“Aku menolak untuk kesana bersamamu.” Itu adalah kata-kata yang Roselind katakan padaku saat kami bertemu. Sahabatku itu menemuiku sehari sebelum pernikahan Grigorii dilangsungkan. Berarti terhitung hampir sepekan dia mendiamkanku. Dia nampak berkeluh kesah juga. Emosinya sedang tak stabil mungkin karena pekerjaannya yang tiba-tiba membludak. Aku mafhum. Pekerjaan sebagai reporter akan banyak membuatnya disibukan oleh pencarian berita mengenai persiapan pernikahan suamiku. Dan sepertinya dia sudah sangat mengetahui persiapan dan t***k bengeknya. Namun perempuan itu tak buka suara sedikitpun soal itu. Dia enggan. Lebih tepatnya dia menghargaiku, dan sedang menjaga perasaanku. “Memang kau akan pergi kesana ?” Roselind berkata lagi, dan aku mengangguk sebagai jawaban. Dia mengerutkan kening