empat belas

1006 Words

MENEKAN tombol merah pada remote, kemudian aku berdiri dari sofa. Akhir-akhir ini, acara televisi tidak ada yang menarik perhatianku. Saat sudah berdiri beberapa langkah, ponselku berdering. Lantas, berbalik, aku mengambilnya, dan nama Tante Citra tertera di sana. Praktis, dahiku mengernyit, kenapa dia telepon malam-malam begini? Menggeser tanda hijau, aku menempelkan ponsel di telingaku. Yang terdengar adalah suara isakan seseorang. Tante Citrakah? Kenapa dia menangis? "Tante..., halo. Tante?" Tidak ada suara balasan. Hanya isakan yang terus kudengar. Ada apa ini? Jantungku mulai berpacu dengan cepat, pikiran-pikiran buruk terus melintas di otakku. Aku takut, kejadian buruk seakan beruntun datang menghampiri. Menyiksaku dengan keji. "Mikaa..., Mika-" Tante Citra terus terisak di s

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD