Bunyi ‘bip’ satu kali terdengar pada telepon seluler Meisya, menandakan notifikasi untuk pesan masuk. Meisya terbelalak kala membaca isi pesan di sana.
From : Charming – Lele
Mau tahu berita paling gres pagi ini? Bu Indira memperkenalkan penggantinya. Cowok. Masih muda. Single and available sih, bilangnya. Dan dia adalah... taraaaa...!
Valentina sepertinya sengaja membuat Meisya penasaran. Pesan keduanya begitu jahil, tengok saja isinya. Hanya tiga baris titik, tanpa petunjuk lain lagi.
From : Charming – Lele
...
...
...
Cukup cerdaskah anda untuk menerkanya?
Lalu lama tidak ada pesan satu pun dari Valentina.
"Sial," dumal Meisya geregetan.
Namun Meisya bertegar hati. Ia menahan diri, pura-pura tidak berminat untuk mengetahui lebih lanjut. Dia merasa gengsi kalau harus memperlihatkan rasa penasarannya.
'Hm. Tuh anak, dapat jenis permainan baru lagi, yang dia praktekkin ke gue. Gila ya si Richard, teman gue dibikin jadi begitu, sama dia,’ pikir Meisya, masih sok cuek.
Satu jam. Dua jam. Tiga jam telah berlalu. Tetapi tidak ada lagi clue lanjutan dari Valentina. Meisya mulai jengkel. Satu menit sebelum waktu makan siang tiba, dia sudah tak mampu lagi menahan rasa ingin tahunya. Dia sudah siap menyerah.
“Sialan banget si Lele. Kenapa gue merasa, ilmunya dia makin tinggi aja sekarang, ya? Gue jadi sering kalah bersaing sama dia? Kupret!” dumal Meisya pelan.
Meisya enggan mengirimkan pesan teks lagi. Berpikir bahwa sahabatnya itu tentu sedang bersiap untuk makan siang, dia memutuskan untuk menghubungi nomor telepon genggam Valentina. Malangnya, dua kali dia menghubungi, tidak kunjung berjawab. Di panggilan ketika, barulah dia merasakan panggilan teleponnya ditolak dengan sebuah pesan teks, “Wait. I’m in the middle of disscussion.”
“Pantesan. Nggak biasa-biasanya dia begitu. Gila, ini si Richard reseh banget. Teman gue ditindas banget sama dia,” Meisya setengah bergumam lalu menghela napas panjang.
“Meisya, elo belum makan, kan? Ayo, kita makan bareng. Ada resto baru, di belakang gedung ini. Nih, gue dapat flyer-nya,” terdengar suara Susan.
Meisya mengangkat wajah, mendapati rekan sekantornya sedang menumpukan tangan pada pembatas kubikelnya.
“Hei, San! mana coba gue lihat menunya,” Meisya menarik flyer yang dipegang oleh Susan, mencermatinya sesaat.
“Boleh nih. Ayo!” Meisya segera mematikan laptopnya. Air liur sudah nyaris menetes dari mulutnya, melihat aneka menu yang ada di dalam flyer. Sudah begitu, harganya masih promo, pula.
“Ayo, cepetan. Takutnya telanjur ramai. Ini jam makannya sudah lewat lima belas menit begini,” sahut Susan pula.
Benar dugaan Susan. Pada saat Meisya dan Susan tiba di resto yang dimaksudkan oleh Susan, mereka memang harus sedikit bersabar karena ternyata pengunjungnya membludak. Mereka tidak segera mendapatkan meja. Tapi apa boleh buat, lantaran sudah memantapkan hati mau mencicipi menu di resto tersebut, ya mereka memutuskan untuk menunggu.
Saat itu lah, sebuah pesan teks masuk dari Valentina.
From : Charming – Lele
Hei Lo, sorry baru banget kelar nih. Dasar reseh si Richard, bilangnya sore mau bahas design-nya, ternyata pagi-pagi sudah main tanya. Tapi untunglah, nggak terlalu banyak komen dia, hari ini. Mungkin sariawan atau sakit gigi. Biarin deh, selemanya aja begitu. Ada apa tadi telepon?
Meisya mengetik sebuah pesan balasan.
To : Charming – Lele
1. Siapa penggantinya bu Indira?
2. Iya semoga seterusnya Richard nggak banyak lagak
3. Lo udah makan belum? Gue lagi antri untuk dapatin meja. Busyet resto baru, promonya kenceng sampai segininya
Pesan balasan dari Valentina segera masuk. Tampaknya Valentina memang benar-benar sedang senggang sehingga tidak menunda sedikitpun untuk menjawab pesan sang Sahabat. Lucunya, Valentina membalas dengan memberikan nomor pula.
From : Charming – Lele
1. Lihat di pesan kedua
2. Gue langsung amin kencang euy!
3. Coba langsung dicari tahu strategi mereka, mana tahu bisa diterapkan di Charming biar omzet bisa semakin meroket dan kita sebagai yang mengais rejeki di Charming kecipratan juga, semakin sejahtera, gitu. Tugas elo juga tuh Lo. Gue mau pesan antar aja. Nggak sempat keluar kantor untuk makan siang, hari ini
Meisya tidak segera menjawab. Dia memilih segera mengklik pesan yang kedua, dari Valentina. Bagaimana dia tidak terkejut, melihat foto ibu Indira dengan seorang Cowok, sedang berjalan di depan deretan kubikel.
Dia sudah tidak peduli lagi untuk menanggapi pesan teks yang pertama diterimanya dari Valentina. Fokus perhatian Meisya kini tertuju kepada pesan teks yang kedua. Dia sudah tidak sabar untuk segera berkomentar, rasanya. Segera Meisya mengetik sebuah pesan balasan kepada Valentina.
To : Charming- Lele
Wow! Cowok di lift kemarin? What a small world! Namanya siapa Le? Eh, nggak penting. Setidaknya saat ini. Gue malah lebih tertarik sama cara elo mendapatkan foto yang sejelas ini. Ehm, ini pertanda baik yang sudah lama gue tunggu. Le, elo sungguhan mau membuka lembaran baru, kan? Proud of you, Le, muach muach! Gue merestui tanpa harus elo minta :)
Meisya tersenyum sendirian. Ya, mendadak saja ia membayangkan, Valentina dan si Cowok dalam foto itu, berpasangan. Itu berarti...?
Senyum Meisya kian lebar saja.
‘Gue enggak akan menyia-nyiakan kesempatan emas ini, Le. Ini momentum. Gue harus secepatnya bertindak. Yup, Robin itu memang cocoknya bukan sama elo, melainkan sama gue. Gue tahu Robin cintanya sama elo. Dari jaman kita kuliah, gue tahu itu. Tapi kan, gue bisa mendekati orang tuanya. Soal ini, gue enggak ragu. Dulu aja gue berhasil menjauhkan elo dari Robin. Terus sekarang, apa susahnya, kalau gue terang-terangan berusaha, mendekati orang tuanya si Robin?’ Pikir Meisya sambil menyeringai.
Telepon seluler Meisya mengirimkan bunyi ‘bip’ lagi. Rupanya ada pesan teks baru dari Valentina. Dengan penuh semangat, segera Meisya membacanya.
From : Charming – Lele
Namanya Marvin William Setiadi, 28 tahun. Eng, 28 tahun 8 bulan sih, tepatnya. S1 Psikologi. Tapi kabarnya dia ini sudah meraih gelar Sarjana Hukum pula. Tinggal diwisuda doang. Pengalaman kerjanya sebagai Asisten HR Manager di “Comfort & Update” selama 3 tahun, sebagai HR Manager di “L & L Fashion” selama 4 tahun. Dia selalu kerja sambil kuliah. Hebat banget, ya bagi waktunya! Padahal, usaha retail dan garmen itu tahu sendiri, gimana rumitnya manusia-manusianya. Sempat-sempatnya tuh, loh!
Tak pelak, seringai Meisya semakin lebar saja. Tak ada bedanya dengan seseorang yang baru melihat tayangan iklan di sebuah stasiun televisi, yang isinya undian berhadiah, dan seketika membayangkan serta memercayai bahwa dirinya adalah pemenang utama dengan raihan radiah satu milyar dipotong pajak undian.
'Hm. Fix! Gue terlalu kenal elo, Le. Nggak mungkin elo seantusias ini kalau bukan karena berminat sama si Marvin ini. Biar aman, kelihatannya gue harus dorong elo dulu, supaya elo sama Marvin jadian sungguhan. Baru setelah keadaan aman terkendali, berjalan sesuai yang gue bayangkan, nah itu saatnya untuk gue mengeksekusi rencana utama gue. Sumpah, gue nggak mau ada gangguan saat gue sama Robin lagi pedekate atau bahkan setelah jadian nanti,’ batin Meisya sebulat tekadnya.
Meisya pun mengirimkan sebuah pesan teks yang panjang pada sahabatnya.
To : Charming – Lele
Ehm..., gue mau cari ide jitu ah, supaya bisa beralasan ke kantor pusat di dalam minggu ini juga. Itu masuk prioritas di jadwal kerja gue, ha ha ha. Tenang..., gue bukan mau ikut berkompetisi untuk mencari perhatian si Manager Human Resources Department yang baru itu, apalagi buat memenangkan hati dia. Kagak! Gue ke sana, tujuannya mau ikut menilai dan mencari tahu lebih jauh, si Marvin itu layak nggak, buat sahabat gue tersayang. Sekalian gue mau mastiin juga, mata elo nggak jelalatan lagi ngelihatan si Richard. Kan udah ada pemandangan lain. Satu tower lagi, tinggalnya, Le. Pulang pergi bareng deh, biar makin dekat makin asyik dan terutama makin irit bensin dan tenaga buat menyetir sendiri *wink.
Sebuah senggolan di lengannya membuat gerakan Meisya yang hendak mengirim pesan teks itu otomatis tertunda.
"Apa, San?" tanya Meisya seraya mengangkat wajahnya, beralih dari layar telepon genggam yang ia pegang.
“Kita sudah dapat meja tuh, kata waitress-nya. Ayo cepetan Sya! Ini, gembel di perut gue sudah pada ngamuk, demo, minta dikasih makan sekarang juga,” ucap Susan, yang rupanya agak sebal karena sedari tadi Meisya begitu asyik bermain ‘hape’ dan kurang menghiraukan dirinya. Padahal kan, dirinya juga mempunyai maksud tertentu untuk dekat dengan Asisten Manager Bussiness Development ini.
'Di dunia kerja mana ada yang gratis? Gue kepengen tahu dia ini bisa nggak, gue titipi pesan sponsor, supaya tokonya saudara gue bisa jadi calon vendor. Nah dia kan dekat, sama orang kantor pusat, terutama bagian pembelian. Tapi apa-apaan ini, baru pedekate pertama sudah dicuekin begini,' batin Susan.
Wajah Meisya langsung semringah.
“Oh. Akhirnya. Ayo, cus!” sambut Meisya senang.
Dengan satu gerakan lincah, ibu jari Meisya menggulir tulisan ‘send’ atas pesan yang tadi diketiknya.
**
- Lucy Liestiyo -