Perubahan Status

1069 Words
“Akhirnya kamu menikah.” Gina tersenyum mendengar kalimat yang dikatakan sahabat-sahabatnya, pernikahannya diadakan di gedung yang tidak jauh dari rumah. Jumlah undangan lumayan banyak, dimana jumlah paling banyak dikuasai para orang tua. Fierly anak terakhir, secara otomatis diadakan pesta yang meriah. Mereka akan tinggal di rumah orang tua Gina sementara waktu, tapi setiap weekend akan ke rumah orang tua Fierly. Gina merasa jika keputusan Fierly benar adanya, mereka harus adil pada kedua orang tua. “Capek?” Gina menganggukkan kepalanya “Masih kuat malam pertama, kan?” Gina mencubit pinggang Fierly dengan wajahnya yang memerah “Mas ini bahas begituan masih acara.” Fierly tersenyum mendengarnya “Kamu itu masih malu aja, padahal kita sudah sering lihat sampai dalam. Kamu juga merasakan dan bahkan mendesah....aaww..iya, sayang.” Fierly menghentikan kata-katanya saat Gina kembali mencubit pinggangnya. Kesalahan yang memang sangat disesali, kesalahan itu yang membuat Gina tidak bisa bergerak bebas. Fierly seakan memilikinya, keraguan yang sempat hadir langsung dihilangkannya karena dirinya yakin semua itu hanya bagian dari permasalahan menjelang pernikahan. Sentuhan lembut yang dirasakan pada lengan menghentikan lamunan Gina dengan tersenyum pada tamu undangan dihadapannya yang sedang memberikan selamat. Acara terus berlangsung sampai malam, Fierly membawa Gina ke hotel tempat mereka menyelenggarakan pesta pernikahan. Gina sendiri hanya diam ketika orang tuanya merencanakan pernikahan, konsep pernikahan hanya Gina katakan sekali dan sekarang benar-benar terwujud. Perasaan yang dirasakannya bukan perasaan seseorang yang bahagia karena telah menikah, tapi tidak tahu ada sesuatu dalam hatinya yang masih tidak tenang. “Melamun apa, sayang? Masa kamu diam aja, kita udah sah suami istri loh.” Fierly mencium lembut bahu Gina. “Mas, aku ganti dulu.” Gina mendorong tubuh Fierly pelan dengan masuk dalam kamar mandi. Menatap penampilannya depan cermin kamar mandi, memegang jantungnya yang berdetak kencang. Memegang dadanya dimana jantungnya masih berdetak kencang, mengingat kejadian beberapa jam lalu saat kata sah terdengar dimana artinya status dirinya saat ini berubah menjadi seorang istri. Gina bukan tidak tahu apa yang harus dilakukan seorang istri, tapi di usianya yang masih muda ini Gina tidak yakin bisa melakukannya, walaupun Indira memberikan beberapa tips dan melihat kebersamaan Indira dengan suaminya tetap tidak membuat perasaannya menjadi tenang. “Semoga ini memang yang terbaik buatku,” ucap Gina menatap dirinya di depan cermin. Melepaskan pakaiannya secara perlahan tanpa tersisa, membersihkan dirinya dengan pelan. Gina tidak ingin terburu keluar dari kamar mandi, menikmati waktunya di kamar mandi tanpa melihat Fierly, tapi rasanya tidak mungkin karena bagaimanapun mereka pastinya akan bertemu setiap harinya. Status berubah sejak beberapa jam lalu, menghabiskan hidupnya bersama dengan pria yang sudah mengambil tanggung jawab dari abinya. “Sulit? Kenapa nggak minta bantuan aku?” Fierly berjalan mendekati Gina saat pintu kamar mandi terbuka. “Malu, mas.” Gina memilih jawaban aman. Fierly mengangkat alisnya mendengar jawaban Gina “Malu? Aku sudah pernah melihat kamu sampai dalam loh, sayang. Bantuin lepas pakaian dan aksesoris tadi bukan hal yang sulit, aku buka pengaitmu aja udah terlatih.” Gina mencubit pinggang Fierly pelan sambil menggelengkan kepalanya “Mas mandi sana.” “Kamu sudah mandi?” Fierly menatap penampilan Gina “Harusnya kita mandi bareng, sayang. Aku kangen kita mandi bareng.” Gina menggelengkan kepalanya “Aku capek, kapan-kapan aja. Lagian kita punya banyak waktu seumur hidup buat melakukan itu, mas.” Fierly menganggukkan kepalanya “Baiklah, kamu kayaknya memang butuh istirahat. Jangan tidur dulu, tunggu aku! Kita tidur bareng, aku kangen meluk kamu.” Gina terdiam saat Fierly mencium bibirnya sekilas, bukan sekali Fierly melakukan itu tapi tetap saja tidak membuat jantungnya berdetak kencang. Ciuman sebenarnya bukan hal pertama Gina lakukan, bersama mantannya dulu juga melakukan hal yang sama tapi Fierly tidak merasakan apapun. “Menikah bukan hanya tentang cinta,” ucap Gina pelan meyakinkan dirinya. Memilih pakaian tidurnya, tapi tampaknya tidak ada pakaian yang normal. Fierly sepertinya kerjasama dengan mbaknya untuk mengganti pakaian tidurnya, hembusan napas pelan dikeluarkan mengikuti permainan Fierly. Berganti pakaian dengan cepat dan langsung masuk kedalam selimut untuk menutupi tubuhnya, berbaring sambil memainkan ponselnya. Suara pintu dibuka membuat perhatian Gina teralihkan, menatap sang sumber dimana Fierly keluar dengan menutupi bagian bawahnya dengan handuk dan atasnya dibiarkan terbuka. Perbuatan Fierly bukan pertama dilihat Gina, jadi tidak terlalu terkejut dan memilih fokus kembali pada ponselnya. “Malam pertama malah main ponsel,” ucap Fierly memeluk Gina dari belakang. “Ngecek toko, mas.” Gina melepaskan pelukan Fierly “Mas janji nggak ngapa-ngapain malam ini, aku capek banget.” Fierly menghembuskan napas panjangnya “Baiklah, aku sudah janji. Kamu juga harus istirahat bukan main ponsel! Lagian kamu pakai begitu rugi banget sampai aku nggak bisa ngapa-ngapain.” Gina mencium bibir Fierly singkat “Sabar ya, mas. Aku hanya mau istirahat.” “Besok pagi? Serangan fajar?” Fierly menatap penuh harap. “Kita lihat nanti saja, mas.” Fierly memberikan tatapan protes “Nggak bisa....sayang...kok malah berbaring dan hadap sana? Kamu janji tidur meluk aku loh?” “Mas aja nggak bisa nempatin janji, sudah aku lelah.” Gina pura-pura memejamkan matanya, semua yang dilakukan hanya untuk menutupi perasaannya yang tidak menentu. Meyakinkan dirinya tentang perubahan status yang terjadi, semua yang serba cepat dan mendadak. Sebenarnya pernikahan mereka bukan mendadak, mereka memiliki waktu satu tahun dan bisa saja Gina membatalkan tapi tidak dilakukan. “Aku berharap pernikahan ini berjalan lama sampai maut,” ucap Fierly sambil membelai rambut Gina “Terima kasih sudah menerima aku sampai sejauh ini.” Gina memilih diam mendengarkan semua yang dikatakan Fierly, jantungnya biasa saja mendengar kalimat yang keluar dari bibir Fierly. Cinta bisa datang karena terbiasa, semua yang dikatakan orang-orang tentang cinta dan sayangnya Gina tetap tidak merasakan itu semua. “Aku tahu kamu belum merasakan cinta, tapi aku yakin secara perlahan cinta akan datang dalam kehidupan pernikahan kita.” Fierly masih membelai rambut Gina lembut “Kita jalani semua ini nanti bersama sampai maut memisahkan.” Tarikan selimut dirasakan Gina, tidak hanya itu gerakan ranjang dibelakangnya juga terasa. Membuka matanya mengingat setiap kata yang terucap dari bibir Fierly tadi, ternyata bukan hanya dirinya yang merasakan tapi jika dia paham lantas kenapa tetap melanjutkan ini semua, ditambah Fierly yang menginginkan pernikahan bukan Gina sendiri. Gina hanya diam dengan matanya yang terbuka, pikirannya yang jalan kemana-mana. Perubahan status yang harus dijalani mulai dari sekarang, menjalani dengan ikhlas sebagai baktinya pada suami mulai sekarang. Fierly yang mengambil tanggung jawab dari abinya, secara otomatis berhak melakukan sesuatu pada dirinya, Gina tetap harus mengikuti semua yang dikatakan Fierly baik suka atau tidak. “Sayang, peluk.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD