Aluna menyibakkan selimut yang menutupi wajahnya, ia menatap langit - langit kamarnya dengan tatapan kosong. Sudah dua hari ia mengurung diri di kamarnya, ia hanya turun untuk makan. Ia beralasan tidak enak badan untuk menghindari kuliah selama dua hari ini. Tring! Tring! Perhatiannya teralih oleh ponselnya yang berbunyi. Entah kenapa ia ingin membuka pesan yang masuk tersebut. Alisnya terangkat melihat begitu banyak pesan dan telepon yang tidak terangkat, ralat, tidak diangkat dari Dhimas. 40 pesan, 110 missed call, baca Aluna dalam hati. Ia membuka pesan dari Dhimas. Aluna, maaf kan aku, aku ingin menjelaskan semuanya, tapi aku tau kamu sudah sangat kecewa denganku. Benar, aku memang bertaruh dengan mereka untuk bisa berpacaran dengan kamu. Mereka penasaran dengan dirimu yang te