Giana duduk dengan kaku, menatap Erlan yang ada di pangkuannya. Pria itu bernapas dengan teratur, seakan nyaman tidur dalam posisi seperti ini. Tidak bisa Giana kendalikan, saat gelenyer aneh menjalar disekujur tubuhnya. Pria yang selama ini dianggap menyebalkan, mampu membuat jantungnya berdetak cepat seperti sehabis lari maraton. “Erlan,” panggil Giana pelan tapi tidak mendapatkan respon. "Cepet banget nggak sadarkan diri. Pasti karena efek obat makanya jadi ngantuk." Ragu-ragu, tangan Giana terulur ke arah kening Erlan, memastikan apakah panas tubuh pria itu masih tinggi atau sudah mereda. Setelah tahu panas tubuh Erlan mereda, Giana merasa lega. Saat fokus dengan kondisi Erlan, perlahan tangan yang awalnya menyentuh kening kini berpindah ke kepala pria itu, mengusapnya dengan lembut