Chapter 2

1661 Words
Casey yang bahkan menjadi pihak perdamaian Aiden tidak tahu jelas asal mula kejadian tersebut. Menurut penuturan Victor dengan panjang kali lebar, kekasih si Rio ngegodain si Aiden, sayangnya kekasihnya itu yang abis dipake Aiden, malah dibuat nangis sama si Aiden. Sangking malunya, tuh cewek ular ngaku lah ke Rio kalo si Aiden yang ngerayu dia. Rio yang berpikir udah nggak nggak langsung ngelabrak si Aiden minta ketemuan di taman belakang sambil bawa gengnya, dan seperti biasa karna tau si Aiden itu jago berantem, Si Victor sama si Stefan cuman nontonin ajah. Gak tau taunya berantemnya yang tadinya cuman pukulan biasa, entah kenapa si Aiden jadi gelap mata mau ngebunuh tuh gengnya. Jadilah mereka manggil Casey. Yang menurut Casey gak penting banget, emangnya Casey satpamnya si Aiden apa. Sayangnya walaupun udah berkali kali Casey jelasin ke mereka kalau dia gak mau ikut campur, kedua sahabatnya si Tuan Aiden itu selalu saja manggil Casey yang notabenenya kekasih Aiden. Beberapa hari kemudian, Kejadian bersejarah di taman belakang kampus itupun pada akhirnya menjadi kejadian yang terlupakan. Semua video bahkan orang orang yang menjadi saksi atas kejadian itu sungguh menakjuban menjadi bisu. Kampuspun terdiam menanggapi laporan kejadian tersebut, seperti kejadian itu tidak terjadi sama sekali. Namun tidak terjadi dengan Aiden, kejadian itu menjadi sangat menyebalkan karena Casey tidak berbicara dengannya seharian. Jika itu belum cukup, kejadian itu menjadi bahan nyinyiran Casey setiap hari selama seminggu penuh. "Lo mau pulang bareng gue Cas?" Tanya Lily sahabat Casey ketika kelas hari ini sudah berakhir dan mereka sedang menunggu es penjual bubble di salah satu kantin Universitas dimana mereka menempa ilmu. "Kayanya gak deh, si tukang berantem satu itu katanya mau jemput gw," Jawab Casey sambil menyeruput bubble kepunyaannya yang telah jadi terlebih dahulu. "Terus dimana dia? Biasanya udah nungguin didepan kelas lo," Jawab Lily yang terlampau kepo dengan kehidupan romansa pasangan ajaib itu. Casey hanya menjawab datar "Gak tau, ngeroyok orang dulu ka......" "Ayo pulang!" seru seorang laki laki memutus ucapan Casey dengan suara baritonennya yang khas. Tanpa sadar ternyata Aiden telah berdiri dibelakang Casey sejak tadi. Casey yang sedang mengorek ngorek bubble di minumannya dengan sedotan terlonjak kaget. Mengakibatkan bubble yang sudah susah payah tersangkut di sedotan jatuh lagi di gelasnya. "Kaget b**o!" jawab Casey tersentak kesal yang mengenal suara tersebut bahkan sebelum ia melihat rupa orangnya. Jika orang lain yang berkata seperti itu mungkin harus siap siap menerima tinju seorang Aiden Holt, bahkan seisi kantin yang melihat kejadian itu sudah menahan napas mengamati pasangan tersebut. Tapi yang Aiden katakan hanyalah "Belum ajah mulutnya aku gigit sampe doer!" sambil mengambil tas yang dipakai Casey. Seketika mau gak mau Casey mingkem. Aiden itu bukan orang yang hanya ngomong halu. Kalau Casey tetep ngotot, si Aiden bakal ngejalanin ancemannya. Tapi bukan seorang Casey namanya jika tidak mengabaikan seorang Aiden. Ia hanya menyedot lagi minumannya yang sudah habis, berusaha mengambil bubble yang masih tersisa didasar gelas, Dan berjalan duluan meninggalkan Aiden dibelakangnya. Ya orang orang yang melihatnya pasti bingung. Sebenarnya mereka itu pacaran gak sih? "Mau makan apa?" Tanya Aiden ketika mereka sudah sampai di mobil. "Terserah," jawab Casey acuh. Sejujurnya Ia memang sedang tidak memikirkan makanan apa yang sedang Ia ingin makan. Semua makanan terdengar enak sepertinya. "Kalo ditanya tuh jawab yang bener," balas Aiden tajam, membuat Casey memutar bola matanya. Yang untung saja tidak dilihat oleh si tuan muda. "Pecel lele ajahlah, tapi dibungkus makan dirumah ajah," Jawabnya akhirnya. ~~~~~~~~ Tidak mengejutkan jika akhirnya pasangan ini tidak jadi makan pecel lele. Karena pada akhirnya ditengah jalan Casey berubah pikiran dan menyebutkan setidaknya 3 nama menu makanan lainnya. Hingga akhirnya Aiden pun memberhentikan mobilnya disebuah restaurant bernuansa barat karna Casey yang akhirnya mengatakan terserah pada pertanyaan Aiden yang simple itu. "Makan disini ajah gimana?" Tanya Aiden. Casey melihat restaurant yang familiar berada didepannya, dan seketika merasa tambah lapar. Sebenarnya Casey tidak masalah akan makanan apa saja, Ia pada dasarnya menyukai semua makanan yang ada di dunia ini. Tanpa menjawab pertanyaan Aiden yang sepertinya sudah terjawab, Ia langsung turun dari mobil lalu berjalan masuk ke dalam restaurant Namun baru saja Aiden membuka pintu restaurant, secepat itu pula Aiden langsung menutup pintunya sambil berjalan berbalik dengan rahang yang seketika berubah mengeras. "Makan ditempat lain ajah yuk," seru Aiden dengan nada terlewat dingin Casey yang melihat perubahan mendadak Aiden langsung mengernyit heran, "Loh kenapa? Makan disini juga gak papa kok, udah lama aku gak makan pasta aglio olio nya," balas Casey sambil membayangkan makanan andalan restaurant ini. "Ah udahlah makan pecel lele ajah yuk, menghemat," sergah Aiden, mendengar alasan Aiden yang aneh itu, Casey hanya bisa terdiam dan hanya mengikuti kemauan kekasihnya. Pasalnya Aiden biasanya tidak mempedulikan sebanyak atau semahal apapun makanan yang mereka makan. Lagipula Casey juga tidak mempedulikan makan dimana, karena Casey sudah terlampau lapar untuk memilih. Namun baru saja mereka memutuskan akan berbalik, pintu restaurant tiba tiba terbuka dan suara seorang laki laki memanggil mereka "Casey? Aiden?" Panggilan familiar itu membuat Casey seketika berbalik badan, meninggalkan Aiden yang mengumpat kecil. "Da-Daniel?" balas Casey dengan nada terkejut, menyadari siapa yang berada didepannya. Secara reflek Casey yang sedang dirangkul oleh Aiden langsung melepaskan rangkulan Aiden dan secara tidak sengaja memberi jarak antara tubunhnya dan tubuh Aiden. Membuat pria disebelahnya itu semakin jengkel dibuatnya. "Apa kabar Cas udah lama gak ketemu?" balas Daniel sambil tersenyum. "Baik baik, Lo gimana Niel? Gimana Skripsi lo?" Tanya Casey dengan nada terlampau semangat dan senyum yang memuakkan. Setidaknya itu yang dilihat Aiden saat ini. "Ya gitu Cas, pusing banget. Pengen pecah otak kayanya. Aiden juga bukannya lagi skripsi kan?" Tanyanya menghadap kearah Aiden. Namun yang ditanya malah mengalihkan pandangannya kearah lain. Merasa canggung, Ia berbalik menghadap Casey yang terus tersenyum melihatnya "Btw gue lupa nanya. Lo gimana sama si dosen rese itu? Berhasil gak saran gue waktu itu?" tanyanya hampir terhipnotis dengan senyum menawan Casey. Gilak nih orang manis banget, pikir Daniel. "Iya anjritt, Dia gak ngeliat apa ya, gue dah deg deg an baget padahal tau. Gokil banget parah," celoteh Casey tertawa membuat Daniel juga tertawa medengarnya, 'Bener kan apa kata gw hahahaha," menghiraukan Aiden yang sama sekali tidak mengerti bercandaan mereka. Merasa risih, terabaikan, serta rasa cemburu yang semakin lama semakin besar menyusup ke dalam hatinya melihat Casey dan laki laki yang paling tidak disukainya disunia ini tertawa. Ia langsung seketika mengambil pundak Casey lalu merangkulnya bersikap santai "Bisa cepetan gak ketawanya, gue sama pacar gue udah laper, mau makan." seru Aiden dengan nada sedingin mungkin sambil memberikan tatapan mematikan kearah Daniel Daniel yang mendengar perkataan Aiden yang mendingin dan melihat sorotan mata Aiden, seketika langsung kikuk, mengerti akan situasi yang terjadi. "Ya udah gue pamit dulu ya Cas, Aiden. Gue dah ditungguin temen nih di parkiran sana," ucapnya. Casey yang entah terlampau lugu atau memang tidak peduli dengan sikap Aiden membalas. "Loh kiraiin lo mau makan disini juga Nil. Kita baru saja mau masuk. Ia kan Yan?" Tanya Casey menatap Aiden sinis sambil berusaha melepas rangkulannya. Melupakan baru saja beberapa menit yang lalu Aiden berubah pikiran dan tidak mau makan di restaurant ini. Sambil berusaha mengabaikan tatapan Aiden terhadapnya, Daniel membalas "Gue baru ajah selesai makan sama temen gue Cas disini. Ini gue balik doang gara gara dompet gue ketinggalan," jelasnya. Perasaan kecewa seketika merambat kewajah Casey, sudah lama tidak bertemu dengan pujaan hatinya ini. Sekalinya bertemu eh malah cuman sebentar "Oh ya udah deh, sukses ya buat skripsi lo Niel. Ditunggu loh undangan wisudanya," "Pasti lagh, siapin buket bunga ajah yang gede. Duluan ya Cas, Den," kekehnya, lalu melambaikan tangannya berpamitan. Memberikan anggukan wajah terakhir kepada Aiden yang sama sekali dihiraukan. Membuat Daniel merasa sedikit risih atau bisa dibilang takut, dan sebisa mungkin secepatnya pergi. Popularitas kepremanan Aiden sudah terkenal dimana mana soalnya. Sedangkan Casey membalas lambaian tangannya dengan semangat sambil terus melihat punggung Daniel yang semakin lama semakin menjauh dengan senyuman yang tidak pernah lepas. "Akrab banget ya ternyata sama taksiran kamu satu itu," seru Aiden jengkel. Membuat senyuman Casey seketika memudar dan melepas rangkulan Aiden yang semakin lama semakin erat "Apaan sih, gak jelas deh." balesnya. "Kamu tuh yang gak jelas, pacar kamu disebelah, Tapi kok malah kaya w************n ngegoda cowok sana sini!" ucap Aiden kasar. Casey memang sudah sering mendengar perkataan yang Aiden yang cenderung ceplas ceplos, tetap saja setiap mendengarnya Ia merasa sakit hati. "b******k banget si lo! Jangan sama samain gue sama cewek cewek lo yang lain. Lagi juga gue mau ngegodain siapa kek suka suka gue. Lo juga bukan siapa siapa gue," balas Casey dengan ketus seketika melupakan bahasa aku kamu yang dipakainya dengan Aiden, lalu berjalan meninggalkan Aiden yang marah mendengar jawabannya. Membuat Casey yang baru berbalik satu langkah langsung ditarik lengannya dengan keras oleh Aiden "Inget ya, mau Daniel itu orang yang kamu suka kek atau siapa kek. Kamu itu masih tetep milik aku. Inget itu!" "Masa bodo." bentak Casey berusaha melepaskan tangan Aiden yang mencengkramnya dengan erat. Namun sayangnya tidak bisa. "Mau kemana?!" "Mau pulang, udah gak laper," balas Casey berhasil menyentak tangannya Aiden hingga akhirnya terlepas dan berjalan pergi. Namun belum sampai beberapa langkah, Aiden tidak menghiraukannya, tetap menarik tangan Casey lagi untuk kesekian kalinya "Kalo aku lagi ngomong tuh didengerin!!!" Namun Casey tidak peduli dengan kemarahan Aiden yang semakin jadi dan justru meronta "Lepasin gak, sakit gila!" seru Casey keras. Ia hampir saja akan menangis, cengkraman Aiden lebih kuat dari sebelumnya. Ia yakin tangannya dikit lagi akan membengkak. "Lepasin gila! Lo mau ngapain sih?!" teriak Casey yang tiba tiba diseret Aiden. "Katanya mau pulang kan! Ya udah pulang!!!" seru Aiden kesal menyeret Casey masuk kedalam mobil. Sejujurnya bahkan ketika belum mulai, Aiden sudah terlanjur kalah dalam urusan hati dengan Daniel. Karena hati Casey hanya menyukai Daniel. Bahkan Casey menerima Aiden sebagai kekasihnya hanya karna sebuah kesepakatan yang menyangkut Daniel. Namun sayangnya setelah 2 tahun berjalan, kesepakatan itu tidak pernah berhenti. Karna Aiden tidak pernah melepaskan Casey. Karna Casey sudah terlanjur terjebak dalam sebuah permainan Aiden, yang bahkan Casey sendiri tidak ingin memenangkannya. Karna mereka sudah terselimuti oleh perasaan yang sama sama mereka sembunyikan. Kalau mereka sama sama tidak saling mencintai.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD