Chapter 5

1239 Words
Gama melihat sebuah mobil hitam berhenti di depan rumah Lucy saat dia sedang mencuci kendaraan bermotornya. Tak lama Lucy keluar membawa banyak barang terlihat gadis itu sedang berbicara dengan seseorang yang ada di dalam mobil. Lucy tertawa kemudian mobil hitam tadi melaju pergi. "Mah Lucy pulang" seru Lucy. Gama mengedikkan bahu, kenapa dia malah memperhatikan Lucy. Aneh. "Gama! ke lapangan yuk anak-anak nungguin tuh" panggil Dewa teman Gama masih duduk di atas motornya. "Bareng ya males naik motor sendiri nanti kotor lagi" Dewa berdecih "Kalo gak mau kotor gak usah di pake. sekalian aja buat pajangan di ruang tamu sana" Gama terkekeh pelan "Bentar lagi selesai nih. Tungguin ya" "Yang penting gak kamu tinggal ke afrika aja sih oke" sahut Dewa. Gama menyemprotkan selang ke arah Dewa. "Eh eh baju mahal gue basah nih. Sialan lo" maki Dewa. "Udah tungguin aja gak lama kok gak sampai nunggu anak gajah lahiran" ucap Gama melihat Dewa tengah mencoba membersihkan bajunya yang basah. "Udah biarin aja kalo kena matahari entar juga kering sendiri" seru Gama dari ambang pintu. "Kampret lo keburu masuk angin gue" semprot Dewa sambil membersihkan baju nya lagi. "Kak Dewa juga di sini" sapa Lucy "Nungguin siapa kak?" Tanya Lucy sambil menenteng plastik. Dewa akan membalas pertanyaan Lucy jika saja yang dia tunggu sudah muncul duluan. "Dewa yuk buruan berangkat" seru Gama sambil melirik Lucy sekilas. Dewa melihat Gama dan Lucy bergantian dia tau dari dulu Lucy suka dengan Gama dari cerita Gama saat mereka SMA dulu, namun Gama hanya tidak pernah menganggapnya saja Gama hanya merasa Lucy terlalu kekanakan untuknya. Menatap Lucy sambil tersenyum, Dewa melambaikan tangan. "Kapan kapan main bareng sama aku ya" Ucapnya. Lucy mengangguk "Aku tagih ya nanti janjinya" "Buruan!" Tegur Gama sambil memukul pelan lengan Dewa. "Iya iya" jawab Dewa dengan kesal. Kedua pria tadi meninggalkan Lucy, Lucy masuk ke dalam rumah mencari Farah. "Gama kenapa sih lo jahat banget sama Lucy. Dia kayaknya beneran suka deh sama kamu" ucap Dewa mencoba membuka obrolan. "Udah pernah aku bilang kan Dew, Aku gak suka sama anak-anak lagian dia jadi cewek kok murahan banget malah dekatin cowok duluan" Dewa menggelengkan kepala. "Jangan sampai kata-kata yang kamu ucapkan barusan jadi bumerang Gam. Aku tau kok sebenarnya kamu juga suka sama Lucy cuman kamu gak mau ngakuin karena dia masih anak-anak" Gama memutar bola matanya malas "Sampai kapanpun aku gak bakalan suka sama Lucy. Anak yang suka gangguin orang kaya gitu mana ada yang mau sama dia" Dewa menghela nafas pelan kemudian memakirkan sepeda motornya. "Usia cuman angka Gam. Kamu gak tau aja banyak orang di luar sana yang usia mereka terpaut sangat jauh tapi mereka tetap menikah. Kenapa kamu gak mau kasih kesempatan sama Lucy" Gama berjalan lebih dulu di depan Dewa "Udahlah Dew. Jangan bahas dia males gue" ucapnya. -- Esoknya "Felix bantuin bawain dong" Teriak Lucy saat dia kesusahan membawa peralatan tugas sekolah yang akan di kerja di rumah Lucy. Cowok yang dia panggil tertawa tapi tetap membantu. "Makannya jangan sok kuat deh. Sini biar aku bantu lagian aku tidak akan membiarkan calon masa depanku kesusahan" Lucy memanyunkan bibirnya "Kalau begitu kenapa kamu gak bantuin aku dari tadi?" Felix mengedikkan bahu "Nunggu kamu yang minta" kekeh Felix. Lucy menyilangkan tangan di depan perut. "Dasar" gumam Lucy tersenyum geli dan mengikuti langkah Felix. Keduanya asik berbicara sambil bercanda. Sesekali tertawa di sepanjang jalan yang mereka lewati. Gumaman orang orang yang melihat Lucy dan Felix hanya di anggap candaan bagi keduanya. Pertemanan yang solid, Lucy dan Felix tidak peduli di anggap gila oleh orang orang yang sirik. Mereka menjadikan sindiran sebagai candaan. "Dasar anak jaman sekarang pacarannya gak tau tempat" ucap Lucy menirukan suara ibu ibu yang menyindirnya tadi dengan mulut di monyong monyongkan. Kemudian dia tertawa. "Lah emang kita pacaran?" Tanya Felix dengan kerlingan jahil. Lucy mencubit lengan Felix. "Ih dasar ya gak bisa di ajak kerja sama" Felix menghindari cubitan Lucy yang terasa menggelikan. Mereka kembali berjalan tetap sambil bercanda. Hingga sebuah motor melaju cepat melewati mereka, Felix menjatuhkan barang yang dia pegang untuk menarik Lucy. "Tuh orang gak ada matanya ya. Orang sebesar ini main mau tabrak aja" Gerutu Felix kesal. "Ayo Lucy cepat kerumah mu aja biar aman" Ucap Felix sambil melihat pengemudi motor ugal ugalan tadi yang sudah tak terlihat. "Tanganmu lepasin dong" Lucy melirik tangan Felix di tangan kanannya. Felix tidak mendengarkan dia mengambil barang yang dia jatuhkan dengan sebelah tangannya dan sebelahnya lagi menggandeng Lucy. "Gini aja. Kalau sampai kamu ketabrak aku belum siap kena omelan calon mertua" "Idih perhatiannya tapi siapa yang setuju mau nikah sama kamu" ucap Lucy namun membiarkan Felix tetap menggandeng nya. Senang rasanya punya sahabat yang pengertian meskipun kadang suka ngeselin. "Kalau aku liat tuh orang lagi aku jitak kepalanya biar tau rasa" Lucy tertawa. "Sok berani. Pas liat orangnya gede takut" ejek Lucy. Felix nyengir kuda. Tak berselang lama terdengar suara klakson motor. Lucy dan Felix lebih minggir lagi. Gama dan lagi-lagi bersama Nadine. Jujur Lucy sangat cemburu. Felix bisa melihat raut wajah Lucy langsung berubah saat melihat motor sport hitam tadi lewat. Lucy juga langsung berjalan lebih cepat meninggalkan nya. Dahi Felix berkerut sambil mengikuti langkah Lucy. "Besok aku jemput ya" Tawar Felix. Lucy memaksakan seulas senyum yang sudah ia usahakan untuk terlihat senormal mungkin "Oke. Jemput ya awas kalo gak" "Siap tuan putri. Pangeran akan selalu menjemput sang putri yang paling cantik ini" Felix berucap sambil sedikit membungkuk. "Kumat lagi deh alay nya" celetuk Lucy. Felix tertawa kecil "Abang pergi cari nafkah dulu ya buat lamar kamu" "Lama lama kamu kok malah pasang muka yang bikin orang  mau muntah sih. Buruan sana kalau mau pulang" "Gak bisa banget deh di ajak ngedrama. Sempat akan jadi kenyataan" gerutu Felix. Lucy mendorong pelan lengan sahabatnya ini. "Tapi besok ku jemput ya. Bye" Felix melambaikan tangan. Lucy tersenyum. "Dah bawel" Sahut Lucy. "Lucy! Teman kamu udah pulang?" Seru Liora. Lucy berbalik masuk ke dalam rumah. "Udah. Baru saja" jawab Lucy. Liora membawa kotak "Kue yang mama buat tadi kebanyakan kamu antarin ke rumahnya tante Farah ya. Kalau besok besok malah gak enak nanti" "Iya mah biar Lucy aja yang antar ke sana. Mama istirahat aja" Liora mengusap rambut Lucy "Kebetulan mama capek banget hari ini butik sangat ramai. Mama istirahat dulu ya" Lucy mengangguk. Sedikit heran kenapa mamanya itu suka sekali membuat kue lebih dan di berikan kepada keluarga Gama. Kakinya berjalan ke rumah Gama. Motor lelaki itu terlihat masih ada di depan rumah itu artinya Nadine juga ada di dalam. Rasanya sedikit sesak melihat orang yang kita cintai bersama wanita lain. Namun Lucy harus kuat dia hanya akan memberikan kotak kue itu dan langsung pulang. "Adik kamu baru pulang?" Tanya Nadine. "Sebenarnya bukan adik ku dia cuman anak tetangga. Tapi mamaku sudah anggap dia kaya anak sendiri" Jawab Gama. Nadine hanya ber 'oh' ria. Melihat Lucy yang sedang berbicara dengan mama Gama. Lucy berbalik menatap Gama dan juga Nadine. Lucy tersenyum tipis meskipun menahan sakit di d**a nya saat mendengar kata-kata Gama barusan. "Cuma anak tetangga" kata kata itu terngiang di otak Lucy. Selama ini Gama memang tak pernah menganggapnya. Lucy sudah biasa, namun kali ini saat Gama mengatakan secara langsung di depan Nadine rasanya sangat menyakitkan. Lucy keluar dari rumah Gama sambil mengusap air matanya. "Lucy kamu gadis kuat gak boleh nangis" Ucap Lucy pada dirinya sendiri. Tapi tetap saja ia sakit hati dengan kata-kata Gama. ________ To be continue Terima kasih udah mau mampir. Selamat menikmati saja karya nan gaje ini hehe.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD