Chapter 18

1043 Words
Ini sudah ke sepuluh kali Lucy mengecek hp nya berharap ada pesan atau kabar dari sahabat karibnya itu. Chat yang Lucy kirimkan tiga jam yang lalu pun sampai sekarang belum ada tanda tanda si penerima pesan akan membacanya. "Fel kamu bikin aku khawatir" batin Lucy "atau dia lupa cas hp ya? Besok kalau sekolah aja deh aku tanya" Benda persegi itu di letakkan di sampingnya berbaring. Terdengar hembusan nafas berat dari bibirnya. 'Gama' desis Lucy. Gadis itu memejamkan matanya. Memang sudah 3 hari Lucy tidak kerumah Gama itu karena Lucy ingin dirinya mencoba melupakan perasaan nya tapi semakin dirinya berusaha semakin dia memikirkan Gama. Alasan ujian tidak benar benar membuat Lucy berbohong pasalnya dia memang menghadapi ujian bulanan. Jauh dari Gama membuat nya tidak tenang. Bagaimana kalau Gama benar benar serius dengan Nadine, bagaimana kalau Gama nikahnya sama Nadine, bagaimana kalau.... Kalau... Gadis cantik itu langsung melompat dari tempat nya berbaring sambil menangkup wajahnya. "Aku gak rela. Pokoknya aku gak rela Gama sama cewek lain. Cuma  aku yang boleh sama Gama dan cuman aku yang boleh jadi istri Gama! Bodo amat pacarnya Gama siapa aku gak peduli selama mereka belum menikah" tandas Lucy sambil mengepalkan tangan nya. Drrrrtt... Lucy menoleh cepat ke layar hp nya yang menyala segera dia sambar benda persegi itu berharap pesan balasan dari Felix namun yang ada Lucy mendengus kesal jika pacar online nya yang rutin mengirimi pesan mengingatkan paket datanya sudah habis. Sepasang mata bulat itu menatap jam di hp yang menunjukkan pukul delapan malam. Segera Lucy meraih cardingan sebelum malam semakin larut. Tanpa paket data dirinya tidak akan mendapat pesan balasan dari sahabatnya jika tiba tiba sahabatnya itu butuh bantuan. Lucy nekat pergi ke konter hp untuk membeli paket data. Di rumahnya kebetulan wifi sedang rusak sejak dua hari lalu terpaksa dia yang turun ke konternya langsung. "Mau kemana sayang!" Seru papa Lucy. "Beli paket data pah. Sebentar kok, lucy jalan dulu ya" "Hati hati" Seru Papa Lucy yang tak sempat melarang anak gadisnya keluar malam malam sendirian. Lucy mengambil sepeda yang punya keranjang di depannya kemudian mengayuhnya menuju konter hp yang jaraknya lumayan jauh. Sekitar 700 meter. Karena jalanan yang ramai Lucy tidak takut pergi kesana seorang diri. Setelah beberapa saat Lucy berhasil membeli paket data begitu di daftar tiba tiba pesan dari grup kelasnya membludak hingga ratusan. Lucy tersenyum sambil ikut nimbrung di barisan chat grup kelasnya yang membahas ujian besok. Tapi chat dari Felix masih belum juga di baca oleh cowok tinggi itu. Sekali lagi Lucy mencoba berpikir positif. Menghampiri sepedanya kemudian mengayuhnya lagi untuk segera pulang. ---- Deruan motor berhenti di sebuah cafe tempat nongkrong Gama dan teman teman satu kompleknya yang seangkatan waktu sma. Cowok tinggi tegap dengan body berotot dari balik kaos oblongnya itu turun dari boncengan motor Dewa. Alasannya Gama males naik motor dan berakhir Dewa menjemput cowok jakung itu di rumahnya. "Woy Gama! Kemana aja lo baru nongol" Seru salah satu teman Gama. Cowok yang di panggil itu duduk di kursi bareng dengan yang lain. "Biasalah kalo orang udah kerja mah susah mau nongkrong nya" sahut Gama. Dewa duduk di samping kiri Gama "Ya susah mau nongkrong wong orangnya sibuk pacaran bae" Dewa mencibir. Teman teman Gama kemudian tertawa. "Sibuk cipok cipokan ya" sahut satunya lagi. Gama hanya terkekeh pelan. Mereka kemudian sibuk bertukar cerita bahkan saling olok olokan yang sering mereka lakukan saat sedang berkumpul. Tak peduli jika yang mereka bahas terlalu absurd, menjijikkan atau bahkan kata kata kotor. Saat berkumpul bareng semuanya seakan tidak peduli apa yang sedang mereka bahas yang penting suasana rame pas lagi kumpul kumpul. Sibuk dengan celotehan celotehan gak jelas teman temannya sepasang bola mata Gama melihat sosok gadis mungil tengah mengayuh sepeda. Meski jarak lumayan jauh tapi Gama yakin mengenali Gadis itu. "Gaes aku duluan ya ada yang mau di urus nih" seru Gama memotong keributan. "Lo di sini aja Dew. Gua balik aja jalan kaki" Gama menepuk pundak temannya itu saat akan ikut berdiri. "Lo yakin Gam mau jalan kaki?" seru salah satu teman Gama. Gama mengangguk "duluan ya" Cowok berkaos hitam itu melambaikan tangan. Gama melihat gadis bersepeda itu mulai menjauh. Gama semakin mengejar, bukannya apa tapi di jam seperti ini daerah yang akan di lewati lucy bukanlah jalan yang aman untuk seorang gadis yang tak bisa bela diri. Langkah kaki Gama semakin melebar bahkan sedikit berlari. Dugaannya tidak salah. Kurang dari 50 meter dari tempat nya berdiri Lucy tengah di goda oleh tiga pria yang Gama anggap adalah preman pengganggu. Terlihat Lucy berontak saat salah satu dari mereka menyentuh tangan Lucy. Yang satunya memegang boncengan belakang sepeda Lucy dan satunya lagi berusaha agar Lucy segera turun dari sepedanya. Suasana sangat sepi meski lampu jalan menerangi. Lucy turun dari sepeda dan memukul salah satu dari ketiga preman itu. Mereka justru tertawa dan berusaha menarik Lucy sampai suara gedebuk terdengar. "Beraninya jangan sama cewek lo!"  seru Gama menendang salah satu dari mereka yang menarik tangan Lucy. Gadis itu terdiam saat di mana Gama di keroyok ketiga preman tadi. Lucy menutup mulutnya dengan telapak tangan saat Gama sudah membuat ketiganya jatuh nyosor ke tanah. "Pergi kalian! Sebelum ku panggil polisi" Seru Gama kesal dengan nafas tesengal sengal. Cowok jakun itu menatap Lucy yang terkagum tapi Gama justru menatapnya marah. "Lo lagi! Udah malam kayak gini ngapain keluar rumah!" sengap Gama. "Kamu kenapa malah marah sama aku?" ucap Lucy dengan polosnya. Sebelah tangan Gama menepuk dahinya sebelah lagi berkacak pinggang menatap gadis oon di depannya ini. "Kamu tau gak apa yang akan mereka lakuin kalo aku gak datang?" Lucy menggeleng pelan. Gama gregetan karena gemas. "Lain kali gak usah keluar malam malam kaya gini. Bahaya! Paham!" Lucy mengangguk patuh. "Yaudah kita pulang sekarang" Gama mengambil sepeda Lucy yang terjatuh. "Ngapain bengong sih? mau preman tadi gangguin kamu lagi? Buruan naik aku antar kamu pulang" Lucy yang terdiam langsung mengembangkan senyumnya tatkala sadar Gama menawarkan diri untuk memboncengnya menggunakan sepeda. Lucy memeluk pinggang Gama dari belakang hingga kaki Gama mulai mengayuh pedal sepeda Lucy. Gadis berponi itu tak hentinya tersenyum pasalnya dia sekarang merasa sedang ada dalam drama drama korea dimana sang cowok naik sepeda menggandeng si wanita. Seperti lupa jika dirinya tengah berusaha untuk menjauh dari Gama tapi jika seperti ini siapa yang bisa? Lucy bahkan semakin mencintai Gama. _______ To be continue
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD