Siang itu Darren bersama asistennya sudah siap akan menuju restoran jepang, yang terkenal dan juga terbaik di kota ini.
" Maaf pak, saya terlambat," Ucap gadis tersebut.
" Siapa dia, kenapa bukan Delisa," ujar Darren, yang meradang melihat wanita yang diharapkan tidak datang .
" Dia sedang ada urusan pak, jadi saya yang menggantikan, kebetulan saya juga fasih berbahasa jepang," Ucap Fuji gadis cantik blasteran jepang.
"Kemana gadis itu , Arnold panggil manajernya supaya wanita itu menyusul, cari tahu kemana dia dan katakan, jika dia ingin tetap bekerja di perusahaan ini, dia harus patuh pada Perusahaan, " ucap Darren, Dia mengeratkan giginya seraya mengepalkan tangannya.
"Baik tuan, " Arnold mengernyitkan keningnya dia juga masih belum faham dengan sikap bosnya itu .
" Hallo pak, Tuan Darren hanya ingin nona Delisa yang menemui klien sebagai penerjemah, jika tidak maka besok wanita bernama Delisa harus membuat surat pengunduran diri," ucap Arnold.
" Deg," Jantung manajer bagian design itu terperanjat mendengar kata-kata yang diucapkan oleh asisten CEO tersebut.
" Baik pak, saya akan mengutus Delisa sekarang juga"
" Delisa cepat kamu ke lobby, tuan Darren sudah menunggu "
" Tapi pak saya...," ucapan Pak Arya terhenti.
"Kamu mau membuat surat pengunduran diri?" tegas Pak Arya.
"Baiklah saya ke sana," Delisa tercengang saat mendengar penuturan manajernya.
" Mengapa dia selalu saja membuatku susah, kenapa harus aku ?" Delisa menggerutu dalam batinnya. Dari kejauhan nampak seorang lelaki tinggi dan berwajah tampan itu sedang menunggu di dalam mobil mewahnya.
" Silahkan masuk, lama sekali, kau pikir kau ini siapa, sampai membuat kami menunggu lama, " ketus Darren.
" Maaf pak, " Delisa menundukkan kepalanya. Delisa duduk di samping Darren dikursi penumpang dan Arnold duduk di depan menyetir dan Fuji di sampingnya.
Terdengar suara ponsel milik Delisa berdering, ternyata itu panggilan dari guru sang putra.
panggilan tersebut dalam bentuk Video call .
" Halo Mommy," Suara polos itu terdengar dari ponsel Delisa, mengalihkan perhatian Darren yang kemudian membulatkan matanya.
" Hai sayang, maafkan Mami ya, karena ada pekerjaan mendadak sayang, " ujar Delisa.
" Mommy dimana, coba lihat! " Louis meminta sang Mami agar mengedarkan ponselnya.Terpaksa Delisa memutar ponselnya, sehingga sosok wajah tampan dan tegas itu sedikit terlihat.
"Apa Mommy bersama Papi ?" ucap Louis.
"Deg," jantung Delisa bedegup kencang dan matanya membulat. Hatinya tersayat mendengar pertanyaan dari Putranya.Seandainya saja dia memiliki keberanian untuk mengatakan yang sebenarnya, jika Darren adalah ayahnya Louis.
Darren yang mendengar percakapan mereka semakin geram karena ternyata Delisa memang berkhianat dan sudah menikah lalu punya anak.
"Bukan sayang dia bukan daddy, ini bos mommy, kan mommy bilang sedang kerja " ujar Delisa.
" Ooh, Janji ya akan bawa daddy ke rumah Louis mau punya daddy seperti yang lain,"cetus Louis. Delisa sekilas menatap Darren.
[Iiiya sayang sekarang makan dulu ya,nanti mommy jemput kita beli mainan oke]
[Jangan boros mommy ,kata miss kita harus hemat dan menabung]celoteh Louis.
[Benar sayang, kamu sudah pintar sekarang]puji Delisa.
[Bye mommy I love you]ucap Louis.
[Bye sayang Love you too].percakapan antara ibu dan anak itu berakhir. Membuat laki-laki disebelah nya meradang .
[Haloo, Jason, tolong aku, bisakah kamu ke sekolah Louis, aku ada kerjaan mendadak, jadi enggak bisa ke sekolah, tolong hibur dia please, katakan pada Louis, supaya tenang dan makan dengan baik, aku takut, Louis kecewa karena aku sudah janji sama dia]lirih Delisa.
[Baiklah aku akan menjemput nya] ujar Jason.
[Terimakasih Jason, kamu baik sekali]ucap Delisa.
[Its oke lagipula restoranku ada anak buahku yang jaga]Jason.
[Oke terimakasih ya Jason]Delisa.
[sama-sama]Jason.
"Puas ya, habis menelpon?" Darren menatap sinis.
"Iya pak, maaf anakku, dia sedang sedih jadi sangat membutuhkan aku," lirih Delisa menahan tangisnya.
"Jadi ... kau sudah punya anak?" ujar Darren. Dia mengernyitkan keningnya.
"Iya pak itu benar"
"Berapa usia anak itu"
"Ehm sekitar 3 tahun lebih pak " Jawaban Delisa singkat.
"Ternyata seorang wanita sangat mudah berpaling dan beralih ke pelukan lelaki lain, sungguh aku tak mengerti ternyata ada wanita seperti itu."Darren mendengus kesal, menggerutu dalam batinnya.
Setelah menempuh perjalanan selama 30 menit akhirnya mereka berempat sampai di restoran jepang.
Delisa dengan fasih menyapa tuan Hiro dan hampir setiap kata-kata yang diucapkan oleh Delisa, membuat sejumlah pasang mata terpana melihatnya. Delisa dengan gestur tubuh yang sangat ekspresif dan sangat elegan . Darren menatap lekat wajah sang mantan sekaligus karyawannya tersebut.
"Mari silahkan tuan Darren, aku sudah memesan makanan di restoran ini,"ucap tuan Hiro.
"Apa katanya?" bisik Darren pada Delisa.
"Tuan Hiro bilang, Mari makan dia sudah memesan makanan di restoran ini tuan," ujar Delisa.
Makanan yang dipesan pun datang, karena pengetahuan Delisa terbatas tentang jenis makanan Jepang, dengan sigap Fuji yang merupakan keturunan Jepang itu menjelaskan masing-masing jenis makanan yang tersaji kepada Darren.
Fuji dan Delisa menyanggupi gaya makan tuan Hiro yang sangat hobi makanan pedas, hingga kedua pria yang duduk di hadapan tuan Hiro itu sampai merasa ngeri melihat kuah cabai yang merah seperti darah itu.
"Ha ha ha , nona kau selain cantik ternyata kuat makan pedas, aku suka gaya makanmu," ujar tuan Hiro terkekeh, karena mendapat lawan makan yang sepadan.
"Nona, apakah kau sudah menikah?" tuan Hiro bertanya ke arah Delisa.
"Uhug" Delisa tersedak.Dia bingung karena memang belum pernah menikah.
"Saya sudah punya anak tuan" jawab Delisa.Membuat tuan Hiro tersenyum getir.
"Yaah sayang sekali , padahal putraku belum menikah, dia pasti akan sangat menyukaimu karena kau sangat cantik, ha ha ha," Tuan Hiro tertawa lepas.
"Kakek- kakek untuk apa dia menjodohkan anaknya sama karyawan gue,"batin Darren.
Darren mengepalkan tangannya,tapi ekspresi itu berubah saat mendengar ucapan tuan Hiro.
"Tuan Alexander seprtinya aku akan menanda tangani MOU kerja sama kita ha ha ha," Tuan Hiro mengangguk anggukkan kepalanya sambil tertawa pelan.
"Terimakasih tuan Hiro, senang bisa bekerjasama dengan anda," Darren pertama kali tersenyum di hadapan karyawannya. Membuat dua wanita itu terbelalak melihat Bosnya itu tersenyum, hingga lesung pipinya terlihat sehingga membuatnya terlihat sangat tampan.
"Ya Tuhan jangan sampai aku terjatuh, terperosok ke jurang yang sama, gara-gara lihat senyum laki-laki ini," ucap Delisa dalam batin.
Setelah menanda tangani surat kontrak kerja sama, mereka pun pergi menuju perusahaan mereka masing -masing .
"Akhirnya kita dapat bos," ujar Arnold yang terlihat sangat bahagia. Sedangkan bosnya kembali ke setelan awal.
Bersambung
.