Tale 70

1673 Words
Bel tanda habisnya waktu istirahat sudah berbunyi sejak 15 menit yang lalu. Tapi Ayla cuek saja. Dia tetep setia nungguin Pak Irwan yang lagi ngoreksi PR matematikanya yang kata Jodi cuman betul satu nomor kemaren. Pak Irwan juga konsentrasi menerawang jawaban Ayla. Dia tidak memaksa Ayla buat balik ke kelas karena Ayla sudah berjanji mau menerima apapun resikonya. Yang penting hasil kerjaannya diperiksa dulu. Pak Irwan juga nggak tahu, kok tumben-tumbennya ini anak begini. Kerajinan amat. Padahal PR ini masih buat hari sabtu besok. Kebetulan, jam Pak Irwan lagi kosong, makanya dia mau aja. "Cara kerja kamu itu, khas sekali ya?" Ayla nyengir. "Khas gimana sih, Pak?" "Khas ruwetnya!" Sekarang Ayla manyun. "Bapak hargai usaha keras kamu. 2 jempol deh. Tapi cara kamu kepanjangan dan muluk-muluk, saya jadi lama koreksinya gara-gara bingung! Dari semua hasil kerja, hanya satu nomor yang jawabannya benar!" "What?" "Iya,... bla bla bla,...." Pak Irwan ngoceh panjang lebar. Tapi Ayla tidak menyimaknya sama sekali. Kata 'what' yang diucapkannya tadi bukan karena dia shock mendengar jawabannya hanya benar satu, melainkan karena shock atas benarnya koreksi Jodi akan hasil kerjanya. "Kalo gitu, sekarang koreksi yang ini, Pak!" "Ayla, sekarang sudah hamper bel pergantian pelajaran ke-6 lho! Kamu nggak masuk kelas?" "Please, Pak! Please,... saya rela dihukum apapun. Tapi please koreksi ini dulu!" Ayla menyerahkan lembar kerja Jodi pada Pak Irwan. Sang guru hanya bisa mendesah pasrah tanda menyerah. Akhirnya beliau segera menuruti perintah Ayla. Sejenak kemudian. "ini siapa yang ngerjain?" "temen saya, Pak!" "Oh ya? Siapa? Uhm,... kamu bilang sama dia ya kalo akan ada olimpiade matematika bulan Maret nanti! Ini masi Januari awal, jadi masih panjang waktunya!" "Olimpiade?" "Iya. Jawabannya bener semua lho! Caranya juga ringkas dan praktis banget! Sangat mudah diapahami! Mengingatkan Bapak sama cara kerja 'seorang murid'. Kamu harus banyak belajar sama dia ya!" Lagi-lagi Ayla tidak menyimak omongan Pak Irwan. Dia terlalu shock mendengar perkataan bahwa jawaban Jodi benar semua dan dia dianjurkan ikut olimpiade matematika. Dengan cepat, Ayla merebut lembar kerja Jodi dari tangan Pak Irwan dan menaruhnya di tas bersama buku tugasnya. Dan selanjutnya dia segera pergi tanpa pamit sama Pak Irwan. Yang bersangkutan, hanya geleng-geleng melihat aksi Ayla barusan! *** Istirahat ke dua. Ayla belum menemukan tanda-tanda bahwa dia akan dihukum. Dia juga nggak ikut teman-temannya ke kantin. Lagi-lagi ini karena Jodi. Ayla melirik ke belakang. Ada Jodi di sana. Dia juga nggak ikut ke kantin. Dia lagi nyontek PR LKS Sosiologi punya si Rara si bintang kelas. "Jod!" Jodi menengok ke arah sumber suara berasal. Dengan cepat dia segera menyelesaikan kalimat terakhir tugas Sosiologi, dan mengembalikan LKS Rara. Tak lupa dia kasih senyum ke Rara sebagai tanda terimakasih. Ayla hanya diem ngeiatin. Dia sudah mulai kebal melihat perlakuan Jodi ke semua cewek yang ternyata sama aja. Termasuk sama dia. Tapi si Ayla tetep tulus cinta sama Jodi. "kenapa sih?" Jodi duduk di bangku-nya Alip. "O iya. Gue kemarenkan belum selesai nyontek punya lo matematikanya. Gue pinjem lagi dong! Lo bawa nggak?" "Nih!" "Jodi segera mencatat PR Matematika yang jelas-jelas dia bilang hanya benar satu nomor kemarin. Udah gitu, pernyataannya diperkuat sama koreksi Pak Irwan tadi. "Lo itu aneh deh!" celetuk Ayla saat Jodi lagi asik nulis. "Bisa dijelaskan?" "Udah tahu punya gue hanya bener satu, tapi kenapa lo tetep nyontek. Punya lo tuh yang bener semua. Pokoknya besok kalo gue disuruh maju sama Pak Irwan, gue pake punya lo!" Jodi ngakak mendengarnya. "Yaudah terserah lo!" "Kok ketawa sih? Bilang dong kenapa?" "Ya terserah gue dong. Btw, dari mana lo tahu kalo puny ague bener semua?" "Jodi, .... kenapa sih? Mulai sekarang gue nggak bisa anggep lo remeh lagi. Bahkan kata Pak Irwan, lo disuruh ikut olimpiade matematika segala!" "Oh, jadi tadi lo ngilang pas pelajaran Pak Hendra cuman minta penjelasan Pak Irwan tentang ini semua? Ternyata sebegitu besarnya ya, rasa sayang lo ke gue. Sampe segitunya."Ayla langsung blushing seperti biasa saat Jodi bilang rasa saying. Keudian, dia dengerin lanjutan omongan Jodi. "Eh, lo cukup beruntung gara-gara yang lo tinggal pelajaran Pak Hendra. Dia nggak bakal hokum cewek. Tau sendiri kan itu orang mata keranjang! Tapi lo kurang beruntung gara-gara selama lo ninggalin pelajaran Pak Hendra, lo nemuin ntu guru konyol. Jangan dikira lo sekarang nggak dihukum, terus aman. Lo bisa dihukum kapan aja!" "Tenang! Gue udah bilang ke dia, bahwa gue rela teriama apapun resikonya." "Wah, thanks ya! Lo baik banget sama gue! Sampe rela dihukum gitu!" kata Jodi lagi. Tapi kali ini Ayla nggak blushing. Soalnya dia mulai sadar bahwa Jodi sedang menglihkan arah pembicaraan mereka sebelumnya. Ternyata benar ya kata Jodi, bahwa dia adalah manusia terlemot yang pernah aada. "Jod, bilang deh. Kenapa lo pura-pura pura-pura bego di kelas?" "kenapa ya kira-kira? Jawabannya of cuorse karena gue nggak mau cowok-cowok pada tambah sirik sama gue. Ntar kan cewek-cewek pada tambah terpesona sama gue kalo mereka tau bahwa sebenernya Jordiaz itu selain ganteng, tajir, murah senyum, mepesona juga genius. Wah,.. mereka bias lebih histeris sama gue, termasuk lo! Gue yakin lo sekarang lagi puji-puji gue dalam hati!" Ayla blushing lagi. Untung Jodi nggak lagi lihat dia. Sejenak kemudian, Ayla sudah berhasil mengontrol perasaannya. Dan dia mulai ngomong lagi. "Serius, Jodi! Plis cerita." "Ada dua factor sebab." "Can you just tell me what those factor are?" "Ayla, not all questions can be answered and not all answers come from questions." Ayla mengeryitkan dahi. Tanda tak paham. "Ayla, Ayla... baru dibilangin gitu aja lo udah nggak paham! Dasar Miss Lemot!" Ayla masih diem. Berharap Jodi menjelaskan pernyataannya barusan. Tapi sia-sia karena sampai Jodi selesai menuliskan huruf terakhirnya, dia tetap diam. Nggak ada tanda-tanda dia akan menjawab. Selesai, Jodi langsung ngeberesi barang-barangnya dan nyelonong ke belakang buat naruh itu buku, terus keluar ntah ke mana. Paling juga ngajakin Iput dan Fariz keliling sekolah buat tebar pesona! *** After school, Fariz, Iput sama Jodi lagi nungguin si Miss Lemot di kantin. Nggak seberapa lama si Ayla udah nongol sambil nenteng rubiknya yang lagi-lagi udah nggak berbetuk. Nggak karu-karuan susunannya. "Sorry lama!" katanya. "Hmh,... syaratnya mana?" Celetuk Jodi yang lagi asik metik-metik senar gitarnya. Ayla langsung mangkat ke meja penuh makanan yang lagi ditungguin sama mbak kantin. Ayla mengambil 10 biji tahu isi, menaruhnya di piring. Dan sekalian membayarnya. Soalnya yang nungguin jajanan-jajanan itu udah manyun pas lihat si Ayla hanya memuter-muter untuk memeriksa keutuhan dagangannya itu satu-satu. Maklum, semua anak juga selalu melakukan itu. Bedanya, biasanya kan kantin rame tuh, jadi nggak kelihatan. Nah Kalo kasusnya kaya gini kan yang jaga kantin bisa lihat dengan jelas-sejelas-jelasnya tentang siapa tersangka pilih-pilih makanan ini. "Nih!" Jodi nyomot satu. Memasukannya ke mulut. Buju buneng. Gokil. Pipinya langsung melembung saat itu terjadi. Kemudian dengan perlahan dia mengunyah-ngunyah jajanan malang yang harus secara tragis mengakhiri hidupnya dalam koyakan sadis Jordiaz. Tapi ini mah beda. Jodi tuh, lucuuuuuuuuu banget. Imyuuuutttttt. Kiiiuuuuutttttt. Mungkin kalo yang makan si iput bakalan serem. Sedangkan kan tokoh di sini Jodi, so tetep enak aja di lihatnya. Nggak tahu kenapa ya. Tapi dia itu kaya punya sesuatu yang emang udah menjadi bakatnya untuk terlahir di dunia. Daya pikatnya itu lho! "Nih, ini level satu! Perhatiin!" Ayla manggut-manggut. "lihat yang di tengah. Warna putih kan. Maka lo harus lihat yang di tengah di posisi yang kebalikan. Nah, kuning! Maka warna putih ini, harus lo apit pake warna kuning buat bikin satu sisi warna kuning semua. Jadi gini,... blab la bla...." SUNHANALLOH!!!! Ini orang sebenarnya apaan sih? Selama ngajarin Ayla, Jodi stay cool menghadapi kelakuan Ayla yang emang susah banget. Ini anak bener-bener parah. Sesekali Jodi, menjejalkan tahu isi ke mulutnya. Dan dia sama sekali nggak bagi-bagi sama kedua temennya. "La, lo lemot amat sih. Jodi bilang kan yang sebelah pinggir warna kuning itu. Lihat! Ijo kan? Berarti sampingnya juga harus ijo." Fariz udah nggak tahan. Udah kelamaan nunggu soalnya. Dia yang biasanya makan dikit aja, sekarang udah habis dua piring salad (kulup=urap adalah makanan yang dibuat dari sayur-sayuran yang direbus dan memakannya adaah dengan kelapa parutan yang sudah dibumbui), gara-gara dia bosen. "Nah itu, malah lo bikin kuning semua kruk, kruk, kruk!" Iput ikutan nimbrung sambil terus ngunyah nasi ramesnya pake krupuk yang renyah abis. Seperti biasa Ayla nyengir lebar banget. "hehe. Sori deh sori. Kan pemula. Lagian kenapa jadi kalian berdua yang sewot. Jodi aja santai tuh!" Ayla melirik Jodi yang lagi memasukkan tahu isi lagi ke mulutnya sambil nungguin Ayla ngutak-ngatik itu rubik. Fariz sama Iput jadi mendengus kesal. Yang mau belajar kan si Ayla. Tapi kenapa jadi malah mereka yang rugi banyak, soalnya kebanyakan pesan makanan. "Jadi lo udah ngerti belum?" Tanya Jodi kemudian. "Ngerti sih. Tapi kasih gue waktu buat nerapin rumus lo tadi dong!" Jodi merogoh sakunya. Mengambil BBnya yang tiba-tiba bunyi. "Hallo? Iya-iya aku ke sana. Tunggu ya!" Jodi berbicara dengan orang di seberang sana dengan halus sekali. Pasti itu si Titi. Heran. Kaya apa sih itu orang? Sampai bikin Jodi semanis itu memperlakukan dia. Mana ngomongnya pake aku kamu. Sopan banget si Jodi. "Riz, Put! Cabut yuk. Manda gue udah nungguin." Jodi beralih ke Ayla. "Besok lo tunjukin hasilnya ke gue. Gue cabut dulu. Dagh!" Heran. Jodi langsung beranjak gitu aja. Ngambil tas, menenteng gitar dan tak lupa memasukkan tahu isi yang tinggal satu ke mulutnya. Iput dan Fariz seperti biasa hanya mengekor. Ayla memperhatikan punggung mereka bertiga yang semakin lama semakin jauh. Cewek itu. Titi. Cewek yang setengah mati bikin dia penasaran. Bukan karena jatuh cinta. Melainkan karena dia benar-benar cemburu. Seperti apa bentuknya. Sampai Jodi takluk begitu? Tapi kan namanya Titi. Wew. Kediri banget. Pasti biasa aja orangnya. Ya... standart lah kaya cewek Kediri pada umumnya. Biasa aja. Mungkin gitu sih. But, sekarang kan nama Titi lagi controversial di kancah nasional. Gara-gara dua Titi yang sedang meramaikan dunia hiburan di Indonesia. Titi Kamal dan Titi Sjuman. Meskipun nama mereka Titi, tapi kan mereka cantik-catik. Perfect lah. Beda sama pikiran Ayla tadi. Huff. Titi. Oh. Titi. Kira-kira nama lengkap dia siapa ya? Titi Siluman. Ngaco. Atau Titi Camel? Hadeh. Itu malah lebih impossible lagi. Yang jelas dia pasti lebih perfect daripada Titi Kamal ataupun Titi Sjuman. Karena bisa menaklukan orang seperfect Jodi. Dengan langkah gontai, Ayla menuju parkiran. 'Sendirian'. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD