Bab 05. Udah Nggak Sayang!

1061 Words
Celine menatap ke arah pasangan paruh baya yang telah melahirkan dirinya ke dunia ini. Dan menciptakan dirinya yang cantik dan penuh pesona ini, yang mana banyak sekali mau dengannya. Tapi, dia tidak mau dengan mereka. Maaf, dirinya hanya mencintai suami halunya. Mas Namjoon! Celine tetap akan setia sama Mas, walau orang-orang bilang Celine gila! “Ma! Pa! Celine nggak mau dijodohin. Celine nggak mau dia menjadi suami Celine!” ucap Celine memulai aksi protesnya pada kedua orang tuanya ini. Rendra dan Meira menaikkan sebelah alis mereka, dan menggeleng pelan. Maaf-maaf saja, mereka tidak bisa membatalkan perjodohan Celine dengan Dean. Dean itu menantu idaman sekali, dan anaknya akan bahagia bersama Dean. “Mama dan Papa nggak bisa batalinnya. Kamu jalani aja. Dan kamu bakalan jatuh hati sama Dean nanti.” Kata Rendra, membuat Celine merengut mendengarnya. Kenapa kedua orang tuanya ini tidak mengerti? Kalau Celine tidak mau menikah dulu dan ingin menikmati masa lajangnya. Dean itu bukan laki baik-baik, yang seperti apa orang tuanya pikirkan. Lelaki itu m***m! “Ma! Pa! Celine nggak akan jatuh cinta sama dia. Percuma aja kalian lanjutin perjodohan ini, kalian mau Celine tersakiti?” tanya Celine, memulai dengan menurunkan air mata penuh kepalsuannya. Berharap dia dikasihani, dan orang tuanya akan mempertimbangkan untuk membatalkan perjodohan gila ini. Meira dan Rendra yang melihat itu menggeleng. “Kami nggak mau kamu tersakiti, Nak. Karena kami menyayangi kamu, makanya kami mau yang terbaik untuk kamu. Dan Dean itu sudah menjadi pilihan terakhir kami, yang cocok dengan kamu, dan kamu seharusnya buka mata lebar! Teman-teman sebaya kamu udah nikah dan udah gendong anak! Kamu masih aja haluin orang Korea itu!” ucap Meira, memutar bola matanya malas. Dia mau putrinya melihat ke arah kenyataan. Kalau yang nyata saja sudah tampan. Dan tidak perlu haluin yang tidak tahu kita bernapas di dunia. Celine mengepalkan tangannya, dan terisak. Orang tuanya sudah tidak sayang dirinya. Dia tahu, kenapa dirinya dijodohkan. Pasti orang tuanya ingin Celine pergi dari kehidupan mereka. Kejam sekali! “Mama dan Papa sudah tidak sayang sama Celine! Kalian selalu saja mikirin yang terbaik. Tapi, kalian nggak tahu apa yang terbaik untuk Celine!” Rendra dan Meira memutar bola mata mereka. Sudah tahu tabiat putrinya ini, kalau suka drama dan membuat semuanya prihatin padanya. Tapi, mereka tidak akan kemakan dengan drama yang dilakukan oleh Celine sekarang. Kalau tidak dicarikan jodoh? Memangnya Celine bertemu dengan jodohnya lewat apa? Lewat khayalan? Atau si Namjoon itu akan datang ke sini datang melamar? Mustahil! “Kamu akan saling mengenal dulu dengan Dean. Nggak akan langsung nikah. Kami sudah sepakat dengan orang tua Dean, kalau kalian bakalan lewatin pase yang namanya pacaran dulu. Dan kalau sudah siap nantinya, baru kalian lanjut ke jenjang pernikahan,” ucap Meira. Celine menghapus air matanya. Taiklah! Percuma dia menangis, kalau tidak mendapatkan perhatian dan perjodohan tidak jelas ini dibatalkan. Buang-buang energi saja! Celine berdiri dari tempat duduknya dan mengentakkan kakinya. “f**k!” ucap Celine pelan, dan masuk ke dalam kamarnya. Meninggalkan orang tuanya di ruang tengah. Kalau memang Dean itu baik. Mereka saja yang menikah dengan Dean dan tidak usah memaksa Celine. Celine menutup pintu kamar secara kasar, dan berjalan menuju ranjang, setelahnya dia melompat ke atas ranjang, mengelamkan kepalanya di bantal. Celine memukul boneka beruang besar di atas ranjang, dan menggigit tangan boneka itu. Kejam sekali dunia ini. Kenapa harus ada perjodohan di dunia ini? Celine ingin membunuh orang yang mencetus kata perjodohan itu. “Mama dan Papa jahat! Mereka udah nggak sayang Celine! Mentang-mentang si kampret itu banyak duit, mereka mau-mau aja gitu jodohin Celine sama dia.” ucap Celine, mengambil ponselnya yang terus berbunyi dari tadi. Celine mengangkat sebelah alisnya, melihat siapa yang mengirim pesan padanya. Si kampret itu ternyata. Celine membuka pesan yang dikirimkan oleh pria yang akan dijodohkan dengannya. ‘siang… kamu lagi ngapain? Lagi bayangin wajah aku ya?’ ‘Kamu udah makan siang? Jangan lupa makan. Nanti kamu sakit.’ ‘Kamu cantik banget’ ‘Kita katanya pacaran dulu. Kamu sekarang pacar aku!’ Celine segera menyimpan ponselnya kembali, melihat semua isi pesan alay dari pria yang katanya tampan dan dingin itu. Apanya yang dingin? Malahan kayak orang penyakitan! Nggak waras. Celine menatap poster suaminya di dalam kamarnya ini. Celine senyum-senyum sendiri, kayak orang gila, dan melambaikan tangannya. “Kamu nggak usah khawatir. Aku nggak bakalan nikah sama dia! Dia itu laki-laki gila yang menjadi penghuni rumah sakit jiwa!” kata Celine. “Aku cuman cinta sama kamu loh sayang. Cintaku tidak akan pernah pudar untuk kamu!” “Lo beneran udah gila kayaknya! Bukan si cowok yang dijodohin ama lo, yang gila! Tapi, lo!” Celine melihat ke arah pintu kamarnya. Sahabatnya berdiri di sana dengan gelengan kepala. Tidak sanggup melihat tidak warasnya si Celine. Yang mengatakan cinta pada poster itu. “LISA!! YA AMPUN! KAPAN LO PULANG ANJING!” Lisa—sahabat Celine memutar bola matanya, dan berjalan mendekati Celine. Lisa duduk di atas ranjang, dan meraih ponsel Celine. Setelahnya dia cari chat cowok yang akan dijodohkan sama sahabatnya ini. Hem, cakep! Kenapa si bodoh ini nggak mau? “Lo nggak jawab pertanyaan gue! Kapan lo pulan?!” tanya Celine, merasa terabaikan oleh Lisa. Lisa mendengkus. “Gue pulang dua hari yang lalu. Dan baru sempat ke sini. Lagian lo heboh banget, gue cuman pergi ke China selama dua minggu!” jawab Lisa. Celine mendelik. “Gue kangen sama lo. Soalnya nggak ada yang ngajak gue jalan!” ucap Celine. Lisa terkekeh kecil. “Katanya lo udah diajak jalan sama calon lakik lo!” kata Lisa, sudah mendengar ini dari ibunya Celine. Celine menggeleng. “Gue nggak suka sama dia. Dia itu mengerikan!” ucap Celine agak berlebihan memasang ekspresinya. Lisa mengangkat sebelah alisnya. “Mengerikan kayak apa? Dia mau bunuh lo? Dan jual organ tubuh lo?” tanya Lisa penasaran. Celine menggeleng. “Dia m***m! Nggak suka gue.” Lisa tertawa kencang mendengarnya. “Ya ampun Neng! Kalau nggak m***m bukan cowok namanya. Apalagi dia itu lelaki dewasa, wajar aja m***m. Udah kamu jangan banyak pilih lo. Nanti kepilih yang nggak baik gimana?” “Gue nggak banyak pilih! Gue nggak mau sama dia!” “Udah! Ganti baju sana. Kita jalan, dan habis itu kita nonton. Gimana?” tawar Lisa, membuat Celine mengangguk semangat. Celine segera beranjak dari `ranjangnya, untuk mengganti pakaiannya. Dia akan jalan lagi bersama sahabatnya ini. Dan melupakan sejenak masalahnya tentang perjodohan nggak jelas ini. Perjodohan yang membuat kepalanya pusing!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD