10, Date

1456 Words
"Cara terbaik menjaga sebuah ikatan percintaan adalah dengan berkencan, menghabiskan waktu bersama, saling berbagi cerita dan pengertian. Dengan demikian, segala kesalahpahaman bisa dibicarakan dan segala hal yang diperdebatkan, bisa diluruskan." _ Jamal _ Sekitar jam delapan pagi, Jamal sudah tiba di rumah. Lelaki itu bekerja shift malam, sehingga pagi hari, dia baru datang dari bekerja. Dia tidak langsung masuk ke rumah kontrakan, masih ngobrol dengan para tetangga, yang kebetulan sudah memulai aktivitas pagi mereka. Tetangga sebelah, dua-duanya, suaminya, sedang mau berangkat bekerja, si Nur sedang menjahit kancing di teras rumahnya, sedangkan Ratih menjemur pakaian. Mereka mengobrol asyik dengan Jamal. Demikian pula suami-suami mereka. Bagi Jamal, sekadar berbasa-basi seperti ini perlu, untuk membuat ikatan komunikasi antar tetangga tetap terjaga. Dia tidak bisa bersikap cuek, bagaimanapun, hidup bertetangga itu penting. Jika ada apa-apa, yang bisa dimintai bantuan adalah tetangga. Sebab, dia tinggal di sana tanpa saudara. Saudara Jamal ataupun Ria, sama-sama ada di kampung masing-masing. Itu sebabnya, meski capek, ingin buruan masuk dan tidur, Jamal berusaha tetap ramah, mengobrol sebentar menurutnya bukan masalah, dia akan berjuang keras untuk tidak terlihat lelah. Setengah jam kemudian, dia pun mohon pamit. Dia pun masuk ke dalam dan melihat istrinya, Ria sedang menunggunya dengan makanan dan minuman yang sudah tertata rapi. Sepertinya, saat Jamal mengobrol dengan tetangga, Ria mendengar suaranya, sehingga istrinya dengan sigap menyiapkan makanan dan minuman untuknya. "Lapar, nggak? Makan, yuk!" Pertanyaan yang tidak perlu ditanyakan. Perut Jamal sudah keroncongan. Dia kelaparan sejak jam lima. Sepotong roti hanya membuatnya kenyang sebentar saja. Jamal senang karena Ria sangat perhatian. Meski mereka bertengkar melulu beberapa hari terakhir, tidak dapat dipungkiri, istrinya itu sangat perhatian sekali kepadanya, membuatnya tidak bisa marah atau kesal lama-lama terhadap Ria. Jamal mungkin tidak pernah mengatakan pernyataan cinta terang-terangan, tetapi jauh di dalam hati, dia sangat mencintai istrinya. Dia adalah tipe yang pemalu dalam menunjukkan perasaan cinta. Namun, kesetiaannya tidak perlu diragukan. Dia tidak akan berani mendua. Bukan karena Ria mudah curiga, tetapi prinsipnya sejak dulu memang demikian. Seumur hidup, dia hanya akan menikah dan mencintai satu wanita selama istrinya masih hidup dan bersedia untuk bersamanya sampai akhir. Dia tidak akan memaksa tinggal seseorang yang ingin pergi. Namun, dia juga ingin berusaha bertahan demi pernikahan mereka apapun masalahnya. Dia hanya tidak ingin meninggalkan seseorang. Karena menyakiti perempuan, bukanlah bagian dari prinsip hidupnya. Sejak kecil, Jamal sudah dididik demikian oleh orang tuanya, cukup satu untuk seumur hidup. Didikan yang sangat luar biasa. Meskipun Ria, sering kali tidak percaya dan mudah curiga, Jamal yakin, suatu saat istrinya akan memahami kalau dirinya tidak sama dengan mantan suami Ria. Dia 90% lebih baik. Tidak! Dia bahkan 100% lebih baik dari segi kesetiaan. Jamal berani menjamin hal itu. Sungguh. "Gimana tadi di pabrik, Mas?" Ria memulai pertanyaan. Sembari makan, mereka kadang mengobrol, tentang banyak hal, terutama apa yang terjadi selama mereka tidak bersama. "Pabrik parah, Yang. Tadi, beberapa operatorku kena tegur." Jamal mulai bercerita. "Kenapa? Banyak yang NG? atau, nggak mencapai target?" Ria bertanya lagi. "Dua-duanya, mana mereka banyak bicara. Kalau ditegur, malah kayak meledek gitu." "Hm, gitu." "Iya, Yang. Jadi itu...." Jamal mulai berkeluh kesah. Ria dengan tenang mendengarkan. Sesekali, perempuan itu memberikan tanggapan. Jamal tidak mengharapkan solusi, dia hanya ingin didengarkan. Sebab, dia tahu, istrinya, sama sekali "buta" dengan urusan pabrik. Perempuan yang tidak pernah bekerja seumur hidupnya itu, tidak akan paham tentang apapun yang akan Jamal jelaskan. Terlebih, dia sering mengatakan kalau Jamal begitu membosankan saat menjelaskan sesuatu. Bukan karena Ria tidak menghargai Jamal, melainkan karena Jamal selalu menjelaskan sesuatu dengan terperinci, terlalu bertele-tele, tidak langsung ke intinya dan banyak memakan waktu. Sedangkan Ria, suka penjelasan yang singkat, padat dan jelas. Sebagai seorang penulis, dia tidak suka penggunaan basa-basi berlebihan, apalagi pendahuluan yang berputar-putar. Dia juga tidak suka tambahan kata atau keterangan yang tidak perlu, hanya membuang tempat, memakan banyak waktu dan pemborosan kata saja. Namun, Jamal tentu tidak pernah berpikir demikian. Bahkan, saat Ria memakai tanggapan singkat, lelaki itu sama sekali tidak mengerti perihal apa yang tidak disukai istrinya. Dia terus melakukan hal itu berulang kali, membuat Ria sampai bosan dan akhirnya membiarkan saja hal itu, anggap toleransi, begitu menurutnya. Namun, sebenarnya, mungkin, akan lebih baik, bila dia mengatakan saja hal itu sehingga Jamal berhenti melakukannya. Ria merasa itu akan menyinggung perasaan Jamal, jadi, dia lebih memilih memendam ketidaksukaannya tersebut. Rasa takut yang bisa menjadi bom waktu. Ledakan emosi yang berasal dari perasaan terpendam, bisa menjadi lebih dasyat daripada yang diungkapkan langsung. Namun, manusia memang bebas menentukan setiap pilihan dengan mengetahui resiko dari setiap pilihannya tersebut. Selesai makan, Ria membereskan semuanya, termasuk langsung mencuci perabotan seperti piring, sendok dan gelas yang baru saja dipakai agar tidak menumpuk dan menimbulkan bau. Dia mencucinya di dalam kamar mandi, dengan ember khusus untuk mencuci piring. Sedangkan untuk mandi, ada ember besar sebagai penampuangan air, untuk mencuci, ada bak dan ember dengan ukuran cukup besar pula. Jadi, tidak akan tercampur sama sekali. Ria cukup mengerti tentang kebersihan sehingga meskipun Jamal banyak mengomel karena dia dinilai tidak efisien, Ria tetap dalam prinsipnya. Dia bisa tahan mengalami kelaparan, kemiskinan dan lain-lain, tetapi dia tidak akan tahan untuk dibentak, dimarahi atau diselingkuhi. Dia adalah tipe perempuan yang seperti itu. Hal itu juga sudah diungkapkan, sehingga bila Jamal sampai lupa, itu keterlaluan. "Yang, nanti mau keluar nggak?" Jamal bertanya, membuat Ria yang baru selesai mencuci piring tertegun. "Mas kan nanti malam kerja, nggak capek?" Dia balik bertanya. "Nanti aku tidur dulu, kamu bangunin ya. Kita keluar sore aja, gimana?" Ria tersenyum senang, "Beneran, Mas?" Jamal mengangguk mengiyakan, "beneran, dong. Udah lama nggak ngajak kamu keluar. Mau?" Ria mengangguk cepat, "mau banget," jawabnya langsung setuju. Jamal hanya berkata oke. "Yaudah, aku tidur dulu ya, siang bangunin buat sholat, terus aku tidur lagi. Bangunin sore, oke?" Ria mengangguk lagi. Setelahnya, Jamal tidur. Dia sempat main game 1 jam, lalu tidur. Tidak baik setelah makan langsung tidur. Setelah Jamal tidur, dengan lampu sengaja dimatikan, Ria menjadi bosan, dia pun ketiduran. Akan tetapi, dia sudah mengatur alarm, sehingga bisa bangun satu jam lebih awal dari suaminya. Sekitar jam 1 siang, Ria bangun lalu sholat dhuhur. Dia ingin mengaji, tetapi harus memasak. Dia pun menyiapkan lauk untuk makan malam, setelahnya, dia membangunkan Jamal. Selesai sholat, Jamal sholat lagi, sedangkan Ria melanjutkan memasaknya. Sorenya, Jamal benar-benar mengajak Ria jalan-jalan. Mereka berkeliling Sangiang. Setelahnya, mereka berhenti di tempat penjual bakso. Mereka duduk di tepi jalan dengan kursi dijadikan meja, melahap dengan mantap bakso malang lengkap dengan pangsitnya. Sedangkan untuk minumnya, mereka memesan dari pedagang minuman keliling. Good day dingin untuk Ria, sedangkan untuk Jamal adalah nutrisari jeruk peras dingin. Selesai makan, mereka pun saling mengobrol lagi. Tentang apa yang tidak disuka dan suka, atau apa yang menggangjal di dalam hati dan lain-lain. Mengobrol itu penting, terutama untuk pasangan yang baru menikah. Kenal lama atau tidak dengan pasangan, tidak membuat kita memahami pasangan kita sepenuhnya. Itu hanya akan membuat kejutan-kejutan, yang terkadang menyenangkan dan tidak, saat mengetahui pertama kali perihal sikap, sifat atau kebiasaan pasangan nanti. Itu sebabnya, adaptasi dan saling menghargai diperlukan. Ada banyak hal yang bisa dibicarakan, terutama dalam hal-hal yang sering diperdebatkan. Besar atau kecil, masalah tetaplah masalah. Jika tidak segera dicari solusinya, hanya akan bertambah dari waktu ke waktu. Jika terus begitu, itu akan menjadi boomerang yang akan merugikan diri sendiri dan orang lain, terutama pasangan masing-masing. Itu sebabnya, transparansi dalam hubungan itu perlu, bukan hanya untuk melanggengkan sebuah hubungan, tetapi memaksimalkan rasa saling perhatian dan pengetian satu sama lain. Itu sebabnya, sesibuk apapun Jamal, dia mengajak Ria keluar, jalan-jalan dan makan untuk melepas penat. Sebab, hal-hal yang memberikan tekanan, jika dibiarkan menumpuk, hanya akan membuat kerugiaan, kalau tidak perpecahan, pertengkaran, maka akan membuat individu yang bersangkutan menjadi penyakitan. Jamal tidak mau hal seburuk itu menimpa istrinya. No way! Selesai mengobrol dan bersenang-senang, mereka pun memutuskan untuk pulang agar tidak terlalu malam. Ria terlihat ceria lagi, membuat Jamal merasa lega. Lelah, selesai berganti baju, Jamal memutuskan untuk tidur lagi. Dia meminta dibangunkan saat adxan mangrib berkumandang dan Ria menyanggupi. Istrinya selalu memenuhi janji dan permintaan darinya, membuatnya merasa bisa untuk terus hidup bersama dengan perempuan yang cemburuan, suka curiga dan banyak maunya seperti Ria. Tidak ada istri yang sempurna di dunia ini, demikian dengan dirinya, tidak ada lelaki sempurna di dunia itu. Itu sebabnya, Jamal akan berusaha untuk menerima Ria, lebih dan lebih lagi. Dengan begitu, suatu saat, mereka akan benar-benar saling memahami dan berhenti saling menghakimi. Tidak ada salah dan benar dalam beropini, setiap orang berhak mengeluarkan pendapatnya. Namun, meski begitu, saling menghargai pendapat orang lain sama seperti NKRI ; HARGA MATI, tidak bisa ditawar sama sekali. Titik. Oleh karena itu, Jamal berharap, dia dan istrinya, akan senantiasa saling mengerti dan menghargai. Dia tidak ingin mereka saling menyakiti dan berakhir dengan bercerai. Naudzubillah. Amit-amit banget! Jamal tidak mau hal buruk itu terjadi. Never. Dia sangat mencintai Ria. Demikian pula sebaliknya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD