Bayu mengalihkan pandangannya dari berkas yang ada di mejanya, pintu ruangannya terketuk ketika beberapa saat kemudian sekretarisnya masuk ke dalam ruangannya. Mata Bayu melirik sekilas ke arah sekretaris yang melangkah mendekat ke arah meja kerjanya, sambil kembali memusatkan pandangannya kembali pada berkas yang berada di atas meja.
"Ya ada apa?" tanya Bayu dengan nada suara datar, membuat dirinya semakin terlihat dingin.
Miah ---sekretaris Bayu--- menarik napasnya dalam, "saya mau menanyakan untuk makan siang hari ini bapak ingin menu apa?" tanya Miah agak gugup, padahal sudah hampir 1 tahun ia berkerja di sini namun tetap saja Miah merasa agak was - was dengan bosnya ini. Sikap dingin Bayu memang sudah terkenal di sepenjuru kantor, meski saat sekretaris yang lama meminta Miah untuk bersikap biasa dan berkali - kali menjelaskan jika Bayu sebenarnya bukan bos yang jahat ataupun kejam pada pegawainya tetapi tetap saja, Miah sepertinya membutuhkan waktu yang lebih banyak daripada itu untuk beradaptasi.
"Apa istri saya tidak mengabari untuk makan siang di mana?" tanya Bayu agak heran, karena biasanya sekali dalam seminggu Bayu dan Tania biasanya makan siang bersama di sela - sela kesibukan mereka.
Juga, jadwal mereka untuk makan siang bersama kebetulan hari ini. Miah diam beberapa saat, "saya tidak mendapatkan kabar pak, apa saya harus menghubungi ibu?" tanya Miah berhati - hati.
Pertanyaan Miah ini sebenarnya bukan tanpa alasan, apa lagi jika bukan karena ia tidak mendapatkan pesan dari istri bosnya ini. Padahal, biasanya saat waktu mereka makan siang bersama Miah biasanya akan langsung mengabari lokasinya, tapi tidak hari ini.
Helaan napas terdengar, "ya sudah biar saya saja, tapi lain kali kamu harus menghubungi sebelumnya. Saya tidak ingin kesalahan seperti ini terulang," ucap Bayu dengan tegas.
Miah menelan salivanya, dalam hati Miah menggerutui bosnya ini padahal mereka suami dan istri tetapi makan siang bersama saja masih sekretaris yang harus menghubunginya. Namun Miah tidak berani ambil suara, ia menyimpan gerutuannya itu untuk dirinya sendiri.
"Baik pak, maaf sebelumnya saya akan memperbaiki kesalahan saya."
Bayu menganggukkan kepalanya, "kamu boleh keluar," ucap Bayu, kemudian Miah menganggukkan kepalanya sebelum Miah akhirnya berjalan keluar dari ruangan Bayu.
Tangan Bayu menutup berkas yang baru selesai ia pelajari, kepalanya terasa agak pusing karena pekerjaan yang datang terus saja bertambah. Namun ia tidak bisa menyesali pekerjaan yang terus saja menumpuk, keberhasilannya untuk berada di titik ini bukanlah dengan cara yang cepat ataupun dengan cara yang instan. Bayu sendiri harus berjuang keras dengan keringat dan usahanya sendiri, untuk akhirnya bisa berdiri tegak seperti saat ini.
Ponsel di atas meja di raih oleh Bayu, ia mencari kontak Tania yang sudah jelas berada di barisan paling atas buku telepon yang ada di ponselnya. Panggilan itu masuk, namun setelah beberapa saat dering itu tak berubah.
Kening Bayu mengkerut menandakan dia sedang berpikir, "apa masih rapat," gumam Bayu, namun ia mencoba untuk sekali lagi memanggil Tania. Dering kedua juga tidak terjawab, Bayu menghela napas dalam.
Ponselnya berdering sebentar, mata Bayu tentu saja langsung menatap ke arah ponsel yang baru saja ia letakkan di atas meja. Sebuah pesan masuk, dari namanya saja Bayu sudah tahu jelas siapa pengirimnya.
My Wife
Mas, kayaknya mkn siang kali ini harus dibatalin. Aku ada rapat penting setelah ini, maaf ya :'(
12.03
Oke, gak apa - apa. Kamu jgn lupa ya :)
12.03
Hembusan napas berat terdengar, "halo," ucap Bayu setelah ia mengetik sesuatu di ponselnya.
"Loh tumben mas," saut panggilan di seberang sana.
Bayu tersenyum tipis, "jika kamu tidak bosan berteku denganku lagi, apa kamu mau makan siang bersamaku?" tanya Bayu dengan senyum yang semakin lebar.
Terdengar tawa kecil dari balik telepon membuat Bayu juga tidak bisa menghentikan senyumnya, "tentu saja aku tidak akan bosan, aku malah menyukainya."
Kali ini tawa Bayu terdengar meskipun tersamarkan, "baiklah aku tunggu di restoran depan kantor kamu," ucap Bayu, Nia menganggukkan kepalanya meski tidak terlihat.
"Oke, sampai jumpa di sana. I love you," ucap Nia dengan senyum lebarnya.
Bayu berdiri dari duduknya dan mengambil jasnya yang tersampir di punggung kursi, "love you too baby," saut Bayu lalu panggilan itu 'pun berakhir.
***
Nia tentu saja tidak bisa menyembunyikan senyumnya, meskipun panggilan itu telah berakhir. Rasanya senangnya tidak bisa tergantikan saat ini, setelah berusaha menenangkan diri dan mengubah ekspresi wajahnya menjadi biasa Nia kembali masuk ke ruang rapat.
"Nia nanti sore kita rapat dengan tim Sinemacindo ya buat n****+ kamu yang akan di angkat jadi film," ucap Rani yang merupakan manager Nia, kepala Nia mengangguk membeikkan jawaban.
"Ya sudah kamu bisa makan siang sekarang, kamu mau makan di mana? Ayo bareng," ucap Rani, namun Nia menggelengkan kepalanya.
"Aku ada janji lain," jawab Nia dengan senyum tipis.
Rani mengangkat kedua bahunya, "baiklah," ucapnya kemudian Rani berjalan keluar dari ruangan rapat lebih dulu.
Sebenarnya rapat sudah selesai dari 15 menit yang lalu, namun tadinya memang Nia dan Rani tetap tinggal karena ada beberapa hal yang memang harus di bahas.
"Aku harus sedikit bersiap," gumam Nia sambil menahan senyumnya, ia keluar dari ruang rapat dan kembali ke ruangannya.
Sesampai di ruangannya, Nia mengarahkan cermin kecil di atas mejanya tepat ke arah wajahnya. Nia mengambil lipstick lalu memoleskan lipstick itu di bibirnya, ia merasa puas dengan polesan lipsticknya lalu berganti dengan parfum yang ia semprotkan di tubuhnya.
"Oke," gumam Nia merasa puas, kemudian ia mengambil tas selempangnya lalu berjalan keluar dari ruangannya, tentu saja langkah kaki Nia terasa sangat ringan.
Bagaimana Nia tidak merasa senang ketika Bayu mengajaknya makan siang bersama, jarang sekali Bayu mengajaknya makan siang bersama. Namun Nia tidak menyalahkan Bayu atas semua itu, Nia tahu jika pekerjaan Bayu cukup banyak dan Nia sendiri memiliki pekerjaan, meskipun Nia tahu Bayu memiliki istri namun perhatian dan waktu yang di berikan Bayu tidak berubah sama sekali padanya sejak awal mereka bertemu. Jujur saja, bagi Nia itu adalah pesona tersendiri yang di miliki Bayu yang juga berhasil merebut hatinya.
"Kita terus mencoba untuk saling mengerti, itulah yang membuat hubungan kita bertahan sejauh ini. Sekalipun aku tidak menyesal," ucapan Bayu itu terus saja bergema di kepala Nia, membuat Nia percaya diri jika ia memiliki posisi yang membuatnya yakin untuk terus menjalani hubungan ini.