bc

Three Love One Hearth

book_age18+
0
FOLLOW
1K
READ
love-triangle
family
love after marriage
drama
sweet
bxg
lighthearted
kicking
bold
city
office/work place
childhood crush
secrets
love at the first sight
polygamy
like
intro-logo
Blurb

Menceritakan kisah tiga sahabat yang hidup bertetangga sejak kecil dan mempunyai hobi masing-masing dengan julukan Three sistersShin, si cuek yang tidak perduli dengan hal apapun disekitarnya. Shin memiliki hobi berbelanja alat make up. Baginya, Make up adalah benda kesayangan yang wajib ia bawa kemanapun. Jika tertinggal, maka Shin akan bermuram durja.Irma, sahabat yang kerap di bully oleh Shin dan Levi karena memiliki hobi doyan makan. Tiada hari tanpa memikirkan makanan dan makanan dalam pikirannya.Lalu ada Levi, wanita yang memiliki hobi berbelanja dan ngemall itu membuat Shin dan Irma menganggapnya si tukang berburu diskonan.Sampai akhirnya, Pria tampan dan mapan pengusaha sukses perusahaan Casanova inc bernama Kalvin Pratama pun hadir diantara Shin, Irma dan Levi. Usia Kalvin yang terbilang dewasa membuatnya harus segera mencari pasangan hidup lalu mendapati kedilemaan ketika di hadapakan ketiga wanita itu. Siapakah Kalvin pilih?Si hobi dandan?Si doyan makan?Atau si tukang berburu diskonan?__"Cerita yang membongkar hobi 3 tokoh utama tapi dibalut dengan kata-kata menarik dan banyak pelajaran tersirat didalamnya. Persahabatan, cinta, konflik, semuanya dalam porsi yang pas." - Bebbyshin, Penulis Destiny"Thanks banget buat kamu yang sudah terniat bikin cerita hobi kita sampai sejauh ini. Banyak pesan-pesan dan pelajaran yang bisa kita diambil dari cerita fiksi ini. Tapi secara pribadi, tokoh Irma seperti bentuk doa buatku." - IrmaNurKumala, Penulis Marriage Express ,Three Love One HearthCopyright Β© 2024

chap-preview
Free preview
Chapter 1 : Pandangan pertama
Bismillahirrahmanirrahim. Selamat membaca πŸ–€ πŸ‘ πŸ’„ Pagi menjelang ketika sinar mentari mulai menyelinap dibalik tirai gorden berwarna pink di sebuah kamar bernuansa feminim. Levi, seorang wanita berusia 24 tahun yang masih single itu kini mengambil air wudhu untuk melakukan sholat sunnah Dhuha dua rakaat terlebih dahulu. Levi memohon kelancaran urusannya di dunia dan akhirat pada Allah serta memohon rezeki yang banyak agar ia bisa kembali merogoh koceh untuk berbelanja lagi. Belanja adalah hobi Levi sejak dulu bahkan ia sudah terbiasa dicap sebagai si tukang berburu diskonan. Oh ayolah, siapapun pasti akan senang jika melihat barang yang di bandrol harga diskonan meskipun itu adalah 'sudah menjadi harga yang sebenarnya' Ah, masa bodoh dengan hal itu, Sekali diskon tetaplah diskon, siapapun akan menyukainya. Setelah melakukan sholat sunnah Dhuha, Levi merasakan perutnya terasa lapar ketika jam menunjukan pukul 07.00 pagi. Ia pun segera keluar rumah untuk membeli sarapan bertepatan saat Irma yang baru saja tiba dari tempat lain. "Kenapa tuh muka? Kucel amat, katanya mau cantik kayak aku? Percuma dong kamu belajar make up sama Shin." ejek Levi sambil melipat kedua tangannya di d**a menatap Irma. Irma hanya mendengus kesal dan mengabaikan ejekan dari Levi "Aku sedih karena kehabisan jajanan kuliner kue balok isi coklat lumer. Padahal aku sudah ngantri dari jam enam pagi. Eh malah kehabisan." "Ck, kue balok aja di sedihkan. Gak usah udik deh sama makanan kekinian yang serba musiman. Kayak gak pernah makan kue aja." "Ih sinis aja! Lagian rasanya enak! gimana badanmu mau besar kalau soal makanan aja kamu ogah-ogahan?" "Ah bodo amat! Udah lah Ir wajah jangan kucel gitu, Ntar calon jodoh pada kabur." "Lagian aku gak kucel kok!" sangkal Irma. "Tuh si Shin yang kucel. Liat aja mukanya yang baru bangun tidur." tunjuk Irma kearah Shin yang posisinya sedang berjongkok di pinggiran selokan depan rumahnya. Levi mengerutkan dahi melihat Shin yang sedang mencari sesuatu di selokan dengan ranting pohon ditangannya. Merasa penasaran, Levi dan Irma pun mendekati Shin. "Shin, kamu ngapain sih? Cari ikan buat sarapan?" tanya Lia dengan songongnya. Shin sedikit terkejut ketika Levi dan Irma menghampirinya. Ia pun menghentikan aktivitasnya dan menatap Levi dengan kesal. "Siapa juga yang mau cari ikan?! Lagian kalau mau ikan aku langsung berenang ke laut bareng Irma." "Ya kali aja. Siapa tau kamu gak bisa beli ikan. Ini masih jam tujuh pagi." Levi mengecek jam di pergelangan tangannya. "Jam gini ikan masih mahal. Kalau mau murah agak siangan dikit, jam sebelas. Harga ikan pasti murah mungkin bisa dapat diskon." "Eh denger ya! Aku bukan lagi cari ikan." sela Shin dengan kesal. "Lah terus cari apa?" sambung Irma. Shin hanya menunduk lesu sambil menatap selokan. "Eyeliner seharga Rp. 300.000 gak sengaja terjatuh di selokan. Ah, sekarang benda pusaka itu hilang." Levi terkejut. "Kok bisa jatuh sih?" "Ya bisalah! Aku kan mau update di story i********: kalau aku baru aja beli eyliner baru. Cahaya didalam rumah gak terang, kalau diluar cahayanya terang keles." "Eyeliner yang kemarin kamu pakai buat ajarin aku itu ya? Wah jadi gimana? Kalau gitu caranya aku gak bakal bisa belajar pakai eyliner lagi dong?" lirih Irma yang sudah bersedih bagaikan drama-drama sinteron di televisi. "Sudahlah gak usah sedih gitu." ucap Levi lagi. "Noh besok pagi ada diskon 30% kosmetik Casanova di Mall." "Serius?" tanya Shin dan Irma barengan. Levi berdeham sambil menghedikan bahu. "Em.. Feeling aja sih. Belum tau pasti-" "Levi!