NYARI MATI

1064 Words
Drrrt Drrt Drrrt Tertera nama bang daffa dihapenya, lalu ia mengangkatnya. "Halo bang?" Ucap caca "Dek kerumah sakit sekarang,rumah sakit milik daddy ya" ucap daffa "Emang siapa yang sakit bang?" ucap caca "Udeh cepetaaan dek" "Iyaiyaa otw" Setelah berapa menit, sebuah lamborgini terparkir dihalaman rumah sakit terbesar di indonesia bertaraf internasional. Ia segera berjalan menuju lorong rumah sakit, untuk mecari keberadaannya abangnya. "Anjiirr gue lupa nanya kamar berapa" ucap caca, lalu menelpon kembali abangnya Tut tut tut "Loha bang daf, kamar berapa?Lantai berapa?" ucap caca "Kamar VVIP caa"  setelah mendengar kamar yang akan di tujunya, caca pun bergegas untuk segera kekamar tersebut. "Naik lift khusus ah" gumam caca, sambil berjalan menuju lift khusus Ting,gadis itu masuk kedalam lift pribadi yang tersedia untuk kamar VVIP. Ting, gadis itu pun keluar lift dan mencari kamar yang telah disebutkan oleh daffa. "Bang, siapa yang sakit si?Eh iya bang aldi mana ko gak keliatan?loh bang ko banyak anak sma kita disini?" ucap caca berbisik, ketika melihat banyak sekali teman2nya abangnya. Dan teman2nya daffa dan aldi pun menatap heran kepada gadis itu. "Caa..al..dii" ucap daffa dengan ragu "Kenapa aldi? Dia bae2 ajakan?Jawab gue,tatap gue!!!" teriak caca, dan tanpa sadar temen2Nya daffa menoleh ke sumber suara. "Aldiii... Diaa..,dibacok" ucap daffa, dan membuat caca hampir tejatuh "Hahahaha gak lucu t***l bercanda lu,hahaha gamungkin lah. Aldi tuh kuat,mana ada yang bisa ngbacok dia" ucap caca tegas, sambil mengelap airmata yang keluar setelah mendengar pernyataan daffa "Gue serius dek,dia kebacok" ucap daffa dengan nada serius, dan caca mencoba mencari kebohongan dimatanya tapi nihil. Jadi ini kenyataan? "Gue gabisa jaga aldi,gue gapantes jadi abang" lanjutnya. Cklek. Dokter keluar dari ruang yang ada didepan caca dan daffa tunggu "Daf,adek kamu koma. Luka nya cukup serius" ucap dokter itu. Dan membuat caca mengepalkan erat tangan caca. "b*****t!" Batin caca "Lakukan yang terbaik untuk adik saya dok,dan saya harap jangan kasih tau orang tua saya dulu. Mereka lagi ada kerjaan di luar negri" ucap daffa dengan sungguh2, dan diangguki oleh dokter. Ia juga tak ingin membuat orangtuanya khawatir, biarkan ia mengabari nya setelah aldi siuman. "Gue mau liat aldi" ucap caca, sambil menatap sendu daffa dan lalu membuka pintu ruangan rawat yang ditepati aldi. Cklek, caca dan daffa pun berjalan ke kasur yang lagi di tidurin oleh aldi abang keduanya. Sungguh sakit bagi caca melihat abangnya seperti ini, jika boleh digantikan mending ia saja yang terbaring. "Siapa bang yang lakuin ini sama lu,siapa bang?Bangun. Bilang ke gue biar gue bales" Ucap caca, sambil menatap aldi dengan sendu "Dek..." ucap daffa, sambil memegang bahu adik perempuannya. "SIAPA BANG?SIAPA YANG LAKUIN INI AMA BANG ALDI?SIAPAAAA?DARAH HARUS DIBALES DARAH BANG!!!" Ucap caca dingin, sambil menatap nanar abang pertamanya, caca berharap ia mendapat jawaban. Seketika itu, daffa memeluk adik perempuannya dengan lembut, ia memeluknya dalam tangisan, daffa tahu betul gimana adiknya ini. "Gue.harus.bales.dendam" ucap caca, sambil keluar kamar. Dan ketika keluar kamar, caca ditatapi oleh pikiran yang ada diteman2nya. Caca pergi sambil menghapus airmatanya perlahan, ia tidak peduli dengan pikiran teman2nya abangnya saat ini. Yang ia tuju adalah membalaskan semua dendam yang terjadi kepada abangnya. Caca melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh menuju taman, untuk sekedar menenangkan pikirannya yang kacau agar tidak tersulut emosi. Drrt Drrt Drrt "Ada apa ren?" Ucap caca "...." "Iya gue gpapa ko" ucap caca "...." "Iya iren" ucap caca "Gue lagi dijalan, lagi nyetir" lanjut caca "...." Klik. Ia pun telah sampai ditaman yang ia buat dengan indah, ia memilih duduk di pohon rindang tersebut sambil menduduki badannya dan merebahkan kepalanya kebelakang.  "Hai cewe" ucap cowo, layaknya badboy, caca hanya diem menatap tajam dan jiji kepada pria tersebut. "Yaillah sombong bgt si sayang" ucapnya lagi, dan membuat caca geram. "Gausah sentuh gue b******n" tegas caca "Ih galak bgt, ikut gue yuk. Disana lebih enak" ucapnya dengan nada menjijikan menggoda "Cuiihh, najis" umpat caca "Belagu banget" ucap cowo itu, dan caca ditarik paksa hingga membuat luka dipergelangan tangannya, caca hanya menatap nanar tangannya yang sedikit perih dan menatap darah yang keluar secara perlahan. "Lu nyari mati?" Ucap caca dengab dingin, yang membuat siapa aja merasakan aura menakutkan "Nyari tubuh kamu" ucap nya dengan wajah menggoda "Gue najis sama bekasan" ledek caca, ia sengaja memancing amarah pria tersebut "b*****t" Plak Plak Caca hanya tersenyum mendapat tamparan tersebut, sambil mengusap darah yang keluar dari sudut bibirnya "Sasaran empuk" batin caca menyeringai, dan caca hanya menatap pria tersebut dengan tajam yang membuat sedikit takut pria tersebut. Ohmaygosht siapa yang berani oleh ia. "Tatapannya menakutkan" batin pria tersebut "Mari bermain!" Ucap caca "Diranjang? Ayuk" ucap pria tersebut dengan senang "Oh tidak, disini" ucap caca Bugh Bugh Bugh Bugh "Jangan meremehkan ku tampan" ucap caca, sambil merapihkan rambutnya yang sedikit berantakan. "K..aa..uu s..iia.ppa?" Ucapnya gemetar "Kalau kau tau dunia gelap? Jelas kau tau pukulan ku" ucap caca santai "Iya, hanya Qd yang mempunya pukulan cepat seperti itu" ucapnya pelan "Yah kau tau jawabannya" ucap caca "Jadi kita lanjutkan, sampai dimana kita?" Lanjut caca sambil melirik cowo tersebut, caca melangkah mendekatinya tapi pria itu terus mundur dengan keadan terduduk. "Ss..aa..yy..aa min..tt..aa maa..ff" ucap nya kembali "Oh minta maff? Saya maafkan. Tapi untuk pergelangan saya yang terluka? Itu harus dibalas" ucap caca santai, sambil memperlihatkan luka kecilnya yang terjadi akibat pria tersebut. "Sepertinya, rani saya lapar. Oh saya telpon seseorang dulu ya " ucap caca, sambil merogoh sakunya untuk menelpon seseorang Tut Tut Tut "Halo? Datang ke taman biasa. Ada santapan lezat untuk raniku" ucap caca "..." "Saya tunggu" ucap caca, lalu mematikan sambungan telponya. Dan caca melihat, pria itu sudah berlari dari nya. Ia hanya mengeluarkan smirknya lalu melemparkan pisau lipatnya. Lalu ia menghitung.. "Satu , dua ,tiga. Tsaahhhh tepat sasaran" ucap caca yang melihat pria tersebut menahan kesakitan akibat tancapan pisau yang dilempar oleh caca kepada nya tepat menegnai kakinya, lalu caca berjalan mendekat kearah pria tersebut. "Gue lepas yak" ucap caca sambil melepas pisau yang tertancap "Awwwwwwhhh askhhhhh" ringis pria tersebut kesakitan, sambil menunduk memegang kakinya yang mengluarkan banyak darah segar "Tato ular?" Gumam caca, ketika melihat tato ular kecil yang berada di belakang leher pria tersebut. "Lu dari cobras?" Tanya caca "I..yy..aa" ucap pria tersebut "Bego. Ketua lu gak ngasih tau gue siapa?" Ucap caca, dan ia menggeleng. Lalu caca menelpon kembali. "Halo, jangan kesini. Biar ini gue yang urus. Rani kasih daging biasa aja" ucap caca, lalu mematikan sambungan telponnya secara perlahan, lalu ia kembali menelpon. "Eh kunyuk, kirim anak buah lu yang laen sekarang" ucap caca "..." "Hehe gue buat luka anak buah lu" ucap caca "..." "Ya maaf, lu gak ngasih tau. Kayanya anak baru si ini dia. Makanya belom tau" ucap caca sambil melirik ke pria tersebut "Cepetan ah, ntar mati keabisan darah" lanjut caca, lalu mematikan sambungan telponnya "Eemaaang lluu kenall ketua gue?" Ucap pria itu "Ntar tanya aja ketua lu, dikit lagi temen2 lu dateng" ucap caca "Lu telen, biar lu gamati cepet" ucap caca sambil mengasih sebuah pil "Gue pergi, masih ada urusan" lanjutnya. Lalu caca pergi meninggalkan pria tersebut sendirian dengan kesakitan yang masih terasa di kakinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD