Awal mula
Hari yang cerah dan Matahari yang terik membuat panasnya menusuk hingga ubun-ubun. Seorang wanita berjalan keluar dari sebuah Universitas kedokteran. Ia mendengus kasar saat akan berjalan kembali menghadapi hari-hari yang melelahkan baginya seperti biasa. Ia mengikat rambutnya yang panjang dengan karet gelang yang ada di tangannya lalu menengadahkan kepalanya menatap dalam ke arah langit yang cerah.
Tiba-tiba seorang pria menepuk bahunya, sehingga membuatnya terkejut. Wanita itu berbalik menoleh ke arah pria itu, spontan tangannya bergerak memukul orang yang ada disebelahnya setelah matanya mengenali wajah pria itu.
"Kau membuat jantungku hampir copot. Dasar laki-laki jahat!"
Pria itu hanya membalas dengan tawa kemudian berkata, "Tuan putri apakah kau mau pulang bersama ku?"
"Maaf aku tidak suka basa-basi kotormu Tuan. Saya harap anda bisa pergi dari hadapan saya saat ini juga!" balas wanita itu dengan candaan.
Pria itu tertawa lalu berkata, "aku duluan ya."
Pria itu adalah teman satu jurusannya. Ia cukup akrab dengan wanita itu dan sering melakukan candaan seperti itu kepadanya.
"Oke, hati-hati!" seru wanita itu sambil tersenyum lalu melambaikan tangannya.
Setelah pria itu mulai menjauh darinya, wanita itu kembali mendengus kasar.
"Hari ini aku harus bekerja lebih giat, agar bisa mendapatkan lebih banyak uang. Hadueh… uang memang segalanya saat ini," ujarnya sambil berjalan meninggalkan Universitas.
Wanita itu adalah Kim Filo seorang gadis dari keluarga yang bermarga Kim. Ia merupakan mahasiswi di sebuah universitas kedokteran ternama. Filo adalah wanita yang memiliki paras yang sangat cantik. Ia memiliki kulit yang putih bersih serta rambut panjang yang hitam pekat, bola mata yang sangat indah dan hidungnya yang mancung.
Filo memiliki sifat yang pemberani, sedikit nakal dan sering bertingkah barbar sehingga sering membuat kesal sekaligus gemes dengan tingkah lakunya, walaupun begitu Filo adalah gadis yang paling banyak di senangi oleh orang disekitarnya karena kebaikan dan kelembutan hatinya.
Karena kecantikan Filo dan sifatnya yang unik banyak pria yang jatuh cinta padanya. Namun, Filo selalu melakukan berbagai cara agar membuat pria itu menjauh darinya, karena menurutnya hubungan cinta itu sangat rumit sehingga ia belum siap untuk jatuh cinta.
Ia hidup sebatang kara setelah kedua orangtuanya meninggal dunia. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, ia harus bekerja sebagai layanan kebersihan. Ia sama sekali tidak keberatan dalam melakukan pekerjaan itu, asalkan ia dapat menghasilkan uang, melakukan pekerjaan apapun tidak masalah baginya.
Hari ini ia mendapatkan panggilan kebersihan dari seorang wanita tua yang bernama Dohee. Seperti biasanya ia tak suka menunda-nunda pekerjaan Setelah mengecek alamat yang ada di ponselnya, ia langsung mengganti pakaiannya, mengambil peralatan lalu menuju alamat itu.
Filo sampai di depan sebuah rumah yang terlihat sedikit misterius. Rumah itu bernuansa seperti rumah di zaman kerajaan dan rumah itu kelihatan gelap walaupun ini di siang hari, di depan rumah itu terdapat sebuah kolam besar dengan patung singa di tengahnya sebagai pancurannya.
Awalnya Filo ragu kalau itu adalah rumah yang ia tuju, tapi ia tidak bisa pulang begitu saja sebelum memastikan kebenarannya. Ia merogoh ponsel yang ada di sakunya kemudian menyamakan alamat rumah itu dengan alamat yang ada di ponselnya.
"Sepertinya aku tidak salah alamat. Memangnya kenapa jika rumah ini terlihat sedikit misterius? Aku hanya perlu mengerjakan tugasku dan aku tidak peduli dengan yang lainnya." Filo menekan bell rumah itu. Ia benar-benar tidak memiliki rasa takut sedikitpun walaupun rumah itu terlihat agak berbeda dengan rumah lainnya.
"Tuk … tuk … tuk …,"
"Permisi … saya dari layanan kebersihan datang untuk membantu anda mengatasi semua masalah Anda," ujar Filo sembari terus mengetuk pintu.
Tak lama kemudian seorang wanita tua membukakan pintu untuk Filo.
"Terimakasih kau sudah datang tepat waktu. Aku sangat memerlukan bantuanmu untuk membersihkan kolam yang ada di sana," ujar wanita tua itu sembari menunjuk sebuah kolam yang sudah mulai di penuhi oleh sampah dedaunan. "Apakah kau keberatan untuk melakukan itu karena biasanya layanan kebersihan hanya membersihkan benda-benda yang ada di dalam rumah?" Tanya wanita itu kembali.
Filo menatap ke arah kolam itu. Ia memang belum pernah membersihkan sebuah kolam seperti itu, namun apa boleh buat demi mendapatkan uang ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.
"Tidak masalah, aku sama sekali tidak keberatan dengan itu Halmoni, kau tenang saja, aku akan menyelesaikannya dengan cepat," ujar Filo sambil tersenyum dan bersemangat.
"Baiklah kalau begitu, aku masuk dulu untuk menyiapkan sesuatu," ujar wanita tua itu.
"Baiklah Halmoni, kalau begitu aku mulai melakukan pekerjaanku sekarang," ujar Filo sambil tersenyum.
Wanita tua itu pun masuk ke dalam rumah nya. Sedangkan Filo langsung mengambil peralatannya kemudian berjalan menuju kolam.
Filo sampai di depan kolam itu, matanya menatap tajam ke arah kolam yang di penuhi oleh sampah itu.
"Baiklah sampah-sampah, aku akan menghabisi kalian saat ini juga." Filo memulai pekerjaannya dengan semangat, ia mulai mengerok sampah-sampah dedaunan yang ada di dalam kolam itu.
Setelah beberapa saat akhirnya sampah-sampah itu pun mulai berkurang, keringat pun mulai membasahi tubuh Filo yang saat ini berada di bawah sinar matahari.
Filo menyeka keringat di dahinya dengan tangan.
"Huh... Ternyata cukup melelahkan juga." Filo duduk di pinggir kolam untuk melepaskan lelahnya sejenak sebelum memulai kembali pekerjaannya. "Andai aku adalah orang kaya pasti aku tidak kepanasan dan melakukan pekerjaan seperti ini."
Filo melamun sejenak memikirkan nasibnya yang begitu menyedihkan, walaupun Filo terlihat selalu kuat dan semangat dalam melakukan hal apapun, namun ada saatnya terkadang Filo juga merasa lelah dan mengeluh dengan kehidupannya saat ini.
Tak lama kemudian Filo sadar dari lamunannya, ia berdiri dengan semangat.
"Filo kau tidak boleh mengeluh, kau harus bersyukur dengan apa yang kau dapatkan saat ini, masih ada banyak orang yang lebih susah darimu," ujar Filo berkata pada dirinya sendiri untuk menumbuhkan rasa semangatnya kembali.
Filo kembali mengambil peralatannya dan mulai kembali melakukan pekerjaannya. Ia membersihkan sampah-sampah itu dengan teliti dan tidak akan membiarkan satu sampah pun tersisa. Ia berdiri di atas pinggiran kolam untuk membersihkan lumut yang ada di pinggiran kolam itu. Wajahnya yang lelah tampak serius melakukan pekerjaan itu.
"Anak muda silahkan minum dulu," seru wanita tua itu sambil membawakan minuman ke arah Filo berada.
Namun, Filo yang terlena dengan pekerjaannya itu terkejut saat wanita tua itu memanggilnya, sehingga membuat dirinya terjatuh ke dalam kolam itu. Tidak seperti perkiraannya, kolam itu ternyata sangat dalam. Filo terus berusaha menggapai tepi kolam itu namun tidak berhasil sedangkan wanita tua itu terus memanggil Filo dan terus mencari cara untuk menolong Filo, tapi karena usianya yang sudah tidak muda lagi juga membuatnya kesulitan untuk menolong Filo.
Badan Filo sudah mulai lemas sehingga membuatnya tidak bisa berusaha untuk menggapai tepian lagi. Ia mulai pasrah dengan situasinya saat ini, ia membiarkan badannya mengambang menuju ke dasar kolam. Ia berpikir bahwa mati di kolam ini adalah takdirnya.
Tak lama kemudian secara samar-samar Filo melihat seorang wanita berenang mendekati tubuhnya. Semakin lama wajah wanita itu semakin jelas.
Bukankah itu diriku? Apa aku benar-benar sudah mati? Apakah takdirku memang mati di kolam ini, batin Filo.
Kemudian Filo pun kehilangan kesadaran dan menutup matanya.
***
"Nona…! Nona…! Nona…!"
Suara asing yang mulai menusuk gendang telinga Filo.
Filo pun mulai tersadar, kedua matanya berkedut dan mulai terbuka secara perlahan.
Apakah aku masih hidup? Pertanyaan yang muncul dibenak Filo.
Setelah matanya terbuka sempurna, bola matanya langsung berputar memperhatikan ruangan tempat dirinya berbaring saat ini. Ruangan itu terbuat dari kayu yang dipenuhi oleh ukiran-ukiran seperti bangunan pada zaman kerajaan.
"Akhirnya Nona bisa sadar di waktu yang tepat. Kita sudah terlambat Nona, kita harus berangkat sekarang!" ujar seorang wanita yang berada di sebelahnya dengan raut wajah yang sangat senang dan seperti orang yang sedang tergesa-gesa.
Filo langsung menoleh ke arah wanita itu. Ia memperhatikan wanita itu dari ujung kaki sampai ujung rambut. Wajah wanita itu tampak asing baginya, tapi Kenapa wanita itu terlihat begitu akrab dengannya dan pakaian wanita itu terlihat kuno bagi dirinya yang seorang wanita muda.
"Siapa kamu, kenapa kamu berpakaian seperti ini, bukankah ini pakaian zaman kerajaan dan dimana aku, apakah engkau adalah orang yang menolongku?" Begitu banyak pertanyaan yang keluar dari mulut Filo.
"Apa maksud Nona, aku adalah pelayan pribadi Nona. Tentu saja aku adalah orang yang membantu Nona," jawab gadis itu sambil menatap ke arah Filo.
Filo menatap wanita itu sambil mengernyit heran, ia tidak mengerti kenapa wanita itu menyebut dirinya sebagai pelayan Filo.
"Nona, ayo cepat bersiap aku akan membantumu berpakaian, kita harus cepat kalau tidak, kita akan terlambat sampai di istana," sambung wanita itu.
Istana? Apa maksudnya? Apakah dia tidak tahu bahwa saat ini pemerintah dipimpin oleh presiden? Batin Filo yang terus bertanya-tanya.
"Apakah kita sedang berlatih syuting Film, apakah aku pemeran utama, wah… Kenapa kau tidak bilang padaku dan menunggu aku sadar terlebih dahulu untuk melatih adegan ini," ujar Filo sambil tersenyum lebar. Ia mengira bahwa wanita itu mengajak dirinya untuk berlatih adegan film.
"Kita tidak punya banyak waktu lagi Nona. Kau tidak perlu membicarakan hal-hal aneh seperti itu, syuting film apa itu syuting film." Tangan wanita itu langsung memegang baju Filo untuk membantu Filo mengganti pakaian.
"Ayolah … kau tidak sedang bercanda, kan. Tidak mungkin kau tidak mengetahui tentang syuting film, padahal tadi aku mendengar mu sedang melatih dialog denganku," ujar Filo masih dengan senyumannya.
"Sudahlah Nona! aku tidak punya waktu untuk meladeni omongan aneh mu. Bisa-bisa aku yang akan dimarahi oleh tuan besar karena terlambat membawamu ke istana," sahut wanita itu dengan muka datar dan terus melepaskan satu persatu ikatan-ikatan di Hanbok tidur Yuna.
Filo menggenggam tangan wanita itu yang berusaha membantunya melepaskan pakaian, dengan ekspresi bingung otaknya bekerja keras berpikir apa yang sebenarnya terjadi padanya.
Setelah otak berpikir keras Filo langsung berekspresi kaget dan berdiri dari tempat tidurnya saat ini.
"Apakah ini zaman kerajaan?" tanya Filo.