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!" pekik Shin dan Irma hingga akhirnya Levi pun memilih lari dari sana dan melanjutkan niatnya yang ingin membeli sarapan. "Dasar memang ah! Kalau belum tahu pasti kenapa pakai bilang gitu sih? Bikin berharap aja. Dasar PHP!!!!" kesal Shin. πŸ‘ πŸ’„ "Mbak, ini bagus yang mana ya?" "Yang ini bagus. Selain waterproof, produk ini awet mbak dan khusus hari ini pembelian Eyliner Casanova bonus lipstik matte lip cream." Shin hanya manggut-manggut dan mencoba berpikir untuk membelinya atau tidak. Oh ayolah, bagi penyuka dan pengoleksi lipstik seperti dirinya perlu diperhitungkan mengenai bonus seperti itu. Saat ini, Shin berada disebuah Mall untuk membeli sebuah eyliner baru sebagai koleksinya. Dan ya meskipun tadi pagi ia sempat kesal dengan feeling Levi yang belum pasti jika hari ini sedang ada diskonan produk kosmetik Cassanova, tetap saja Shin patut bersyukur jika ternyata itu benar. Dari jarak beberapa meter, Shin melihat seorang pria yang sepertinya berusia 30 tahun sedang berjalan mengamati beberapa produk kosmetik dengan serius. Disebelahnya ada asisten nya seorang wanita berjilbab. Ya biasa dibilang seperti seorang sekretaris dan didampingi oleh beberapa rekan lainnya. "Ya Allah ganteng banget sih!" "Gemes ah, kalau punya suami gitu mending di sembunyikan aja didalam rumah. Sekarang jaman plakor, rawan punya suami ganteng kalau di biarkan seliweran gitu." "Eh itu disebelahnya siapa sih? Istrinya? Atau sekertarisnya? Atau temen kerjanya? Atau-" "Hush! Gak baik ah nebak-nebak gitu. Kalian belum tau ya dia siapa?" "Siapa sih? Orang penting?" "Dia itu owner pemilik kosmetik Casanova. Namanya Kalvin Pratama. Gak hanya owner kosmetik, ada produk Parfum, pakaian pria wanita branded dan dia juga brand ambasador keluaran mobil sport terbaru." "Ya Allah... Tu orang gak heran deh kenapa ganteng banget. Lihat, tubuhnya aja tinggi kayak postur orang luar negeri. Ya elah tu jambang gemes banget deh pengen di raba-raba gitu!" "Ah, halalin adek bang." Dan para wanita itupun tertawa geli namun berusaha tidak terdengar terlalu nyaring ketika saat ini mereka sedang ditempat umum. Shin hanya melongo dan mencoba untuk bersikap tidak perduli meskipun apa yang dikatakan para wanita muda yang notabennya usia remaja itu memang benar semua. Pria tersebut memang tampan. Postur tubuhnya seperti diperuntukkan untuk menggeluti dunia modeling sesuai job nya yang menjadi brand ambassador mobil sport. "Jadi namanya Kalvin?" ucap Shin dalam hati. Shin pun segera mengeluarkan ponselnya dan mencari tahu di akun i********:. Ah satu lagi, Shin adalah seorang wanita yang memiliki tingkat kepo akut sehingga ia tidak bisa menahan diri untuk mencari tahu sosok Kalvin sebenarnya bahkan kehidupannya dan menfollow akun i********: tersebut. "Gimana Mbak? Mau yang waterproof atau tidak?" "Eh?" Seorang wanita berhijab yang menjaga stand kosmetik Casanova tersebut hanya menampilkan wajah senyumnya meskipun berusaha untuk memaklumi seorang Shin yang sempat diam-diam memperhatikan Kalvin. "Oh itu. I-iya jadi Mbak. Saya beli ya Eylinernya." "Sebentar ya, saya catatkan nota pembeliannya dulu." Shin hanya mengangguk dan menghela napasnya bahkan merutuki kebodohannya yang sempat tertangkap basah memperhatikan Kalvin dari kejauhan. Setelah menerima nota belanja tersebut, Shin segera pergi dari sana dan menuju kasir. Kalvin yang sejak tadi berbincang dengan beberapa rekan pembisnis sekaligus tim marketing kosmetik Casanova, tanpa sengaja ia melirik ke arah seorang wanita yang baru saja melenggang pergi dari stand kosmetik miliknya. Siapa lagi kalau bukan Shin. Kalvin pun menarik sudut bibirnya dan bergumam dalam hati. "Dia sudah cantik. Untuk apa berdandan lagi dan membeli kosmetik? Apalagi-" "Astaghfirullah." "Ya Allah, apa yang baru saja hamba lakukan? Tidak seharusnya aku terpesona oleh kecantikannya." Buru-buru Kalvin menggeleng kepalanya dan mendapati salah satu rekannya menegurnya. "Maaf, Pak Kalvin baik-baik saja?" "Ya, aku baik-baik saja." Kalvin hanya menghela napas. Setidaknya rasa syukur terucap dalam hatinya kali ini. "Alhamdullilah. Akhirnya, salah satu produkku laku terjual. Semoga pembeli wanita itu tidak kecewa dengan produk eylinernya." πŸ’„πŸ‘  Ini part 1 ya.. Alhamdulillah sudah update. Lama banget gak kembali di dunia literasi πŸ˜­πŸ˜­πŸ™πŸ™ Terima kasih sudah baca. Semoga suka πŸ€— Sehat selalu buat kalian. With Love πŸ’‹ LiaRezaVahlefi Instagram lia_rezaa_vahlefii

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook