9. Pak Tua - The Shaman

1215 Words
Bahkan saat matahari masih malu untuk keluar dari peraduannya, berganti tugas dengan bulan dan bintang untuk menerangi bumi, Yvonne sudah meminta sang supir untuk menemaninya pergi ke rumah Pak Tua. Orang pintar atau dukun yang dia kenal atas rekomendasi kenalannya. Dia sungguh masih mengantuk, hingga dia kemudian memejamkan mata dan jatuh tertidur di kursi penumpang mobil SUV mewahnya itu. Si supir yang dia percaya, Pak Tegar, sudah tahu alamat yang dimaksud oleh bos cantiknya. Sudah beberapa kali dia mengantar Yvonne ke rumah Pak Tua ini, hingga dia tahu apa yang diperbuat oleh bos cantiknya ini kepada Varo. Pak Tegar merasa bersalah pada Padma dan Yasmin, andilnya dalam hal ini sangat besar. Karena dialah yang merekomendasikan Varo untuk bekerja pada Yvonne. Andai dia tahu begini akhirnya, dia tidak akan pernah mau untuk mengenalkan Varo padanya.  Saat melewati jalanan kampung yang berbatu, membuat tidur Yvonne tidak nyaman hingga dia membuka mata dan terbangun. Matanya melihat ke kanan kiri, memicing, menerka sudah sampai mana. "Pak sudah sampai mana ini?" Tanya Yvonne pada supirnya. "Jalanan kampung bu, mungkin semalam turun hujan di sini hingga jalanan kampung yang tidak beraspal ini jadi semakin sulit dilalui bahkan oleh mobil sekokoh ini." Jawab Pak Tegar sambil fokus mengendarai mobil SUV mewah itu.  "Masih jauh ya pak?" "Sebenarnya cuma tinggal tiga kiloan lagi sih bu, tapi ini jalanan sangat tidak bersahabat. Saya hanya bisa jalan dengan kecepatan 20 km bu. Ibu silakan beristirahat lagi, nanti saya infokan kalau sudah sampai." Jawab Pak Tegar, matanya masih fokus melihat ke depan. Jalanan yang licin, tanpa aspal, bertanah merah membuatnya harus sangat hati-hati. Belum lagi ada ayam atau bebek yang lewat mendadak, hingga dia harus extra hati-hati lagi.  Yvonne menerawang, membayangkan saat awalnya dia tidak percaya pada hal klenik macam ini. Sebelum bertemu Varo, dia mana percaya akan hal seperti ini. Hingga akhirnya saat dia menyerah karena tidak berhasil menaklukkan Varo, dia mendapat info tentang Pak Tua. Salah seorang temannya, dia ingat, pernah bercerita akan hal ini. Temannya itu menjadi simpanan seorang pengusaha.  "Yvonne, lu kan tahu sendiri gue cuma jadi istri simpanan si bapak yang keberapa. Kalau gue gak pakai kaya gini, bakal kalah bersaing gue ama yang lainnya. Lu coba aja datang deh ke Pak Tua itu. Gue yakin gak pakai lama tuh Varo bakal jatuh ke pelukan lu. Tapi tentu saja ada syarat-syarat yang harus lu penuhi. Yang pasti duit kan lu gak masalah, karena butuh dana gede untuk ini. Dan lu harus datang gak cuma sekali, tapi beberapa kali datang ya."  "Tapi lu yakin, Pak Tua ini bener bisa? Lu tahu kan gue gak percaya hal-hal kaya gini. Duit mah gue gak masalah, asalkan hasilnya memang terbukti." "Lu kira apa sebabnya, si bapak bisa terikat ama gue tanpa kami terikat anak? Salah satunya ini. Dan gue kan rajin datangin nih Pak Tua. Makanya ya gue tetep bisa bikin si bapak takluk ama gue. Gue minta apa-apa selalu dituruti." "Okay, kasih gue alamat si bapak. Gue datangin minggu depan."  "Beres, gue kirim w******p ke elu ya." *** "Bu, itu rumahnya sudah hampir sampai. Saya nanti turunkan ibu seperti biasa dari pintu samping ya. Saya akan cari sarapan dulu di warung di sekitar sini." Kata Pak Tegar, mencoba menyadarkan bos cantiknya. "Iya pak, seperti biasa saja. Silakan bapak beli makan dulu, nanti kalau saya sudah selesai akan saya telpon." "Baik bu. Silakan, sudah sampai di pintu samping." Pak Tegar segera turun dan membuka pintu penumpang, mempersilahkan Yvonne untuk keluar. Yvonne memakai kaca mata hitam lebarnya,  membenarkan posisi topi yang dia pakai untuk menutupi wajah cantiknya. Rumah Pak Tua ini selalu ramai oleh orang-orang yang membutuhkan jasanya. Tapi tiap kali Yvonne datang dia akan meminta blocking time  agar waktu Pak Tua fokus hanya untuknya. Toh hanya dua puluh menit saja waktu yang dia butuhkan untuk berkonsultasi dengan si Pak Tua.  Seperti kali ini. Memang ada beberapa pengunjung yang datang dan menunggu di depan, tapi Yvonne sudah wanti-wanti untuk Pak Tua memprioritaskan dirinya. Toh dia tidak masalah dengan nominal rupiah yang dia keluarkan. Asalkan hasilnya sebanding dengan yang dia inginkan. Jangan bayangkan Pak Tua ini seperti dukun yang ada di sinetron. Tua, rambut gondrong berantakan, berkumis lebat, wajah menyeramkan, memakai pakaian hitam dan bau kemenyan. Tapi Pak Tua ini stylish, rambut rapi, klimis, memakai polo shirt berwarna cerah dan yang pasti dia harum parfum.  "Tumben Bu Yvonne sudah ke sini lagi. Baru dua tiga bulan yang lalu bukan?" Tanya Pak Tua dengan heran melihat siapa pelanggannya yang datang. "Nah itulah Pak, saya mau tanya hal itu. Sepertinya ramuan yang bapak berikan sudah berkurang kemanjurannya. Tidak diganti kan? Varo sekarang jadi tidak menurut lagi pada saya. Beda dengan dulu yang selalu patuh dan mengiyakan apa yang saya minta. Kenapa sekarang tidak? Akhir-akhir ini dia sering kali melamun. Apa dia sudah tahu akan hal ini?" Tanya Yvonne dengan penasaran. "Sebentar saya cek dulu." Pak Tua itu kemudian coba menerawang Varo dari foto yang dibawa Yvonne. Di bejana dari emas ada air yang tampak bergoyang saat dia mengucap mantera entah apa itu. Bibirnya komat-kamit merapal mantera yang hanya dia saja yang tahu. Yvonne melihat dengan serius. Dia lupa, bahwa dengan minta bantuan kepada Pak Tua, si dukun ini, berarti nantinya dia akan menjadi teman setan di dasar neraka, menjadi bahan bakar api neraka yang menyala-nyala. Bagaimana mungkin seorang manusia meminta bantuan dari makhluk yang sama-sama ciptaan-Nya? Padahal, dengan rahmat-Nya, semua dosa anak manusia akan Ia ampuni walau dosanya hingga ke awan, asalkan dia bertobat dengan tobat yang sesungguhnya. Semua dosa, asalkan bukan dosa syirik, bukan dosa mempersekutukan Dia yang Maha Pencipta. Semua tertulis di Al Qur'an.  Allah tidak akan mengampuni dosa syirik (mempersekutukan Allah dengan sesuatu), dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sungguh, dia telah tersesat jauh sekali. (QS. An-Nisa’ ayat 116)   Pak Tua berjengit kaget, tapi bisa dia kendalikan lagi saat tadi hendak membaca Varo tapi tidak bisa. Seperti tertutup. Ada sesuatu yang menghalanginya membaca Varo. Tapi tentu saja hal itu tidak dia beritahu ke Yvonne. Yvonne adalah pelanggan kelas kakap yang tidak masalah dalam mengucurkan rupiah sebagai ganti balas jasanya. Jangan sampai Yvonne terlepas dan pergi darinya. "Euum tidak apa-apa sih bu. Tapi nanti saya akan beri ramuan yang lebih kuat lagi, agar Pak Varo bisa kembali menjadi kucing penurut ya bu." Segera Pak Tua membuat ramuan, entah apa itu, diracik dan diletakkan di beberapa plastik kecil. "Silakan bu, ini direbus dan berikan kepada Pak Varo. Ingat, pastikan Pak Varo menghabiskannya agar efek yang ditimbulkan maksimal." Pak Tua memberikan racikan ramuan itu. "Saya harap seperti itu pak. Ini uangnya, cash seperti biasa. Dan semoga kali ini benar-benar manjur. Mudah bagi saya untuk menghancurkan bapak jika ini gagal lagi." Desis Yvonne, dingin dan tajam. Pak Tua memberikan senyum palsu. Dia pikir, siapa dia? Aku yang memegang kartunya. Justru dialah yang ada dalam genggamanku. Hari masih pagi. Suasana yang asri di desa itu membuat siapapun betah. Sejuk, segar, burung berkicau dengan ramai. Tapi Yvonne segera menelpon Pak Tegar, si supir kepercayaannya, untuk segera menjemputnya di pintu samping. Yvonne sungguh sangat putus asa hingga akhirnya dia nekat meminta bantuan Pak Tua ini. Semua karena dia kalah bersaing dari seorang perempuan desa, yang tidak sebanding dengan dirinya. Apa kata relasi bisnisnya jika mereka tahu dia ke dukun agar bisa menjerat Varo menjadi suaminya? Lawan bisnisnya akan dengan mudah menghancurkannya jika tahu akan hal ini.  Dia bisa menyingkirkan perempuan desa itu dengan cara licik, perempuan yang menjadi istri sah Varo, hingga akhirnya dia bisa mendapatkan Varo menjadi suaminya. Semua karena bantuan Pak Tua, si dukun.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD