Bab 07. Nggak Akan Dibatalkan!

1052 Words
Celine pulang ke rumah dengan wajah berbinarnya. Karena hari ini dirinya bisa membeli semua barang yang diinginkan oleh dirinya dan itu semua berkat dari Dean yang memberikan kartu ATM untuk dia pakai. Dan lihat saja, pria itu pasti menyesal karena telah memberikan kartu pada Celine. Dan mana semua isi dalam kartu itu sudah Celine habiskan. “Kau benar calon istri yang tidak tahu diuntung! Kau menghabiskan semua isi dalam kartu itu dan tidak menyisakannya!” kata Lisa menggeleng pelan, melihat kelakuan dari sahabatnya itu. Celine mencibir. Salah Dean kenapa mau saja dijodohkan dengan dirinya, pakai memberikan kart ATM lagi pada dirinya. Kan Celine jadi khilaf. Khilaf dan kalap itu bersaudara. Soalnya Celine kalap membeli barang-barang ini semuanya. Dan dia juga membeli laptop dan Handphone baru. “Salah dia. Ngapain nerima perjodohan yang nggak guna ini! Ini bukan zamannya Siti Nurbaya dan Datuk Maringgih! Ini zamannya anak muda bisa memilih sendiri mereka mau menikah dengan siapa dan siapa yang akan menjadi suami atau istri mereka. Emak dan Bapak gue kebanyakan kolotnya! Zaman dah berkembang masih aja ada acara perjodohan!” ucap Celine masuk ke dalam rumah dengan membawa semua barang-barang yang dibeli olehnya. “Mereka bukan kolot. Tetapi, mereka mau yang terbaik. Kalau nunggu lo yang mutusin buat nikah dan cari calon, keburu mati lu dikuburin sama orang-orang!” ucap Lisa berjalan mengikuti langkah Celine dari belakang. Celine mencibir. “Nggak peduli gue! Udah, lo nggak pulang? Mau nginap di sini?” tanya Celine. Lisa menatap pada Celine. “Lo ngusir gue? Gue udah seharian ini nemenin lo belanja, dan lu cuman beliin gue cendol doang sama sepatu yang harganya itu nggak sampai sepuluh juta! Dan sekarang gue diusir! Teman nggak tahu diuntung emang kayak gini!” kata Lisa sinis. “Nggak usah marah anjing! Kalau mau nginap di sini juga nggak masalah. Lagian gue nggak larang lo buat nginap.” Kata Celine kembali, yang akan naik ke kamarnya. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat ibunya yang berdiri di depannya dengan tatapan tajamnya. “Kamu dapat uang dari mana? Bisa beli barang sebanyak ini! Kamu jual diri?!” Celine berdecak mendengarnya. “Mama! Celine nggak murahan. Ini dikasih sama calon menantu idaman Mama itu. Yang katanya terbaik. Tapi, memang terbaik sih kalau soal duit. Udah Celine mau ke kamar dulu. Kalau mau tahu yang sebenarnya, tanya aja sama si Lisa. Dia saksi bisu semuanya!” kata Celine meninggalkan ibunya sendirian. Meira menatap kepergian sang putri dengan tatapan tidak percayanya. Dia ragu, kalau Celine tidak jual diri. Bisa saja kalau putrinya itu jual diri, karena tidak ada uang untuk belanja. Lalu segera menatap Lisa yang kelihatan capek. “Lis! Itu beneran Dean yang kasih uang? Kalian ketemuan ama Dean tadi?” tanya Meira, duduk di depan Lisa. Lisa mengangguk. “Iya, Tante. Si Dean yang kasih. Tadi ketemu di restoran. Kebetulan tuh cowok ada di sana. Dan kasih Celine ATM yang isinya tiga ratus juta! Dan putri Tante itu, ngabisin duit itu semuanya.” Jawab Lisa, membuat Meira terkejut mendengarnya. Semenjak kapan Celine menjadi matre seperti ini? Apalagi katanya Celine tidak suka dengan Dean. Malah sekarang ngabisin uang Dean nggak nangung-nangung. Jual mahal boleh! Tapi, nggak usah kelihatan murah juga kalau sudah dikasih uang! “Itu bukan putri Tante. Tante nggak punya putri yang gila kayak gitu. Dia sok nolak, malah duit si Dean diembat juga. Kalau Tante mah dulu dijodohin sama Om kamu. Tante mau dan segera nikah sama Om kamu. Nggak ada jual mahal. Untuk apa jual mahal, kalau pada akhirnya bersedia ngakang juga di depan lakik.” Ucapan frontal dari Meira membuat Lisa mengidik ngeri mendengarnya. Ini pantesan otak Celine agak gimana. Orang tuanya juga sama ternyata. Jangan ngomongin ngakang di depan Lisa. Lisa itu masih gadis polos yang kerjaannya tiap malam nonton badan sixpack dari lelaki barat yang menggoda imannya. “Tante Lisa masih polos ya! Jangan ajarin Lisa yang nggak-nggak. Lisa nggak mau tercemar otaknya!” kata Lisa. Meira mencibir. “Alah sok suci! Kamu dan Celine pasti sudah pernah nonton bokep. Lagaknya polos. Ya … yang di bawah kamu masih polos dan belum disentuh orang. Tapi, kalau otak nggak akan polos sama mata kamu ini. Kamu suka bokep Jepang, Korea, atau Barat?” tanya Meira semakin menyesatkan saja. Lisa mengaruk pelipisnya dia tampak malu ditanya seperti itu. Dia nggak tahu mau jawab apa. Bukankah itu sebuah aib? Dan aib harus ditutupi dan tidak boleh diumbar. Lisa tidak mau mengumbar aibnya dengan menjawab kalau dirinya suka nonton bokep barat apalagi cowoknya kulit hitam. Aduh! Nggak aman untuk kesehatan bagian bawah sana! “Dia suka bokep barat! Mama kenapa nanya kayak gitu. Kayak orang haus belaian aja! Kalau lagi pengen sana masuk kamar!” Meira melihat pada putrinya yang sudah turun kembali. Meira menepuk sofa di sampingnya menyuruh Celine untuk duduk di sampingnya. Tetapi Celine tidak mau. Dia masih marah pada ibunya ini. Dia tidak mau bicara pada ibunya terlalu akrab. Ibu dan ayahnya tidak sayang pada Celine. Masa nggak mau batalin perjodohan gila itu! Celine nggak mau dijodohin! “Celine nggak mau duduk di dekat Mama! Sebelum Mama batalin perjodohan gila ini!” ucap Celine. Meira yang mendengar itu mendelik. Gila saja kalau dibatalkan. Celine sudah menghabiskan uang tiga ratus juta. Dan masih mau dibatalin. Nanti ganti uangnya gimana? Masa Meira harus ngeluarin tabungannya untuk bayar utang putrinya itu. Ogah! “Batalin gundulmu! Mana mau Mama batalin perjodohan kamu dengan dia! Kamu udah habisin uangnya si Dean sebanyak itu. Dan sekarang malah minta batalin! Mama nggak akan batalin. Kamu udah enak dijodohin sama orang kaya dan cakep pulak! Di luar sana banyak yang pengen sama Dean. Dan Dean cuman tertarik sama kamu, seharusnya kamu bersyukur!” kata Meira, menasihati putranya untuk tahu itu kata bersyukur. Celine cemberut. “Salah dia kasih ATM-nya. Celine juga nggak minta. Dan tadi Celine juga udah nolak. Tapi, dia tetap maksa kasih sama Celine. Ya, Celine pakai duitnya. Duit itu nggak boleh disia-siakan. Kalau yang ngasih duit itu boleh disia-siakan.” Kurang ajar sekali Celine ini. Lisa mendelik dan menghela napasnya kasar. Sadarkanlah sahabatnya ini. Kalau Dean adalah lelaki yang terbaik untuk sahabatnya. Dan juga kelihatannya bertanggung jawab. Saking bertangung jawabnya. Dia bisa memberikan uang sebanyak itu pada Celine. Padahal masih masa pendekatan dan belum ada rencana pernikahan. Celine-nya saja yang tidak tahu diuntung. Keras kepala. Dan tukang ngambek lagi. Banyak sekali kekurang Celine ini!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD