Dibenci Keluarga Suami

1454 Words
Berbagai macam pertanyaan muncul di benak Nadia. Apakah Ustadz Hafiz sudah menikah dan memiliki seorang anak? Apakah dia hanya dijadikan sebagai istri kedua oleh pria itu? Aira menatapnya dengan tatapan tidak suka, " Siapa dia abi? " "Oh ini umi barunya Aira, namanya Umi Nadia, " jawab Ustadz Hafiz. "Apa?! umi barunya Aira?! uminya Aira cuma umi Najwa!! " Aira merajuk dan meminta turun dari gendongan Ustadz Hafiz lalu berlari memeluk wanita cantik yang bernama Najwa. "Umi, bukankah abi Hafiz akan menikah dengan umi? kenapa abi membawa wanita itu kemari? " tanya Aira. "Aira jangan bicara seperti itu ayo kita pergi, " Najwa menuntun Aira untuk segera pergi dari sana. Sementara itu Umi Ainun meminta Ustadz Hafiz untuk ikut bersamanya. "Hafiz ikut Umi sekarang." "Baik Umi. Nadia kamu tunggu disini dulu ya. " Ustadz Hafiz mengikuti langkah Umi Ainun dari belakang. Sedangkan Nadia duduk di ruang tamu sendirian. Rasanya tidak nyaman mengenakan gamis panjang ini di tubuhnya karena dia belum terbiasa memakainya. Karena bosan akhirnya dia memutuskan untuk berkeliling di sekitar rumah ini. Tak sengaja dia mendengar suara percakapan Umi Ainun dan Ustadz Hafiz di ruang keluarga. "Kenapa kamu menikahi gadis gak jelas itu Hafiz?! apa benar kalau kamu berbuat zina dengannya? padahal kamu akan menikah dengan Najwa kakak iparmu! lalu bagaimana dengan nasib Najwa dan Aira sekarang? Aira sudah sangat senang sekali karena kamu akan menjadi abi nya. Umi sangat kecewa karena kamu malah menikahi gadis itu! kamu tidak lihat wajah Najwa tadi? dia sudah sangat berharap sama kamu, " ucap umi Ainun. "Umi, aku terpaksa menikahi Nadia demi melindungi martabatnya. Kami difitnah berbuat zina padahal kami tidak melakukan apapun. Aku akan bicara dengan Najwa nanti umi. " jelas Ustadz Hafiz dengan jujur. Hacih!! Di waktu yang kurang tepat, Nadia malah bersin hingga Umi Ainun dan Ustadz Hafiz reflek menoleh ke arahnya. Umi Ainun memilih pergi meninggalkan mereka berdua. Ustadz Hafiz kembali mendekatinya dan membawanya masuk ke dalam kamarnya. "Ayo masuk. " Nadia mengikuti langkahnya dari belakang. Setelah mereka masuk ke dalam kamar barulah Nadia meminta penjelasan dari Ustadz Hafiz. "Pak Ustadz apa maksudnya tadi? apa pak Ustadz sudah beristri dan punya anak? ini bisa dimasukkan dalam pasal penipuan. Aku tidak terima dibohongi seperti ini. Setauku pernikahan tanpa izin istri pertama itu tidak sah. Aku ingin kita secepatnya berpisah saja, " Nadia merasa inilah alasan yang bagus untuk berpisah dengan Ustadz Hafiz agar dia bisa terbebas dari pernikahan ini. "Dia adalah kakak iparku, istrinya almarhum kakakku Haris yang baru meninggal beberapa bulan yang lalu. Tadinya dia akan turun ranjang bersamaku dan pernikahan kami akan diadakan selesai lebaran. Tapi takdir berkata lain. Aku sudah terlebih dahulu menikahimu. " jawab pak Ustadz Hafiz. "Oh jadi pak Ustadz rencananya masih mau menikahi mbak Najwa? boleh saja tapi aku minta cerai dulu baru kalian boleh menikah, bagaimana? " PLETAK "Ahkk!! apa yang pak Ustadz lakukan?! ini sama saja dengan KDRT tau!! " seru Nadia sambil mengelus dahinya yang disentil oleh Ustadz Hafiz. "Jangan sembarangan membicarakan soal cerai. Aku tidak akan pernah menceraikanmu Nadia. Kamu sendiri yang menjebakku hingga kita berdua terpaksa menikah. Aku bahkan belum mendapatkan hakku sebagai seorang suami. Apa kamu sudah siap malam ini? " tanya Ustadz Hafiz sengaja menggodanya. Nadia langsung menyilangkan tangan di dadanya, " Tidak! hari ini aku datang bulan jangan macam-macam! " Ustadz Hafiz terkekeh melihat wajah Nadia yang ketakutan. Padahal dia belum melakukan apapun, " Aku akan menunggunya sampai kamu selesai datang bulan. Lihat saja nanti aku akan memakanmu." "Dasar Ustadz m***m!! " Nadia menjauh darinya karena takut lalu masuk ke dalam kamar mandi. Ustadz Hafiz hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah kekanak-kanakan Nadia. Perbedaan usia mereka cukup jauh. Hanya berjarak 8 tahun. Saat ini umurnya baru menginjak 30 tahun. Dulu dia pernah ingin menikah dengan gadis yang disukainya. Gadis itu adalah Najwa tapi sayangnya kakaknya Haris lebih dulu melamarnya. Hatinya patah dan sulit baginya untuk tinggal satu rumah dengan mereka. Makanya dia seringkali keluar kota dan menerima banyak job ceramah. Tiba-tiba saja kakaknya meninggal mendadak karena serangan jantung. Status Najwa berubah menjadi janda satu anak. Orang tuanya memintanya untuk menikahi Najwa. Dia sudah mengiyakannya karena sampai detik ini dia masih mencintai Najwa dan menganggap Aira seperti anaknya sendiri. Sekarang rencananya berantakan karena dia harus menikahi Nadia, gadis manja dan bandel demi melindungi martabatnya dari fitnah. Mungkin ini adalah ujian dari Allah untuknya. Jadi dia tetap akan mempertahankan Nadia sesuai dengan janjinya kepada orang tua gadis itu. Meskipun tidak ada cinta tapi dia akan berusaha mencintainya dan menjaganya. Dia yakin pernikahannya dengan Nadia adalah sebuah takdir yang sudah Allah rancang untuk mereka. Jadi dia tidak pernah menyesali pernikahan ini. *** Malam harinya Ustadz Hafiz mengajak Nadia turun untuk makan malam setelah mereka selesai menunaikan solat Magrib berjamaah. Dibawah sana semua anggota keluarga Ustadz Hafiz sudah berkumpul. Ada Umi Ainun, Kiai Abdul, Najwa, Aira, dan seorang gadis seumuran dengannya. Sepertinya gadis itu adalah adiknya Ustadz Hafiz karena wajahnya mirip bak pinang dibelah dua. "Kakak siapa gadis itu? kakak beneran menikah dengannya? " tanya Hasna terlihat tidak suka pada Nadia karena dia menginginkan kakaknya menikah dengan mbak Najwa. "Hai perkenalkan aku Nadia, " sapa Nadia dengan ramah. Tapi Hasna tidak menanggapinya dan mengabaikannya begitu saja. "Hasna jangan bersikap seperti itu. Nadia adalah istri kakak sekarang. Dia adalah kakak iparmu, " tegur Ustadz Hariz. "Nggak sudi aku punya kakak ipar seperti dia, bajunya saja nggak syar'i kayak mbak Najwa. Pasti dia bukan gadis baik-baik! " Hasna menatap Nadia dengan tatapan penuh permusuhan. Nadia merasa semua keluarga ini membencinya. Tadinya dia ingin cepat-cepat cerai tapi sepertinya dia harus tinggal lebih lama disini dan memberikan gadis itu pelajaran. "Sudah jangan ribut! Hafiz Nadia duduklah kita akan makan sekarang, " perintah Kiai Abdul. "Baik abi, ayo Nadia duduklah, " ajak Ustadz Hafiz sambil mendorong kursi untuk Nadia. Najwa memalingkan wajahnya karena tidak suka melihat perhatian Hafiz pada Nadia. Tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Setelah mereka semua duduk di meja makan, Kiai Abdul memimpin doa sebelum makan. Baru kemudian mereka menyantap makan malam dalam keadaan hening. Nadia merasa tidak nafsu makan. Kehadirannya tidak diterima di rumah ini. Kalau begini lebih baik dia tetap tinggal dirumah orang tuanya. "Hafiz, ayo makan yang banyak. Semua masakan ini dimasak oleh Najwa. Andai saja Najwa menikah denganmu.Kamu pasti akan bahagia nak, " ucap Umi Ainun mulai memuji-muji Najwa di depan semua orang. "Iya Umi, " sahut Ustadz Hafiz sambil menatap Nadia yang makan seperti orang sariawan. "Nadia makanlah apa kamu ingin aku menyuapimu? kenapa makanannya hanya diaduk-aduk? " tanya Ustadz Hafiz menggodanya. Tadinya Nadia ingin menolak tapi melihat wajah Najwa yang cemburu dia akhirnya mau sedikit bermain-main dengannya, " Boleh sayang, suapin aku dong Aaaaaa. " Nadia membuka mulutnya lebar-lebar di depan Ustadz Hafiz tanpa merasa malu. Ustadz Hafiz mulai menyuapinya makan di depan semua anggota keluarganya. Najwa merasa kepanasan, nafsu makannya tiba-tiba saja menghilang. Bahkan Hasna menatap mereka dengan jijik. "Benar-benar menyebalkan sekali gadis ini. Kasihan kan mbak Najwa. " batin Hasna. Setelah makan malam selesai Nadia dipanggil oleh Umi Ainun, " Nadia bantuin Umi cuci piring. Jangan mau enaknya makan saja kamu. Tapi cuci piring gak mau. " Tentu saja dia mengatakan ini tanpa sepengetahuan Ustadz Hafiz. "Hah cuci piring? Umi gak salah nyuruh aku cuci piring? kenapa gak mbak Najwa saja yang cuci piring Umi? bukannya Umi pengen banget cuma menantu kayak mbak Najwa? " tanya Nadia dengan polosnya. "A.. apa kamu bilang? kamu mau membantah Umi? cepat cuci piring sekarang jangan jadi orang pemalas dirumah ini. Tolong bereskan juga meja makannya! " perintah Umi Ainun. "Umi biar Najwa saja yang mengerjakannya." Najwa mulai mencari muka di depan Umi Ainun. Padahal dia sangat senang Nadia disuruh cuci piring oleh Umi. Kebetulan dia sangat capek sudah memasak banyak makanan agar Ustadz Hafiz tersentuh dan melihatnya. "Nah itu mbak Najwa mau cuci piring Umi, Nadia mau buat PR dulu sekarang. " ucap Nadia beralasan agar tidak disuruh-suruh oleh Umi. "Jangan banyak alasan!! cuci piring kan nggak lama. Najwa mending kamu masuk ke dalam kamarmu dan beristirahatlah. Dan kamu Nadia Umi taunya piring-piring sudah bersih setelah Umi kembali lagi kesini. Meja juga jangan lupa lap-lap dan bersihkan juga. " Setelah mengatakan itu Umi mengajak Najwa pergi dari sana meninggalkan Nadia sendirian di dapur. Nadia yang tidak pernah cuci piring seumur hidupnya merasa bingung sampai garuk-garuk kepala. Selama ini dia hanya taunya makan dan membiarkan mamanya yang cuci piring. "Aduh merepotkan saja sih! bagaimana caranya nyuci piring? " dia mengambil wadah sabun cuci piring di dekatnya dan mulai menggosokkan piringnya dengan hati-hati di wastafel dan membilasnya dengan air. Saat dia akan menaruh piring bersih ke atas rak, dia tidak sengaja memecahkan piring itu hingga pecah berantakan dibawah lantai. PRANKK Umi yang mendengar suara piring pecah langsung berteriak histeris, " Astaghfirullah piring kesayanganku!! dasar nggak becus kamu Nadia!! kenapa piringnya bisa pecah?! "
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD