Tale 91

1139 Words
Tentu saja baik Fariz atau pun Iput, tidak mau serta merta percaya dengan ucapan Ayla yang dibilang merupakan firasat jika sesuatu yang buruk telah terjadi pada Jodi. Memangnya apa yang terjadi padanya? Jodi pasti baik-baik saja. Dan yang dialami oleh Jodi sekarang, pasti hanya sakit biasa. Bukan sakit aneh-aneh seperti yang dipikirkan oleh Ayla. Ayla beranjak, menghapus air matanya, kembali duduk di kursinya semula. "Oke. Nanti sepulang sekolah kita ke rumah Jodi lagi. Kalian udah janji. Dosa kalau sampai ingkar!" ancam Ayla. "Astaga ... iya-iya, La!" jawab Fariz segera. Fariz dan Iput pun juga kembali ke tempat duduk masing-masing. Kembali terlibat dalam kegaduhan suara di kelas ini. "Woy, Put. Itu tadi si kamus berjalan kenapa? Kok kayaknya habis jongkok sambil nangis tadi?" Seorang salah satu teman di kelas bernama Intan, tiba-tiba menghampiri mereka. "Itu lho, si Ayla lagi kangen berat sama Jodi." Iput menjawab sekenanya. Dan Intan langsung mencebik. Rasanya sedih kalau mengingat Jodi. "Emang si Jodi gimana sekarang kondisinya? Kok lama amat sakitnya? Jujurly, gue juga kangen banget lho sama Jodi. Udah lama nggak dapat asupan segar, lihat yang tampan-tampan. Kalau lihat Jodi tuh, rahim gue rasanya anget. Sedih banget gue dia nggak masuk-masuk." Iput mengernyit. Intan malah melakukan curahan hati dengan turut mengungkapkan kerinduannya pada Jodi. Ternyata bukan hanya Ayla saja yang merasa bahwa Jodi sudah terlalu lama tidak masuk sekolah. "Kapan hari gue jenguk dia, dia bilang udah baik-baik aja kok. Palingan bentar lagi juga masuk sekolah." Iput menjawab sembari membayangkan kembali kondisi Jodi hari itu. Kalau dipikir-pikir, Jodi memang bilang ia baik-baik saja. Tapi ... kalau dilihat-lihat, Jodi sepertinya memang masih sangat lemah sih kondisinya. Sama sekali tidak energik seperti Jodi biasanya. "Lo jenguk dia lagi, lah. Nanti kalau lo nau jenguk dia, kasih tahu gue ya. Gue mau ikut. Keburu kangen berat sama si Jodi." Iput hampir saja keceplosan mengatakan bahwa nanti sepulang sekolah, ia, Fariz, dan Ayla akan menjenguk Jodi sekali lagi. Perkara menepati janji yang sudah telanjur terucap. Iput tahan sebisanya supaya tidak keceplosan. Jika ia sampai melakukannya, dijamin ... Intan pasti akan bocor ke teman lain, menjadikan akan banyak sekali yang ikut ke rumah Jodi nanti. Tapi setelah bicara dengan Intan tadi, Iput mendadak juga kepikiran Jodi terus. Ia juga mulai memikirkan segala hal yang Ayla ucapkan tentang Jodi. Iput mulai khawatir, bagaimana jika ternyata Jodi memang sedang tidak baik-baik saja? Bagaimana jika sesuatu memang tengah menimpa sahabatnya itu? Iput kemudian menatap Fariz di bangku sebelahnya. Fariz ternyata sedang ngobrol dengan Wulan, salah satu teman sekelas mereka juga. "Riz, lo tadi habis ngapain sih sama Iput dan Ayla di bawah itu? Mana si kamus berjalan kayaknya lagi nangis, kan? Lo apain dia sampai nangis begitu?" "Astaga ... ya nggak mungkin lah gue apa-apain Ayla. Itu cewek cuman parno aja. Dia khawatir sama Jodi yang nggak sembuh-sembuh. Sampai terbawa perasaan terus nangis." Wulan pun terperangah. "Ih, asal lo tahu aja. Bukan cuman Ayla tauk yang bertanya-tanya kenapa Jodi nggak sembuh-sembuh. Gue juga penasaran, sebenarnya apa yang terjadi sama Jodi, sehingga lama banget nggak masuk-masuk sekolah? Sumpah, gue udah kangen berat sama Jodi juga. Rindu berapa kocaknya dia di kelas. Rindu juga betapa ganteng mukanya yang bikin semua cewek dan cowok tulang lunak meleleh itu. Gue khawatir, soalnya sejak Jodi diberitakan pingsan dan mimisan di kamar mandi itu, setelah kembali masuk sekolah, dia selalu kelihatan pucat banget. Dia juga nggak energik kayak dulu. Makanya gue curiga, jangan-jangan si Jodi sakit keras gitu." "Astaga ... kalo ngomong dijaga, ya. Nggak mungkin lah Jodi sakit keras begitu. Meskipun kebanyakan makan tahu isi, nggak bakalan lah Jodi penyakitan di usia muda. Apa lagi dia anak olah raga. Pasti dia sehat!" Fariz langsung tidak terima sahabatnya dibilang sedang sakit keras. "Ya habisnya ... kenapa lama banget nggak masuk sekolah? Lagian lo sebagai sahabatnya, masa nggak curiga sih sama perubahan yang terjadi sama Jodi itu. Sumpah gue sebenarnya khawatir. Pengin jenguk dia, tapi nggak berani datang ke rumahnya sendiri. Takut dikira gelandangan, terus diusir. Secara rumah dia kan mewah banget tuh. Kayak rumah-rumah di benua Eropa." Fariz setuju kalau masalah ini. Rumah Jodi memang lah sangat mewah sekaligus artistik, sehingga membuat orang-orang minder duluan sekadar untuk berkunjung. Kecuali jika ada teman datang, yang merupakan orang terdekat dari empunya rumah. Hampir saja Fariz keceplosan. Akan mengatakan bahwa sepulang sekolah nanti, ia, Iput, dan Ayla akan datang ke rumah Jodi. Untung Fariz bisa mengontrol bicaranya. Tidak ... ia bukannya melarang Wulan untuk menjenguk Jodi. Tapi Fariz yakin, kalau Wulan sampai tahu, pasti nanti ia juga akan mengajak teman. Bisa-bisa satu kelas ke sana semua nanti. "Jodi baik-baik aja kok, Lan. Udah lah, lo tenang aja. Jangan parnoan kayak Ayla." Fariz mengatakan hal itu di bibirnya. Tapi tidak dengan pikiran dan hatinya. Karena ternyata yang curiga dengan kondisi Jodi bukan hanya Ayla, Fari kini jadi kepikiran juga. Apakah benar telah terjadi sesuatu yang buruk pada Jodi? Jika di kroscek, memang ada hal anomali di sini. Benar kata Wulan, terhitung sejak Jodi tergeletak di kamar mandi waktu itu, ia jadi sering kelihatan pucat. Dan benar kata Ayla, Jodi jadi semakin kurus seiring dengan berjalannya waktu. Ia memang benar-benar harus segera memastikan kondisi Jodi. Rasanya jadi tak sabar ingin segera bel pulang. Supaya Fariz segera bisa bicara dengan Jodi, dan meminta anak itu untuk terus terang tentang apa yang sebenarnya terjadi. *** Sama seperti kunjungan waktu itu, Iput naik motor sendiri, sementara Ayla dibonceng oleh Fariz. Karena dua sahabat karib Jodi itu kini sudah berubah pikiran tentang kondisi Jodi, akibat opini dari Wulan dan Intan yang ternyata senada dengan opini Ayla, mereka juga jadi kepikiran dengan kondisi Jodi yang memang mencurigakan. Bisanya mereka mengendarai motor dengan kecepatan biasa saja. Tapi siang ini, mereka berkendara dengan kecepatan tinggi. Ayla sebenarnya takut diajak ngebut seperti ini. Tapi gadis itu sama sekali tidak protes. Karena ia sendiri ingin segera sampai di rumah Jodi, dan. bertemu dengan pujaan hatinya itu, untuk memastikan bahwa Jodi memang baik-baik saja. Sungguh, perasaan Ayla benar-benar tak enak. Ada yang mengganjal dalam rongga di balik tulang rusuknya. Merasa ada sesuatu yang sedang terjadi, dan itu bukan lah hal yang baik. Tak butuh waktu lama hingga mereka akhirnya tiba di rumah megah itu. Tak seperti biasanya, di mana pintu gerbang depan selalu terbuka. Siang ini, pintu gerbang tertutup rapat. Membuat Iput dan Fariz saling berpandangan, seolah memiliki pikiran yang sama. Karena mereka memang kompak mulai relate dengan kekhawatiran Ayla. Mereka pun mulai turun dari motor, memencet bel yang berada di samping gerbang besar. Mereka menunggu hingga ada seseorang yang membukakan gerbang itu. Mereka sesekali coba membuka sendiri, tapi tidak berhasil karena gerbang itu ternyata dikunci. Mereka coba menekan bel sekali lagi. Tapi tidak ada yang membukakan juga. Aneh, sekali. Padahal biasanya Mr. Bagie selalu stand by di pos untuk menjaga pintu gerbang. Mereka bertiga saling berpandangan. Sama-sama bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi. Dan mereka ... semakin dibuat khawatir dengan dugaan mereka masing-masing.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD