Mereka berangkat menggunakan mobil Andre, ya Andre sosok pahlawan bagi mereka semua.
Memang benar diantara mereka hanya Aisyah sendiri yang berpakaian syar'i tapi alhamdulillah perlahan teman-teman yang lain mulai mengikutinya dalam menutup aurat walaupun belum dikatakan sempurna. Karena semua butuh proses dan tidak langsung instan.
Di luar stadion Gelora Bandung Lautan Api sudah banyak umat manusia dengan memakai atribut merah putih.
Mereka asik bercanda gurau bersama sambil menunggu masuk kedalam stadion.
Tibalah Aisyah dan teman temannya di tempat parkir Stadion. Mereka seperti orang kebingungan karna baru pertama kali datang kestadion kecuali Andre.
Teman-teman Aisyah tidak terlalu suka dengan bola tapi agar sahabatnya bahagia mereka akan melakukan apapun.
"Ndre, gimana cara kita masuk rame gini" tanya Asih yang bingung.
"Udah ah gak usah pusing, kita kan beli tiket VIP ya kita dapat tempat yang lumayan baguslah" jawab Andre meyakinkan teman-temannya.
Dengan keadaan yang ramai bercampur antara laki-laki dan perempuan membuat Aisyah takut.
Ada niat dalam hatinya untuk tidak masuk kedalam Stadion .
Tapi mimpinya sudah didepan mata inilah kesempatan yang petama dan teakhirnya. Aisyah selalu mengucapkan istigfar takut Allah murka dengan apa yang dia lakukan sekarang.
"Ya Allah, maafin hamba sekali ini lindungi hamba agar terjauh dari dosa. Ini yang pertama dan terakhi ya Allah hamba mohon ampuni dosa hamba. Amin" doanya dalam hati.
Semua orang sesekali melihat Aisyah, secara hanya dia yang memakai gamis syar'i dan masker ditempat itu. Aisyah sudah mengganti niqabnya dengan masker di kos Tya.
Mereka semua sudah berada didalam stadion. Aisyah selalu berada ditengah temen-temannya. Walaupun temen teman yang lain tidak menutup aurat dengan sempurna tapi mereka menghargai Aisyah.
Lagu indonesia berkumandang distadion Bandung membuat siapapun yang berada didalam stadion merinding. Aisyah tidak henti-hentinya besyukur impian dari kecil menonton bola secara langsung akhirnya terwujud juga. Selama ini dia hanya menonton di depan tv.
"Na yang no 10 siapa namanya, ganteng bener Na keren keren"tanya Nisa yang serius melihat pemain bola nomor 10.
"Katanya gak suka bola, tapi suka juga huuu, yang itu namanya Mukhlis Hadining"jawab Aisyah yang serius nonton bola.
Selama pertandingan bola sangat menegangkan, skor masih 0:0. Dari awal pertandingan sampai sekarang para suporter indonesia sangat semangat memberikan support.
Pada menit ke 20 gol dicetak nomor punggung 6. Semua bersorak dengan memanggil nomor punggung 10.
Aisyah dari tadi hanya memperhatikan satu orang yaitu nomor punggung 8 dengan nama dibelakang punggungnya M. Hasan.
Muhammad Hasan adalah seorang Bek / Pemain Bertahan (Defender). Bek,permain bertahan, pemain belakang, atau dalam Bahasa Inggrisnya disebut dengan Defender adalah pemain yang menduduki posisi di daerah belakang dan berperandalam membantu kiper atau penjaga gawang untuk mencegah terjadinya gol.
Dari tadi Hasan sangat serius bermain bola dan mempertahankan daerah gawangnya.
Biasanya yang terkenal itu adalah seorang kapten, straiker dan pencetak gol sedangkan Muhammad Hasan hanyalah bek yang bertugas untuk melindungi gawang. Tapi Aisyah sangat mengaguminya.
.
.
.
.
Sedang fokus pandangannya melihat pertandingan didepan mata terdengar suara di smartphonenya menandakan bahwa ada yang menelponnya.
Drrttt....Drrtttt...Drttt..
Aisyah mengambil hp yang dari tadi berbunyi, tapi dia kaget karena nama yang tertera di hp adalah "Abi".
Tiba-tiba Aisyah sangat ketakutan dan pucat. Jika abinya sampai tau apa yang dilakukannya maka Abi pasti akan menyuruh Aisyah balik ke Surabaya. Karena takut Aisyah tidak mengangkat telpon dari abinya.
"Siapa Na"kata Alis yang bingung.
"Abi lis, aku takut nanti abi tau" jawab Aisyah yang ketakutan.
"Udah pikir positif aja, Abi gak akan tau selama gak ada yang kasih tau. Udah nikmati aja sebentar lagi pertandingan habis Na"kata Alis menghibur Aisyah.
Aisyah kembali semangat dan melupakan sebentar abinya, pertandingan sudah berakhir dengan skor 4:0.
Suporter Indonesia sangat bahagia dan bangga kepada Timnas Indonesia.
Waktu sudah menunjukan pukul 3:15 sore. Shalat Asar pun sebentar lagi akan masuk.
Berangsur-angsur suporter Indonesia keluar Stadion tapi karena Aisyah dan teman-teman yang paling bawah maka mereka keluar paling akhir.
Tapi para pemain Timnas Indonesia belum keluar dari lapangan dan masih ada beberapa pemain berada dilapangan sambil tiduran ada juga yang selfie dan banyak lagi.
"Na kamu kan suka banget sama Hasan, yang mana sih dia. Minta foto gih sekali-kali"kata Tya.
"Ak...ak..aku takut Ya, nantik dia nolak dan dosa juga "jawab Aisyah gugup padahal dalam hatinya sangat berharap bisa berfoto.
"Kan fotonya ramai Na bukan berdua, Ayo aja untuk kenangan mana tau besok jodoh haha"
Jodoh? Mimpi ketinggian, ingin Rasanya Aisyah mengucapkan itu kepada Andre.
Tiba-tiba Andre berlari kelapangan mengejar Hasan dan ngobrol-ngobrol sebentar.
"Na sini deh" panggil Andre.
"Ngapain si Ndre, udah ah pulang yok bentar lagi shalat asar" kata Aisyah yang mendekat ke Andre
Ternyata Mereka ingin berfoto bersama dengan Hasan.
Ketika Alis ingin mengulurkan tangan bersalaman, sosok pemain bola didepannya ini menolak dengan menangkupkan tangan didadanya.
Masya Allah.
Formasi foto bersama mereka adalag Aisyah di paling pinggir diikuti Tya, Alis, Andre dana Hasan.
Aisyah sangat bingung, kaget, dan juga senang. Hasan bersedia foto tapi dengan muka yang sangat cuek.
"Udah 1..2...3 cekrek "
Aisyah tidak ada sama sekali berinteraksi dengan pemain nomor punggung 8 itu, sedangkan teman-temannya yang lain antusias berinteraksi.
"Udah yok pulang, udah jam 4 ni, shalat asar sudah masuk dari tadi" kata Aisyah sambil membawa teman-temannya.
"Makasih ya kak udah mau foto, maafin teman kita dia emang agak cuek sama cowok.. makasih banyak" kata Andre yang menjauh.
Setelah jauh dari tempat foto tadi Aisyah sangat bahagia bahkan dia loncat-loncat kegirangan, tapi tanpa Aisyah sadari Hasan memperhatikannya.
.
.
.
Hasan Pov
Semua orang sudah masuk ruang istirahat dan suporter juga sudah bergegas keluar lapangan, tapi aku ingin istirahat sebentar dilapangan.
Tiba-tiba ada yang datang kepadaku. Seorang cowok yang kira-kira berumur 19 tahun.
"Maaf kak ganggu, kak boleh minta tolong gak.. Kami mau foto sama kakak " kata cowok itu sambil memohon.
Karena aku kasihan aku mau saja, biasanya aku paling tidak suka berfoto. Tapi entah kenapa aku malah mengiyakannya.
Cowok tadi memanggil teman-temannya untuk mendekat, aku kira temannya cowok ternyata cewek.
"Na sini deh" kata Laki-laki itu.
"Ngapain Ndre, udah ah pulang bentar lagi shalat asar" kata perempuan bermasker yang mendekat kearah laki-laki itu.
Cewek bermasker jilbab panjang sangat membuat aku menjadi penasaran. Padahal teman-temannya yang lain tidak memakai jilbab syar'i.
Uluran tangan dari perempuan didepanku tidak aku sambut, karena Rasulullah bersabda
“Ditusuknya kepala seseorang dengan pasak dari besi, sungguh lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang bukan mahramnya.” (HR. Thobroni dalam Mu’jam Al Kabir 20: 211. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Dulu banyak yang mengira aku sombong tetapi aku hanya tersenyum menanggapinya, karena menurutku sangat mulia agamaku untuk menjaga seorang perempuan. Sebelum terlaksananya ijab Qabul maka haram bersentuhan.
Sungguh aku bingung melihatnya. Aku memutuskan untuk berada dipaling ujung. Posisi ku dengan perempuan masker itu sama sama berada diujung. Entah kenapa senyumku mengembang seketika.
"Udah 1..2...3 cekrek"
Teman-temannya asik mengobrol dengan ku, sedangkan perempuan itu malah terkesan cuek dan diam.
"Udah yok pulang udah jam 4 ni, shalat asar udah masuk dari tadi"kata cewek aneh sambil membawa teman-temannya.
Karna aku penasaran aku tiba-tiba melihat kearahnya. Ternyata dia juga melihat kepadaku.
Aku melakukan kontak mata dengannya dan dia langsung memutuskannya.
Aku penasaran mata itu membuat aku nyaman. Mata itu membuat aku penasaran.
"Makasih ya kak udah mau berfoto, maafin teman kita dia emang agak cuek sama cowok.. makasih banyak"kata cowok tadi.
Aku hanya menggangguk saja, tiba-tiba entah setan apa yang memasuki aku, aku mengikutinya sampai pintu keluar stadion.
Aku melihatnya loncat-loncat seperti sedang bahagia. Aku bingung dengan kelakuannya berbeda 360 derajat.
Matanya memperlihatkan dia bahagia dibalik masker itu.
Aku benar-benar penasaran dengannya.
Mata itu tak akan aku lupakan.