Siluet tubuh tinggi didalam ruangan gelap, Chris berdiri layaknya patung dewa yunani disudut kamar. Melihat putri tidurnya yang akhirnya tertidur pulas setelah tenaganya terkuras habis akibat emosinya yang meluap, gadis itu sungguh berhati batu, Chris tak dapat mengendalikan gadis itu sepeenuhnya kecuali atas kemauan dirinya sendiri, tapi Chris akan tetap berjuang agar Valery tak meninggalkannya.
Nafas gadis itu begitu teratur, berbaring miring sambil memeluk gulingnya. Kedua mata indah itu terpejam, hanya diterangi oleh cahaya rembulan dari luar jendela. Chris menyunggingkan senyum, begitu indah ketika ia melihat gadisnya tertidur pulas. Chris melangkah pelan, tak ingin membangunkan putri tidur tersebut.
Pria itu berdiri ditepi ranjang, mengelus pelan wajah mulus Valery guna menyingkirkan beberapa helai diwajah cantiknya. Chris begitu mengagumi gadis itu, keponakan atau apapun namanya Chris tidak perduli. Sejak gadis polos tersebut menginjakan kakinya dirumah ini, dan netra indah berwarna kehijauan itu bertatapan untuk kali pertama dengannya, mulai saat itulah Chris mulai mengagumi gadis itu.
Jangan bilang Cinta...
Karena Chris sendiri tidak mengeri apa arti dari kata tersebut.
Menikah dengan Carol hanya demi menjaga nama baik perusahaan dan kerjasamanya dibidang fashion, karena Carol adalah wanita yang sangat berpengaruh dalam bidang tersebut, dan lagi orang tua Chris yang menjodohkannya dengan wanita yang telah menjadi istrinya selama beberapa tahun itu.
Chris sedikit terkejut, gadis itu bergerak. Seolah terganggu dengan belaian jemari besar itu, namun tak membangunkan dirinya. Chris lalu menarik selimut guna menutupi tubuh gadis itu, ia merapihkannya dan tak lupa mengecup dahi Valery. Kemudian ia meninggalkan Valery, menutup pintu kamarnya dengan pelan tak ingin mengganggu tidur nyenyak gadisnya.
Chris menuju kamarnya, menyalakan saklar lampu dan menutup pintu kamarnya lagi. Pria itu membuka kemejanya, menampilkan tubuh yang masih kekar dan keras diusianya yang tidak muda lagi. Ia membuang kemejanya kesembarang arah, membuka kamar mandi dan membuka celana jeansnya.
Ia berendam didalam bath-up dengan perlahan, aroma wewangian menguar diindera penciumannya ketika setengah tubuhnya terendam didalam air. Chris menyandarkan kepalanya dipinggiran bath-up, menatap langit-langit ruangan seraya memikirkan sesuatu.
Apakah ia harus menceraikan Carol?
Bagaimana mungkin ia dapat menjalani hubungan terlarang ini selamanya?
Mengenai Valery yang selalu menghindar darinya, ia akan pikirkan itu nanti.
Mungkin menculik gadis itu hingga keujung dunia hingga tak seorangpun dapat menemukan mereka berdua.
Chris menutup kedua matanya, mengela nafas kasar. Mengapa jadi sesulit ini? Jika saja ia tidak menggilai keponakan istrinya, mungkin hal ini tidak akan pernah terjadi. Sentuhan gadis itu, setiap jengkal kulit tubuhnya, dan desahannya yang selalu membuat Chris ingin memilikinya.
Ahh s**t!
Umpat Chris, ia bisa gila jika terus berlama-lama seperti ini.
Ia harus segera menceraikan Carol, bagaimanapun caranya. Ia tidak perduli dengan segala resikonya nanti, termasuk gunjingan dan amarah Carol.
Chris terbang dengan segala pemikiran dan khayalan gilanya, sampai tak sadar ada seseorang yang berdiri diambang pintu kamar mandinya.
"Chris?!" Ujar orang itu dan berhasil membuat Chris terkejut.
Chris mengernyit heran, gadis itu dengan penampilan kusutnya berdiri tak jauh darinya. Apa ia sekarang sedang bermimpi? Gadis itu telah tertidur tadi.
Valery melangkah menuju kearahnya, membuka seluruh pakaiannya menampilkan tubuh mulus nan seksi tersebut dan membuat Chris menegak salivanya sendiri.
Oh, god... help me!
Ujar Chris dalam hati.
Chris sontak langsung berdiri dari bath-up tanpa malu akan ketelanjangannya, tubuh kecoklatan dan keras itu terlihat masih basah dan mengkilap. Keningnya berkerut bingung melihat Valery melangkah kearahnya dengan pandangan lapar seraya melepaskan seluruh pakaian yang menempel ditubuhnya.
Belum terjawab semua kebingungannya, kini gadis itu meraup bibirnya dengan rakus. Dengan penuh gairah sampai-sampai Chris merasakan tekanan dileher belakangnya agar membalas ciumannya.
Yang tentu saja tidak akan dilewatkan oleh Chris, ia juga begitu merindukan bibir kenyal dan seksi tersebut. Valery mengelus setiap kulit tubuh Chris, bagian d**a serta lengan besar yang selalu menjadi candu Valery. Chris menggeram nikmat...
Ia memperdalam ciumannya dengan Valery, membuat gadis itu sedikit kewalahan karena tak dapat menghirup udara banyak. Kedua tubuh mereka menghimpit satu sama lain, seolah tak ingin terlepas dari momen panas seperti ini.
"Oh Chris... f*ck me!" Titah gadis itu disela ciuman mereka.
"Berjanjilah kau tidak akan meninggalkanku" balas pria itu.
"Just do it, Chris!" Protes Valery, terus mendesak pria itu.
"Promise me, baby...."
"s**t Chris.... yes i do promise" Chris menyeringai senang, masih dengan kegiatan ciuman mereka ia menekan leher gadis itu dengan jemari kekarnya dan menghentikan adegan ciumannya.
Nafas gadis itu terengah, ditambah dengan tekanan yang diberikan Chris dilehernya.
Bibir Valery masih terbuka, berwarna ping kemerahan dan Chris gemas ingin selalu memakannya.
Chris memainkan bibir Valery, masih mencengkram kuat leher gadis itu ia menjilat setiap inci bibir seksi itu. Membuat Valery turut mengeluarkan lidahnya ingin bermain dengan Chris.
Chris terus bermain dengan bibir Valery, mengecupnya singkat lalu bermain dengan lidah gadis itu.
Mata Chris menggelap, sungguh Valery telah membangunkan singa yang tengah tidur disela gairahnya yang tertunda selama beberapa hari. Dan Chris tidak akan perduli jika gadis itu akan menjerit minta tolong, malam ini ia akan memberi pelajaran kepada gadis yang hampir saja akan meninggalkannya.
Chris menarik rambut Valery dengan keras, gadis itu memekik terkejut. Pria itu lalu menuntun kepala Valery agar berlutut dihadapannya, tubuh Valery yang ditekan oleh Chris akhirnya berlutut diantara kedua kaki pria itu. Kedua mata Valery terbelalak, ia menegak salivanya sendiri mengerti apa maksud dari pria itu.
"Suck it, babygirl...." titah Chris dengan suara seraknya, Valery merinding mendengar suara besar itu terdengar begitu b*******h.
Bibir seksi itu terbuka, ia hampir saja tersedak ketika benda besar itu memenuhi seluruh rongga dalam mulutnya. Chris menekan kepala Valery, wajah gadis itu memerah menahan sesuatu yang masuk hingga tenggorokannya. Cukup lama, akhirnya Chris menarik rambut Valery. Gadis itu terbatuk-batuk, saliva berjatuhan disekitar bibir dan d**a ranum gadis itu.
Chris menyipitkan kedua matanya, sungguh pemandangan yang indah, batinnya.
"Deep throat...." desis Chris, Valery sontak menggeleng. Berniat ingin menolak, namun Chris segera menyeruak kembali mulutnya dan bergerak cepat didalam sana. Valery hampir tak dapat menghirup udara, sementara rambutnya terus dicengkram oleh Chris agar menahannya.
Sangat lama, sampai Valery merasakan pegal dirongga mulutnya. Ia memegang kedua paha Chris, mencoba mendorongnya namun tak berguna sama sekali. Pria itu bahkan tak goyah sedikutpun, Chris kembali menarik rambut Valery. Memberikan kesempatan kepada gadis itu untuk menghirup udara segar, saliva kembali menetes dari bibir seksi itu.
Chris lalu menarik Valery agar berdiri dan mengecup bibir Valery dengan sangat lama dan intens.
Suara kecupa nyaring pertanda ia mengakhiri ciuman panasnya.
"Well... kau telah membangunkan singa yang lapar sayang, sekarang waktunya hukumanmu" ujar Chris, seketika membuat darah Valery berdesir lebih cepat.