Bab 1 Introducing Me

1118 Words
"Hai. Sepertinya kita bisa menjadi teman dekat setelah ini" ***** "Aluna",Gadis bertubuh tambun yang bernama Aluna menoleh saat namanya dipanggil oleh seseorang. Aluna tersenyum melihat Quteu, dosennya. "Ya, bu. Ada yang bisa saya bantu?" "Kamu masuk kelas saya di mata kuliah manajemen periklanan kan?", Aluna mengangguk. "Iya bu" "Kalau gitu boleh saya minta tolong kamu koordinasikan teman-teman kelas kamu dan kelas PR2 untuk membentuk kelompok. Nantinya kelompok ini akan diberi projek sebagai ujian akhir semester" "Baik bu, perkelompok berisi berapa orang ya bu?", Quteu tampak berpikir. "Hmm.. 4 orang saja cukup. Bisa kamu bantu saya koordinir?",tanyanya. Aluna mengangguk dengan semangat. "Tentu bu, dengan senang hati",Quteu tersenyum senang. "Kalau begitu, setelah kelompok selesai terbentuk kamu bisa menghubungi saya untuk menyerahkan lembar berisi nama-nama kelompok" "Baik bu, ada lagi?" "Sudah cukup. Saya tunggu ya. Terima kasih Aluna" "Sama-sama bu" Aluna berjalan menuju tempat duduk di bawah pohon rindang yang berada di taman kampusnya. Tempat favorit bagi Aluna selama menunggu jam kuliahnya dimulai. Ia adalah seorang gadis yang pintar, namun sayangnya ia selalu di-bully karena fisiknya yang tambun. Wajahnya pun biasa saja. Sangat standar apabila dibandingkan dengan mahasiswi kampusnya yang cantik-cantik dengan tubuh langsing semampai. Ia membuka grup gabungan di aplikasi chatting ponselnya. Selamat siang teman-teman PR: Me Saya mendapat tugas dari Bu Quteu untuk mengoordinir kelompok gabungan. Satu kelompok berisi 4 orang. Kelompok ini akan dibagi tugas untuk ujian akhir semester nanti. Jika kelompok sudah terbentuk mohon menginformasikan ke saya secara personal ya. Trims. Aluna membaca lagi pesan yang dibuatnya, setelah dirasa cukup jelas ia mengirim pesan itu ke grupnya. Tak berselang lama notifikasi ponselnya penuh dengan respon mahasiswa di grup itu. Ia menghela nafas membaca balasan dari teman-temannya. Eh si gendut, kirain siapa nge-chat di grup Hus, jangan manggil gitu dong. Dia kan gak gendut, cuma besar HAHAHA Tumben si ndut ini muncul Sekalinya muncul langsung nyuruh ya guys Kan memang dia begitu. Muka standar tapi sok. Aluna hanya mengurut d**a membaca bully-an dari teman-temannya. Ia sudah terbiasa. Baginya tidak perlu menanggapi celotehan menyakitkan itu. Tidak penting. Ia hanya fokus kuliah dan ingin segera lulus dan bekerja. Ia memutuskan memberi semacam desakan untuk teman-temannya Ditunggu sampai pukul 15.00 sore ini : Me Jika tidak  ada yang memberi nama kelompok, saya akan membaginya sendiri tanpa melihat siapa dengan siapa. Send Woh si gendut udah berani ngancem guys! Lu minta kita apain!? Jangan sok! Anak kelebihan lemak ya gitu, songong! Udah turutin aja daripada mulutnya ngadu yang nggak-nggak ke dosen. Cih! Ga takut gue! Palingan didorong sekali udah ngegelinding Dasar sarang lemak muka standar HAHAHA GUE NGAKAK BACANYA Aluna meringis, ia berusaha menahan air matanya. Sabar luna.. sabar... ingat kata mama kamu yang paling cantik sejagad raya,ucap Aluna dalam hatinya. ***** Pukul 15.00 Satu per satu temannya mengirimkan daftar nama kelompoknya. Ia mengecek jumlah mahasiswa dari absen gabungan. Total ada 48 mahasiswa. 2 diantaranya tidak memilih mata kuliah tersebut. Sedangkan baru 45 orang yang terdaftar olehnya. Ia membuka daftar anggota dalam grupnya. Hmm... siapa ya yang belum,benaknya. Ibu jarinya terhenti pada satu nama yang beberapa bulan terakhir ini mencuri perhatiannya. Dhimas Setya. Wah.. si ganteng belum ada kelompoknya. Chat jangan ya? Ah chat aja deh,timangnya. Halo Dhimas, aku Aluna : Me Udah baca grup belum? Aku lagi bagi kelompok buat matkul-nya Bu Quteu. Cuma kamu yang belum ada kelompoknya. Kamu ikut mata kuliah itu gak? 1 menit.. 5 menit.. 15 menit.. Pesan Aluna tak kunjung dibaca oleh Dhimas. Aluna merasa bingung harus bagaimana, Quteu sudah menunggunya di ruang dosen menyerahkan lembar kelompok. Tring! Aluna membuka notifikasi ponselnya, ia berubah menjadi gugup saat melihat Dhimas membalas pesannya. Oh hai Luna, kebetulan aku gak ikut matkul itu. Maaf baru balas ya Aluna segera membalas pesan itu secepat kilat Oh kirain ikut, Dhim. Hehe yaudah maaf : Me ya aku ganggu Tring! Oh enggak gak apa kok. Kamu disuruh sama bu Quteu? Iya aku disuruh sama beliau : Me Tring! Jangan dengerin omongan di grup ya, mereka cuma sirik sama kamu. Wajah Aluna merona membaca balasan dari Dhimas. Senyumnya tertarik secara otomatis. Ia mengetik balasan pesan untuk lelaki itu. Iya, gak apa kok. Aku udah biasa : Me Makasih ya ☺ Tring! Makasih buat? Ya makasih karena kamu gak bully aku : Me Tring! Hahaha.. kamu lucu, ngapain bilang makasih? Itu udah seharusnya kan Blush. Bodoh bodoh bodoooooh, pikir Aluna Ehehehe iya Dhim. : Me Dhimas hanya membaca chat dari Aluna. Aluna membuka display profil photo milik Dhimas. Bahunya luruh saat melihat foto Dhimas berdua dengan seorang wanita cantik di dalam mobilnya. Yah.. punya pacar, benak Aluna. Yaiyalah, laki-laki setampan Dhimas gak mungkin belum punya gandengan, Luna. Lanjutnya mengingatkan diri sendiri. Ia beranjak meninggalkan bangku taman dan menemui Quteu untuk menyerahkan lembar kelompok yang sudah ia buat. Setelahnya ia memutuskan untuk pulang. ***** "Aku pulaaang",seru Aluna memasuki rumahnya. Aluna di kampus dan Aluna di rumahnya sangatlah berbeda. Di kampusnya, ia menjadi anak pendiam karena tidak ada yang mau berteman dengannya. Namun di rumah, ia berubah menjadi anak supel dan menyenangkan. Ia memiliki kakak tiri yang cantik bernama Mitha, umurnya 27 tahun. 6 tahun lebih tua darinya. Ibunya menikah lagi setelah berpisah 5 tahun dari ayah kandungnya. Tapi Aluna tidak menyesal, ia bersyukur mendapat ayah sambung dan kakak tiri yang sangat sayang padanya. Sungguh ia sangat menyayangi dan melupakan fakta bahwa mereka adalah ayah dan saudara tirinya. "Sudah pulang, dek",sambut Mitha "Iya kak, kakak sudah pulang kerja juga?" "Iya, nih. Tadi kakak izin pulang lebih awal. Biasa, tamu bulanan menyiksa",ujar Mitha. "Pantas saja kakak pucat, ayo kak aku buatkan jus agar kakak lebih segar",Aluna mengaduh saat Mitha menyubit kedua pipi chubby-nya. "Kamu tuh memang adik kakak yang paliing ngertiiin kakaaaak", Mereka tergelak bersama seraya melangkah ke dapur. Itulah mereka, saudara lain darah namun kenyataannya hubungan mereka sedekat itu. ***** Aluna melompat ke ranjangnya, ia telah mandi dan berganti baju. Ia mengerutkan keningnya melihat ada 2 notifikasi pesan di ponselnya. Hai Luna, maaf tadi aku sedang ada kerjaan jadi tidak sempat balas chat mu. Kamu sedang apa? Deg deg deg deg "Kyaaaaaaa!!!!!!!!!",Aluna menjerit histeris membaca chat tak terduga dari Dhimas. Tanpa membuang waktu segera ia mengetik balasan untuk lelaki itu. Gak apa kok dhim, lagipula aku kan : Me cuma jawab seperti itu tadi Aku sedang diam di kamar Tring! Hmm.. di kamar yaa? Hahaha iya juga sih. Ternyata kamu anaknya seru. Sepertinya kita bisa menjadi teman dekat setelah ini. Hai kenalkan aku Dhimas Setya. Mulai hari ini kita berteman ya, Aluna. Wajah Aluna sudah merona membaca pesan dari Dhimas. Ia kira ini mimpi. Tapi ia mengaduh kesakitan saat menyubit lengannya sendiri. Ini tidak mimpi? Astaga! Hahaha, aku hanya tidak mau  : Me mengundang masalah di kampus, Dhim. Halo juga Dhimas Setya, aku Aluna Pramono. Senang berteman denganmu  *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD