Andin Prov
Hatiku merasa sakit, sungguh sangat sakit. Dimatanya, aku seolah-olah hanya wanita bar, yang bisa seenaknya saja dia sentuh, aku pikir dulu kamu lain dari kebanyakan laki-laki yang aku kenal, mereka hanya menginginkan tubuhku, ternyata ... kamu sama seperti mereka, aku paham jika kamu begitu mencintainya, hatimu hanya untuk wanita sialan itu, yang kamu anggap seperti seorang peri suci yang selalu kamu jaga, aku pikir aku akan berusaha menjadi istri yang baik untukmu.
Hatiku semakin hancur ketika tanpa sengaja aku bertemu denganmu di kantor papa, baru tadi malam dia menyentuh sesuatu yang aku jaga selama ini, bahkan tanpa rasa bersalah dia berbicara mesra kepada wanita sialan itu, entah mengapa kupingku rasanya panas, hatiku sakit mendengar dia berbicara mesra pada wanita lain, bahkan setelah kami sampai di ruangan papa, dengan santainya dia berbicara tentang kami , tanpa rasa bersalah sedikit pun.
Aku berusaha menghindari obrolan papa dan dia, yang bagiku terdengar tabu, yang membuat aku jengkel, dengan seenaknya dia melumat bibirku ketika kami di dalam Lift, kesabarannku sudah melampaui batas, aku tidak rela jika seseorang menjamah tubuhku sesuka hatinya, tanpa sebuah perasaan, kini aku sadar, mereka kaum laki-laki hanya menganggap aku sebagai pemuas nafsu mereka, aku membencimu dan membencinya, kalian berdua sama, bedanya dia belum menyentuhku tapi sudah merenggut sesuatu yang sangat berharga dalam hidupku, aku Andin Permana membenci kalian berdua.
Frans Prov
Aku berusaha menepis perasaan ini, bagiku aku hanya punya Nisa yang sangat aku cintai, tapi entah kenapa sejak aku menikahi Andin Permana, aku jadi malas untuk menghubungi Nisa, padahal dulu tanpa sedetikpun aku menghubunginya, walau hanya sekedar pesan 'say hai' aku akui, aku memang b******k, tanpa aku sadari aku sudah menyelingkuhi Nisa, bahkan aku tidak memberitahukan kepadanya tentang pernikahan kami, awalnya aku begitu membenci si cewek Bar-bar.
Kejadian malam pengantin kami, sudah mengubah segalanya, aku berniat memberinya pelajaran yang tidak mungkin dia lupa, dengan tidak berperi kemanusiaan, aku mengikatnya di ranjang. Gilanya lagi, aku semakin penasaran dengan tubuh indahnya, wangi aroma tubuhnya, seolah itu bagiku seperti candu, yang lebih sialnya lagi, adik kecilku selalu berontak di dalam sana, untuk meminta sesuatu yang lebih kepada Andin, wajah nya yang memerah karena menahan malu, membuatku gemas, kadang aku berpikir, apa ada cewek Bar-bar yang seperti itu, saat di sentuh laki-laki.
Saat melihat bibirnya yang rasanya begitu manis, aku tidak bisa menahan untuk tidak melumat bibir itu, dia berusaha berontak, tapi aku tidak peduli, persetan dengan semuanya, toh pada kenyataanya dia adalah istriku, aku pikir dia akan membalas ciumanku, tapi aku salah besar, aku semakin penasaran dengan sosok Andin, awalnya aku merasa iba melihat gadis itu menitikan air mata, tapi rasa ego ku berkata lain, dengan kata-kata kasar yang merendahkannya aku menghinanya.
***
Andin membuka pintu mobilnya tanpa menghiraukan Frans yang berlari ke arahnya, gadis itu benar-benar marah, dia segera menghidupkan mesin mobilnya , dan memacunya dengan kecepatan penuh, tanpa pikir panjang Frans segera naik ke mobilnya untuk mengejar mobil Andin.
Akhirnya Frans merasa lega, ternyata istrinya pergi menuju hotel miliknya.
Setelah sampai di hotel itu, Andin segera pergi ke ruangan meeting di hotel itu, ternyata semua investor sudah hadir, hanya dia dan Frans yang belum hadir.
"Wah, kebetulan sekali kalian datang ke sini bersamaan. Kami hampir saja menghubungi kalian," ucap salah satu Investor, yang merasa senang melihat kehadiran Andin, yang di ikuti Frans dari belakang.
Tanpa berpikir panjang Andin segera duduk ke tempatnya yang berada tidak jauh dari sisi suaminya, sesekali Frans mengagumi gadis cantik yang berada di sampingnya, Andin memang profesional, dia tetap datang ke meeting itu, setelah apa yang terjadi di antara dia dan Frans.
Sudah satu jam meeting berjalan, akhirnya kesepakatan telah tercapai di antara mereka.
"Maaf sebelumnya Tuan-Tuan, sebenarnya ada perusahaan temen aku yang di Amrik ingin bergabung dalam proyek ini, perusahaan nya berkembang pesat di Amerika, untuk itu saya hanya meminta persetujuan kalian semua, dengan bergabungnya investor temen saya," ucap Frans sebelum meeting berakhir.
Ternyata mereka semua menyetujui bergabungnya investor baru untuk proyek yang mereka kerjakan.
Andin segera bergegas meninggalkan ruangan itu setelah meeting selesai, sungguh ... gadis itu merasa sesak jika harus satu ruangan dengan musuh tapi suami. Karena hari ini dia ada janji dengan Lusi, makanya dia bergegas untuk pergi, Frans berniat mengejar istrinya, tapi tiba tiba saja sebuah panggilan masuk.
"Hai sayang ada apa?"
"Sayang, kamu kemana aja? aku kangen tau ... " ucap Nisa di seberang sana.
"Maaf Sayang, aku sibuk banget ngurusin proyek baru."
"Ya udah, kalau gitu kita ketemuan aja di Restoran favorit aku, gimana ... kamu mau 'kan?"
"Tentu dong, Sayang. Sepuluh menit lagi ya, tunggu aku."
"Ya, Sayang ..."
Nisa menutup teleponnya dari seberang sana.
***
"Gimana sayang, Frans setuju?" tanya seorang lelaki yang memangkul Nisa dan memeluknya dari belakang, yang tak lain adalah Nico, pacar gelapnya.
"Tentu dong Sayang, dia 'kan begitu memujaku,"jawab Nisa seraya membalikan tubuhnya dan memeluk Nico.
"Kamu memang gadisku yang nakal dan jenius!" puji Nico sembari menggesekan adik kecilnya yang sudah menegang dari tadi pada milik Nisa, akibat ulah Nisa yang duduk di atas pangkuannya.
Nisa yang sudah terangsang melumat bibir Nico dengan penuh gairah, Nico membalas lumayan bibir itu seraya melucuti pakaian Nisa yang masih melekat pada tubuhnya, hingga gadis yang berada di atasnya benar-benar sudah telanjang bulat, Nisa membuka retsleting celana Nico, hingga memperlihatkan adik kecilnya yang sudah berdiri tegak, tanpa rasa canggung Nisa memasukan adik kecil Nico ke dalam miliknya, gadis itu mendesah merasakan milik Nico yang terasa penuh di dalam miliknya.
Tanpa mereka sadari sesosok pria memandang ke arah mereka dengan tatapan penuh kebencian dan amarah sembari mengepalkan tinjunya, Frans merasa jijik melihat kekasihnya mendesah penuh kenikmatan di atas pangkuan sahabatnya sendiri, dengan hati yang hancur dan sakit, pria itu meninggalkan mereka yang asik bercinta layaknya pasangan suami istri.
Sungguh dia tidak menyangka ternyata Nisa yang selama ini begitu dia jaga dan dia sayangi, ternyata tidak lebih dari seorang p*****r jalanan, begitu pula dengan sahabat yang selama ini dia percayai, ternyata diam-diam menusuknya dari belakang.
Dengan perasaan kalut, Frans terus melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh, tanpa menghiraukan pengendara lain yang kadang mengumpat karena kesal dengannya yang melajukan mobilnya dengan kecepatan maksimal.