalam hati, Apakah dia yang melamarku? Apakah ini mimpi? Apakah ini sinetron? Siti menyenggol tangan Aisyah karena belum menjawab pertanyaan Salman. Aisyah kaget dengan singgolan Uminya. "Bagaimana Aisyah" Tanya Salman sekali lagi. "Insya Allah Aisyah menerimanya Abi" Jawab Aisyah yakin. Semua yang hadir sekali lagi mengucapkan syukur kepada Allah. Semoga ini jalan yang Allah beri keberkahan untuk kedua insan dan kedua belah pihak keluarga. Setelah berbincang-bincang lama, akhirnya diputuskan untuk melangsungkan pernikahan 2 minggu lagi. Semua sudah mengetahui kalau Hasan adalah pemain bola dan juga mempunyai bisnis makanan di Bandung. Karena 3 minggu lagi Hasan akan ke Bandung untuk melakukan latihan bola dalam menghadapi liga Indonesia bersama clubnya, dan keluarga berinisiatif agar pernikahan diadakan secepatnya. Setelah diputuskan, keluarga Hasan kembali kerumahnya dengan rasa bahagia. Pernikahan yang diadakan akan sederhana karena atas permintaan Aisyah. Aisyah tidak mau terlalu berlebihan. Hasan Pov Sejak selesai shalat istikharoh sampai aku sampai kerumahnya. Aku sangat gugup. Ada perasaan Aku berharap dia menerima lamaranku. Padahal aku tidak tau siapa dia. Tapi aku yakin dia orang yang baik yang mampu meluruskan kesalahan yang aku buat. Setelah sampai dirumahnya aku mengucapkan doa "ya Allah engkaulah yang membolak balikan hati manusia, jika hatinya berat untuk menerima ku nanti aku mohon ringankan Hatinya. Namun jika dia bukan jodohku maka berikan aku keikhlasan untuk menerima semua keputusan yang ada didalam rumah ini. Amin ya Allah. Bismillah" Ku langkahkan kaki ku masuk kedalam rumah tersebut. Ternyata didalam rumah tersebut sangat ramai. Bisa dibilang sepertinya keluarganya adalah keluarga yang besar. Aku sangat gugup dengan tatapan laki-laki yang ada didalam rumah tersebut tapi aku selalu mengucapkan Lahaula wala quataillabillah didalam hati. Aku tidak melihat perempuan yang akan aku khitbah, tapi lama aku mencari datanglah 3 orang wanita dan yang satunya memakai niqab. Dari awal dia datang dia selalu menunduk. Kadang aku berpikir mungkin lantai lebih menarik dari pada ku. Aku sungguh tabjuk dia perempuan yang sangat baik. "Sini nak, duduk samping Umi dan Abi" kata perempuan yang sudah berumur, yang ku yakini ibunya. Disaat dia duduk pun dia masih melihat kebawah. "Sini nak, duduk ditengah Umi dan Abi" kata Ibunya sambil menggenggam tangan calonku. Calonku? Terlalu cepatkah aku menganggapnya padahal bis saja dia menolak lamaranku. "Bismillahirohanirohim, kita mulai pengenalan anak kita satu sama lain, sebelum sampai ketahap khitbah. Beberapa hari yang lalu Cv satu sama lain sudah ditukar dan alhamdulillah anak saya dan Hasan setuju untuk ketahap selanjutnya" ucap pakde Salman. Aku sangat gugup, tapi mataku tak pernah lepas dari perempuan yang ada didepanku. Aku bertanya-tanya kapan dia akan melihat kearahku? Pikiran konyol itu selalu menghantuiku. "Nah untuk itu sebelum ketahap khitbah ada baiknya nak Hasan melihat wajah Anak saya dulu, karena anak saya yang bercadar. Saya tidak mau setelah khitbah dan menikah kamu akan kecewa dengan bentuk fisik anak saya" jelas pakde Salman kepadaku. Aku Hanya mengangguk mendengar penuturan pakde Salman. Aku tidak begitu mempermasalahkan bagaimana bentuk fisik perempuan yang ingin aku nikahi. "Sekarang buka niqab kamu nak" suruh pakde Salman kepada anaknya. Kulihat dari tangannya yang ingin membuka niqab tersebut, terlihat keringat ada ditangannya. Apakah dia juga gugup seperti ku? Begitu pertanyaan didalam diriku. Aku melihatnya wajahnya jelas sesaat setelah dia membuka niqabnya. Masya Allah, hanya perkataan itu yang mampu hatiku ucapkan karena memang wajahnya tidak secantik artis-artis korea ataupun Indonesia tapi cahaya diwajahnya mampu membuat siapapun yang melihatnya menjadi kagum dan tenang. Wajah yang teduh yang ku yakin bahwa setelah melihatnya hati ku tenang. Kadang aku bertanya dalam hati apa kah aku cocok dengannya, dia seperti bidadari surga. Sedangkan aku hanyalah seperti ini. Aku tidak henti-hentinya bersyukur atas jawabannya dia berikan. Ya Allah terima kasih engkau kirimkan bidadari yang ku pinta. Tapi masa depan tidak ada satupun yang tau. Hanya Allah yan tau apa yan akan terjadi, setiap rencana kita bisa sirna dan tidak tercapai. Oleh kerena itu jangan pernah berharap kepada selain Allah. Karena berharap kepada selain Allah akan kita dapati kekecewaan. "Bagaimana nak Hasan, apakah Hasan ingin membatalkan Khitbah terhadap anak saya" Tanya pakde Salman yang menghancurkan lamunan ku. "Insya Allah sayang akan tetap mengkhitbah Aisyah Husna" jawab ku penuh dengan keyakinan. "Alhamdulillah" ucap semua yang ada dirumah Aisyah. "Nah sekarang apakah Aisyah menerima lamaran Hasan" tanya pakde Salman kepada anaknya. Aku khawatir apakah dia menerimaku, aku harap-harap cemas menunggunya. Ku lihat dia menegakkan kepalanya. Mata kami bertemu dengan jelas apakah aku hanya kegeeran saja atau bagaimana. Mata menyipit adalah pertanda dia tersenyum. "Bagaimana Aisyah" Tanya Pakde Salman sekali lagi. Aku selalu berdoa didalam hati, terimalah Aisyah kumohon pintaku dalam diam. "Insya Allah Aisyah menerimanya Abi" Jawab Aisyah yakin. Apa aku tidak salah dengar, dia menerimanya? Tidak mungkin, pasti hanya asumsiku saja. Ayah langsung menyenggolku dan berbisik kalau lamaran ku diterimah. Aku bahagia.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD