Ara menatap tajam kearah dua pria yang sedang berdebat, siapa yang akan melakukan pemberkatan duluan. Beberapa hari kemarin mereka berdua berdebat tentang cincin pernikahan. Dan sekarang, kedua pria tampan ini malah berdebat siapa yang akan melaksanakan pemberkatan duluan. Sungguh, itu semua membuat Ara pusing dan ingin terjun saja ke padang pasir tak berpenghuni sama sekali.
"STOP!!!" bentak Ara, dengan memukul meja di hadapannya semua orang yang disitu terkejut melihat reaksi dari Ara.
Biasanya mereka melihat Ara selalu tampil kalem dan lemah lembut, menghadapi segala sesuatu permasalahan dan bisa menyelesaikannya tanpa emosi. Tapi, kali ini Ara sepertinya sudah kehabisan kesabaran menghadapi kedua calon suaminya seperti anak-anak.
Waktu memilih cincin pernikahan keduanya memperdebatkan hal yang tak penting sama sekali. Yaitu, masalah warna cincin yang tak sesuai dengan selera mereka berdua dan pada akhirnya Ara memilih cincin bermutiarakan warna pink agar keduanya tak bertengkar lagi.
Juga mereka sempat berdebat dengan memilih gaun pernikahan. Yang mana masalahnya masih sama yaitu, masalah warna gaun untuk mereka bertiga. Lagi Ara memutuskan warna pink broken white sebagai gaun mereka bertiga. tak bisa didebat oleh Kelvin dan Bryan. Ternyata menuruti kemauan kedua orang tuanya untuk memiliki suami dua bukanlah sebuah pilihan yang bagus. Sekarang saja, Kelvin dan Bryan sering berdebat apalagi nanti.
Kelvin dan Bryan menatap kearah Ara. Dengan wajah bingung mereka, kenapa calon istri mereka berdua bisa garang seperti ini? Apakah nantinya akan garang juga.
"Sayang,"ucap Ibrahim lembut, mencoba menenangkan putrinya akan tak tersulut emosi kembali menghadapi persoalan seperti ini.
Sedangkan Ellard dan istrinya Liana hanya bisa tersenyum melihat calon menantu mereka yang sedang emosi. Egil dan istrinya Fiana malahan tak acuh setelah terkejut dengan Ara memukul meja barusan. Mereka anggap itu adalah cara Ara untuk menghadapi dua pria dewasa yang sedang bertingkah seperti anak-anak.
Ara menarik nafasnya perlahan dan melepaskannya perlahan. Dia berusaha meredam emosinya dan memberikan sebuah solusi yang sudah tercipta dalam otak cerdasnya
"Siapa yang melamar duluan kemarin?" tanya Ara, menatap para orang tua agar berkata jujur.
Ellard dan Liana mengangkat tangan mereka. Ara tersenyum ke arah Ellard dan Liana orang tua dari Kelvin. "Dan yang melaksanakan pemberkatan duluan adalah Kelvin." ucap Ara yang disetujui oleh para orang tua.
Menurut mereka semua apa yang dikatakan oleh Ara memang benar, dan jalan terbaik menyelesaikan perdebatan antara dua pria dewasa tersebut.
"Kenapa harus Kelvin duluan?" Bryan tak terima dengan keputusan Ara barusan. Ara melihat ke arah Kelvin dan terlihat tenang menghadapi sikap protes dari pria tampan yang berprofesi sebagai Dokter anak tersebut. "Karena yang pertama kali melamar adalah yang pertama kali menjadi suamiku." jawab Ara tenang.
Bryan terdiam tak ingin memprotes kembali. Dia merutuki kedua orang tuanya yang tak melamar Ara terlebih dahulu, karena kedua orang tuanya pergi ke Prancis dan pulang ke New York setelah keluarga Alganta melamar Ara. Seandainya kalau dirinya melamar Ara duluan, Pasti dia menjadi suami pertama Ara dan tak menjadi suami kedua.
"Aku tak akan membedakan suami pertama dan suami kedua. Semuanya akan terbagi rata kecuali dalam hubungan intim pertama kali adalah tetap suami pertama," ucap Ara tak segan membahas hubungan intim di depan para orang tua. Dia lebih baik membahasnya sekarang daripada nanti menjadi hal yang dibuat bahan perdebatan kembali.
Kelvin yang mendengarnya merasa sangat senang. Karena dia akan menjadi pria pertama Ara dan juga menjadi suami pertama dari gadis yang dicintainya.
Sedangkan Bryan hanya bisa menghembuskan nafas beratnya. Dan menuruti semua keputusan yang dibuat oleh Ara, daripada dia tak bisa menikah dengan Ara lebih baik dia menuruti semua keputusan Ara. Dia tak akan mau kehilangan gadis yang dicintainya dan melihat gadis yang dicintainya menikah dengan pria lain. Lebih baik dia menjadi yang kedua daripada tidak sama sekali.
"Dan kita bertiga akan tinggal serumah." putus Ara kembali yang disetujui oleh Kelvin dan Bryan. Ara tak mau memiliki dua rumah yang membuatnya susah untuk mengurusi kedua suaminya. Dia juga punya pekerjaan sebagai model yang memiliki jadwal padat sehingga mengharuskan dirinya tinggal serumah dengan kedua suaminya.
Para orang tua tak mau membantah keputusan Ara. Bagi mereka semua keputusan Ara ada benarnya juga, karena Ara adalah seorang paling menanggung beban berat disini memiliki dua suami yang bersifat tolak belakang. Kelvin yang biasanya jarang bicara dan sedikit bawel bila menyangkut persoalan Ara. Sedangkan Bryan memang sedikit bersikap kekanakan dan ingin dimanja selalu.
"Jadi, semuanya sudah selesai? Besok pagi tak ada yang berdebat lagi soal siapa yang melaksanakan pemberkatan duluan," ucap Egil dengan tegasnya. Yang diangguki kepala oleh Ara, Bryan, dan Kelvin. Egil tak mau mendengar perdebatan tak bermutu lagi menjelang detik-detik pelaksanaan hal yang sakral dilakukan. Egil sadar betul! Dengan sifat putranya yang kekanakan dan terkadang tak mau mengalah satu sama lain.
Ara terpaksa menerima prjodohan ini, setelah ia berpikir selama sebulan lebih, dan pada akhirnya ia menerima keputusan, dengan beberapa kejadian aneh menimpa dirinya. Seperti, Ara tiba-tiba saja kehilangan job tanpa ada tau permasalahan, mobil rusak secara tiba-tiba, ia sering didatangi mimpi aneh, ia sering dihindari oleh beberapa lelaki dekat dengannya, dan masih banyak lagi. Dan sekarang ia dibuat merasa pusing dengan perdebatan yang sering dilakuan oleh Bryan dan Kelvin.
Ara tidak tau kalau orangtua Kelvin melamarnya terlebih dahulu, daripada orangtua Bryan, yang baru tiba di New York seminggu yang lalu. Ia sebenarynya ingin tertawa melihat wajah tak terima dari Bryan, kalau dirinya akan menikah dengan Kelvin lebih dahulu. Dengan siapapun, ia menikah lebih dahulu. Ia akan berusaha bersikap adil dan membangun rumah tangganya sebaik mungkin.
“Sekarang kalian pulanglah, dan tak ada acara berdebat lagi!” bukan maksud hati Ara mengusir Kelvin dan Bryan. Ia hanya ingin aman dan tentram sekarang, tanpa mendengar ocehan dari dua pria tampan itu lagi.