Beautiful Cheating

1116 Words
Chris menelusuri setiap jengkal kulit telanjang gadis itu, jemari kekarnya mengelus pelan dari tengkuk belakang leher Valery turun hingga bahu dan pinggulnya. Membuat gadis itu melenguh pelan seraya menutup kedua matanya, Chris melirik kearah Valery, gadis itu tengah mengambil kenikmatannya. Ia menyunggingkan senyum, mengecup pundak telanjang gadis yang tengah membelakanginya tersebut. Sementara Valery, kedua tangannya bersandar didinding yang seluruhnya terbuat dari kaca. Rambut hitam legamnya ia gelung, memberikan kesempatan kepada Chris agar dapat mengeksplor setiap kulit tubuhnya. Hidung mancung pria itu menyentuh leher jenjang Valery, brewok tipisnya mengganggu kulit mulus Valery hingga membuatnya merinding. Plak!!! "Aaargggghhhh....." Valery menjerit, ketika Chris menampar bokongnya dengan keras. Rasa panas dan perih menjalar ditubuhnya, Valery yakin sekali bahwa bokongnya kini telah memerah. Chris memposisikan dirinya, mengangkat sedikit pinggul gadis itu, lalu tanpa aba-aba ia menyeruak gadis itu dengan sekali hentakan. Wajah Valery meringis menahan perih diselangkangannya, namun Chris segera mengecup tengkuk gadis itu guna menenangkan gadisnya. Setelah nafas Valery menjadi teratur, Chris mulai bergerak. Pelan namun pasti, gerakan erotis pria itu mampu membuat hasrat liar Valery bangkit kembali. Tak perduli jika benda bedar itu akan membuat intinya perih, Valery menginginkannya lagi dan lagi. "Harder Chris ..." desah Valery. "As your wish, baby...." Chris menyeringai senang. Ia menghentak tubuh Valery hingga terasa kebagian inti gadis itu, Valery menggigit bibir bawahnya seraya menutup kedua matanya. Merasakan sensasi yang selalu ia sukai, ketika pria itu memompa dirinya, ketika pria itu mengelus seluruh kulit mulusnya dengan jemari kasarnya, dan ketika pria itu mengecup bibirnya, terasa ia tak ingin mengakhiri bagian erotis didalam hidupnya ini. "You like it, baby...?" "Ouh, yesss Chris" mendengar lenguhan Valery, Chris sudah tidak tahan lagi ingin menumpahkan cairannya. Seperti biasa keringat selalu membasahi sekujur tubuh berotot tersebut. Cukup lama, akhirnya mereka mencapai klimaksnya masing-masing. Valery dengan nafas tersengal dan Chris yang masih sibuk mengecup leher Valery dengan sesekali menggigitnya. "Stop it, Chris! Aku harus memakai bajuku" protes Valery, Chris terkekeh dan segera membantu gadis itu memakai pakaiannya. Karena terlihat sekali Valery tengah menahan perih diselangkangannya. Chris memakai celana jeasnya, setelah gadis itu selesai berpakaian. Chris menarik Valery agar mendekat padanya dan memeluk tubuh ringkih tersebut. Valery yang telah kehabisan tenaga, hanya bisa memeluk dan bersandar pada tubuh kokoh itu. "Kau lelah?" Tanya Chris seraya mengecup puncak kepala gadis itu. Sementara Valery hanya mengangguk. "Ayo turun kebawah, akan kubuatkan kau makan malam" ujar Chris mengajak gadis itu keluar dari kamarnya. Suasana dingin mencekam ketika mereka berdua keluar dari kamar, Chris masih memeluk tubuh Valery berjalan beriringan. Menuruni tangga, dahi Chris berkerut bingung. Pria itu melihat sesosok wanita duduk dengan anggunnya disofa ruang tamu sambil membaca majalah, dress ketat dan heels tinggi makin memperindah kaki jenjang nan mulus tersebut. Chris menyipitkan kedua mata, seorang wanita yang pada dasarnya sama sekali tidak ia sukai. Chris melepaskan pegangannya pada Valery, membuat gadis itu berkerut bingung. "Ahh... ternyata kalian masih disini" ujar Carol setelah melirik kearah suaminya dan Valery ketika mereka tiba dilantai satu. "Jadwalku diundur selama dua hari, bagaimana kabarmu sayang?" Ujar Carol seraya melenggang indah kearah Chris dan mengecup bibirnya lalu memeluk tubuh besar itu. Membuat Valery terdiam seribu bahasa ketika Aunty Carol menatap tajam kearahnya. Valery makan dalam diam, perutnya terasa mual seperti ia ingin menumpahkan seisi perutnya. Dirinya kehilangan nafsu makan, seperti saat ini. Awkward moment ketika dirinya duduk dimeja makan dengan Chris dan Aunty Carol, sibuk dengan makanan masing-masing meskipun Valery sempat melirik dua orang didepannya. Daging panggang hasil karya Aunty Carol memang lezat. Tapi mata indah dengan riasan maskara serta bulu mata palsu tersebut terus menatap tajam kearahnya, namun ketika Chris melihatnya Aunty Carol tersenyum manis kepada Valery. Seolah ia bersikap selembut mungkin didepan suaminya. Valery menegak makanannya dengan susah payah, jantungnya berdebar tak karuan saat ini. Melihat bahasa tubuh Aunty Carol yang sangat mencurigakan. "Ahh ya... Valery, bagaimana kuliahmu?" Tanya Carol memecah keheningan diantara mereja bertiga setelah beberapa menit, sementara Chris hanya memakan makananya tak perduli dengan segala ocehan Carol. "B-baik... ya, sangat baik" jawab gadis itu gugup, terus melirik kearah Chris meminta bantuan kepada pria itu, namun Chris sepertinya bersikap tenang saja. "Baguslah, karena kau sebentar lagi akan lulus dibidang kedokteran Valery, Aunty akan mempertemukan dirimu dengan Alan..." ujar Carol antusias, mata setajam elang disamping Carol melirik Carol dengan tajam. "Alan, untuk apa?" Tanya Chris. Sementara Carol memutar kedua bola matanya malas, oh akhirnya kau perduli, batin Carol. "Ya... Alan akan membuka cabang rumah sakitnya dikota ini honey, aku pikir ia dapat merekrut Valery...." jelas Carol, membuat darah Chris berdesir. "...lagipula, Alan adalah pria yang baik. Aku yakin kalian akan cocok, selama Valery tinggal disini dia tidak pernah memiliki kekasih. Aku takut dia menjadi perawan tua atau perebut suami orang" Deg... Bagai tersambar petir, kalimat Carol barusan telah memporak-porandakan hatinya, Chris yang melihat pandangan mata sayu Valery akhirnya angkat bicara. "Kau tidak bisa seenaknya membawa Alan kemari" protes Chris. "Mengapa? Bukannya ia keponakanmu juga, dan lagi rumah ini terlalu besar untuk kita" tambah Carol, Chris memijit kepalanya sendiri. Sementara Valery yang mendengarnya hanya bisa terdiam, selera makannya hilang begitu saja mendengar perdebatan paman dan bibinya itu. Ia pamit kepada dua orang itu setelah mencuci sendiri piring makannya, Chris melihat Valery ketika gadis itu meninggalkan mereka berdua. Bahu gadis itu terlihat lesu, apakah karena ia terlalu kasar tadi? Pikiran Chris melayang. Chris menghela nafas kasar, Alan adalah keponakannya. Sama seperti Valery adalah keponakan dari Carol, namun mendatangkan Alan kemari bisa menjadi bencana besar. Pria itu terlalu terobsesi kepada Valery, mungkin Valery tidak mengakuinya, namun pandangan Alan terhadap gadis itu begitu intens layaknya ia menatap Valery, Chris mengetatkan rahangnya, ia tentu tidak akan membiarkan hal itu terjadi. .... Valery menatap bintang lewat jendela kamarnya yang terbuka, termanggu duduk menopang dagu dipinggiran jendela. Terlintas diotaknya berbagai macam pemikiran, bagaimana jika Aunty Carol mengetahui kegilannya dengan Chris? Ia pasti akan menyakiti hati wanita itu, ingin Valery sudahi saja semua ini namun tubuhnya seakan menolak, ia masih menginginkan Chris. Valery mendengar pintu kamarnya terbuka, dimalam larut seperti ini Chris bahkan belum tidur. Ia tersenyum kearah Valery dan memeluk gadis itu dari belakang. "Aku tidak akan meninggalkanmu, pegang janjiku..." bisik Chris ditelinga Valery sambil mengecup leher jenjang gadis itu. "Bagaimana jika Aunty Carol tahu?" Balas Valery. "Kau ingin aku melakukan apa, hm? Menceraikannya?" Valery menghela nafas kasar, ia tak sejahat itu kepada bibinya sendiri. "...asal kau tahu, aku tidak akan melepaskanmu" tambah Chris. "Baiklah.. lebih baik kita lanjutkan sandiwara ini" pinta Valery. "Terserah kau saja, pada akhirnya Valery... kau tetap akan menjadi milikku" kata Chris lalu meninggalkan kamar Valery, tak lupa mengecup dahi gadis itu. Sementara dari balik pilar besar rumah itu, Carol mengintip. Ia menyipitkan kedua mata dan menyunggingkan senyum, sesuatu yang besar akan terjadi, dan tentu saja ia tak akan membiarkan suaminya menjadi milik keponakannya sendiri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD