Chapter 9

950 Words
Bola mata Leraince membulat dengan ucapan dari Putri Madelia, bagaimana mungkin seorang Putri Earl mengetahui rencananya? Lagi-lagi pikiran Leraince kembali kabur. Banyak sekali lamunan dirinya yang negatif, jelas-jelas saat ini Putri Madelia sedang duduk di meja kerja Perpustakaan. Memang sangat cantik, kecantikannya membuat seorang Leraince terpesona. Jangankan dirinya, pria manapun pasti menyukainya. "Aku akan beristirahat, hingga nanti malam. Kau kembali saja Leraince, jangan lupa untuk bilang Bibi Mery membawa bukumu ini ke ruangan kamar. Minggu depan kau akan bersekolah di Winsor, lagipula usiamu hampir sama denganku itu pertanda bahwa pembelajaran semester akhir di Winsor dan kau akan ke Skonafia bersamaku. Jika kau mampu mengejarnya kau sangat hebat," ucap Putri Madelia dengan tersenyum manis. Dirinya menutup buku yang ia baca lalu pergi meninggalkan Leraince seorang diri di Perpustakaan. Tak berselang lama Mery Arfold datang menghampiri Leraince ke Perpustakaan, "Kau tidak membuat masalah kan? Tuan Putri Madelia menyuruhku kemari, apa kau berulah lagi?" Tanyanya dengan nada serius. Seperti apa yang Mery lakukan kepada Countess Veliaz, anaknya memang sering berulah. "Tidak ibu, aku diberikan buku-buku oleh para Putri Earl, lihat itu disana! Banyak sekali buku-bukunya. Sungguh aku terharu mereka memberikanku buku, ibu aku ingin belajar yang giat. Tuan Putri Madelia sangat baik, bagaimanapun sekarang waktunya aku menuruti kata-kata ibu. Maafkan aku untuk sebelumnya, ibu benar targetku adalah Yang Mulia Raja. Yang terpenting adalah saat ini aku harus masuk lima besar di Winsor, ibu bantu aku dan doakan aku," ucap Leraince dengan nada memohon. "Baiklah, kau ini ada-ada saja membuat ibumu selalu khawatir. Yasudah ibu bantu untuk membawakannya. Ingat Leraince, Keluarga Earl Brillent dan mereka adalah Keluarga Bangsawan Agresia. Kita turuti saja, berkat mereka kita bisa hidup layak seperti ini tanpa sihir," ucap Mery Arfold kepada Leraince dengan membawa beberapa buku dan menutup pintu Perpustakaan. Dari balik tembok rupanya Putri Madelia mendengar seluruh ucapan Mery Arfold kepala pelayan Kastil Brillent. "Penyihir? Ternyata ... bagus juga," bisiknya dengan pergi meninggalkan mereka di lorong memasang pandangan mata dingin kali ini. ** Suara-suara sungai gemericik terdengar dari sisi danau, membiarkan para katak hingga ikan mencari makanan mereka dengan eksotis indahnya alam Andeleusia. Gaun berwarna biru tua senada dengan mantel bulu tebal melingkari tubuh Putri Ethelyn dan juga Raja Rederick. "Tapi Yang Mulia, bagaimana bisa namaku di ubah seperti itu?" "Tentu bisa karena kau sudah di Kerajaan Eloise, tidak bisa menggunakan nama manusia disini. Ini adalah namamu yang asli setelah kau hilang dan ada penyihir jahat yang ingin membawamu." "Tapi Yang Mulia Raja?" "Peri Leci akan selalu membantumu, dari mulai kau bangun tidur serta segala aktifitasmu hingga malam kau akan tidur kembali," jawab Raja Rederick saat ini, jari tangan kanan itu mengambil secangkir teh lalu meneguknya perlahan. Berbeda dengan Crolea yang menolak namanya untuk di ubah, ini adalah pemberian ibunya, dari kecil ia sudah senang dengan nama ini. Melihat keegoisan ayahnya Raja Rederick membuat Crolea menginginkan pulang ke Kastil Istana. "Apakah aku boleh izin pulang ayah?" "Kenapa? Apakah aku membuatmu sedih?" "Tidak, aku aku hanya ingin pulang, aku masih bingung dan harus banyak mempelajari kehidupan disini, terlebih ayahanda melarangku memanggil saya dan anda disini, aku pun jadi bingung karena aku sangat baru disini ayah," jawab Ethelyn dengan pandangan yang sendu. Wajahnya begitu eksotis seperti Ratu Allice. "Baiklah, Ethelyn. Kau tidak akan bisa kembali ke dunia asalmu, duniamu hanya disini. Kau sudah memecahkan cermin untukmu kembali. Tidak apa-apa, ayah akan selalu memberikanmu pembelajaran, kau harus sekolah nantinya. Jadi jangan pernah takut berada disini," ucap Raja Rederick dengan menatap wajah Ethelyn. Putri dari Raja Amung dan juga Ratu Allice kini begitu dewasa, kecantikannya sungguh mempesona, begitupun dengan Peri Leci. Saat ini dia hanya memperhatikan Raja dan Ethelyn bercengkrama di sisi danau, meminum teh dengan cangkir ukiran bunga. "Baru kali ini aku melihat Raja begitu bahagia, mereka seperti pasangan, pemandangan Andelusia dan Eloise di sore hari yang menawan. Seperti senja dengan irama warna menyejukkan mata." Berkali-kali Raja memanggil Peri Leci, lamunan Peri Leci terhenti ketika tatapan wajah Raja mendekati Peri Leci yang sedang berbaring diatas bunga matahari dekat danau. "Ya ampun Yang Mulia! Kau mengagetkanku saja. Ya-yang Mulia ada apa?" "Ada apa katamu? Jelas-jelas Putri Ethelyn mau kembali ke kamarnya. Dia sudah tahu bahwa ia tidak akan kembali, ini adalah dunia aslinya. Aku sengaja memakaikan nama itu karena takdirnya harus berjalan," jawab Raja Rederick dengan menyilangkan kedua tangan. Melihat Peri Leci yang terbangun dari tidurnya dan berjingkrak-jingkrak melihat Putri Ethelyn yang menunggunya. Melihatnya melewati tubuh Raja Rederick. "Baiklah Yang Mulia Raja, maafkan hamba karena berulah. Hamba akan mengajarkannya untuk sampai memasuki sekolah Kerajaan," jawab Peri Leci dengan kepakan sayapnya melewati Raja Rederick. Raja hanya melihat Peri Leci dan Putri Ethelyn berjalan memasuki lorong Istana, melewati pagar dari pintu yang di hiasi dedaunan sepanjang pintu. "Ada-ada saja, jelas-jelas sedang mengobrol. Ia malah melamun menghayal tidak jelas," seru Raja dengan berjalan meninggalkan taman belakang danau. Putri Ethelyn masih sangat baru disini, dirinya pun masih mempelajari akan keadaan disini. Sekolah? Apakah itu harus? Memang benar Ethelyn sangat kekurangan pembelajaran, ini dunia asing yang ia masuki. Berisikan penyihir, peri, dan manusia serta beberapa master magia berada disini. Seperti dunia dongeng yang sering ia baca. Bahkan makhluk kuda bertanduk saja ada. "Peri Leci?" "Ya," jawab Peri Leci sembaring terbang dengan mengikuti arah Putri Ethelyn berjalan. "Apakah aku berdosa jika aku memakai nama ini? Padahal nama Crolea adalah nama pemberian ibu dan ayahku yang sudah tidak ada di duniaku. Apakah aku berdosa?" Tanya Ethelyn dengan bibir yang agak cemberut dengan rona wajah sedih. Putri Ethelyn, seandainya dia tahu akan semuanya, lalu seandainya ia tahu bahwa Raja Rederick di suruh oleh Raja Amung untuk menjadi ayahnya di Andeleusia dan Eloise. Potongan-potongan puzzle dari pikiran Peri Leci berjalan. Wajahnya simpatik akan ekspresi Putri Ethelyn saat ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD