"Yakin nih kagak gue antar aja?" tawar Andra untuk ke sekian kali. Dina hanya mengangguk lemah sembari melepas sabuk pengaman. Gadis itu berpamitan pada Andra dan membuka pintu mobil dengan lesu. Andra hanya menatap punggungnya yang menjauh itu. Ia menggaruk kepalanya. Apa ada yang salah? tanyanya dalam hati. Seingatnya, mereka hanya mengobrol biasa. Bahkan saat disentil tentang pernikahan, Dina tak marah. Gadis itu malah menampar bahunya dengan kuat. Lalu saat tiba di kafe tadi, Dina masih tampak biasa. Hanya saja, ketika ia keluar dari kamar mandi, perilaku Dina agak berbeda. Andra tak tahu kenapa. Itu justru menjadi tanda tanya baginya. Kenapa? Namun karena tak ada jawabannya. Tak ada yang tahu pula alasannya. Ia memilih untuk melanjutkan perjalanannya pulang ke rumah. Ia biarkan