3. Princess and Prince

1244 Words
Ratu Ethel terlahir sebagai empat saudari kembar. Naik tahta di usia masih amat muda 24 tahun. Bersama tiga saudari kembarnya membagi tugas mengurus keluarga kerajaan dan konstitusi negeri Zerestria. Hanya Ratu Ethel yang belum menikah di antara tiga saudari kembarnya. Di usia menginjak 34 tahun masih tetap melajang. Tidak ada alasan khusus untuk menunda pernikahan, semua terjadi seiring waktu berlalu. Karena terlalu sibuk dengan urusan kerajaan dan memimpin negeri sehingga Ratu tidak terlalu memikirkan berumah tangga. Dan lagi tidak mudah mencari pendamping dengan statusnya seorang Ratu Kerajaan Zerestria. Sebagai putri tertua bebannya sudah terlalu berat dan kini ditambah dengan posisinya menjabat Ratu negeri. Satu yang menjadi kekhawartiran utamanya adalah sang adik bungsu, Pangeran Zeal kini tak lama lagi berusia 18 tahun. Pada hari peringatan kematian mendiang Raja nanti, semua Putri akan kembali berkumpul di istana. Pada hari itu juga Ratu berniat mengangkat pembicaraan perihal pernikahan Pangeran Zeal di pertemuan Royal Family. “Ibunda tidak keberatan dengan rencanaku ini bukan? Waktu untuk Zeal tidak lama lagi.” Tanya Ratu Ethel pada Ibunda yang tak berdaya di pembaringan. Meski tidak lagi bisa beraktivitas bebas menggerakan tubuh dalam keadaan sehat seperti dulu, tapi Ratu Agung Elenna bisa memahami dan mendengar jelas semua yang putrinya sampaikan. Begitu juga rasa cemas yang tersirat dari rona wajahnya. “Tentu saja Nak... Ibu percaya padamu sepenuhnya.” Menatap manik mata Ratu Ethel yang berkaca-kaca menahan kesedihan membuat hati Ibunda pilu dan sakit tak tertahan. Tentu ia tahu pasti begitu juga yang putrinya rasakan. Hari-hari kian berlalu, kondisi dirinya tak kunjung membaik dan hanya terbaring. Kenyataan ini pasti sulit diterima seluruh keluarga Raja. “Maafkan Ibu Ethel, kamu pasti sangat menderita dan lelah...” Tuntutan rakyat dan juga permasalahan Putra Mahkota pasti sangat berat untuk Ratu tangani. Ibunda tak kuasa membayangkan beban tanggung jawab yang dipikul putrinya. “Ibu, jangan berkata seperti itu... Semua pasti akan baik-baik saja.” Bila keduanya menangis sekarang maka akan ada banjir air mata malam ini. Ratu Ethel sengaja beralih topik pembicaraan lain. Tangan Ibunda yang berada dalam genggaman tangan dibelai lembutnya. “Hari ini aku menghadiri acara Eriol, Ibunda tahu ‘kan cita-citanya untuk membangun dan meresmikan Badan Sosial Rakyat. Aku sendiri yang meresmikannya, dan Eriol tampak bahagia akhirnya bisa mewujudkan harapan Ibunda juga.” “Kalau begitu, kenapa Eriol tidak kembali? Apa dia masih sangat sibuk di sana?” Hari ini pun Ibunda tidak bisa melihat wajah Putri bungsunya. Bila bukan putra dan putrinya sendiri yang datang berkunjung menemui di kediaman Ratu Agung maka keseharian Ibunda akan sangat sepi menghabiskan waktu dalam penantian dan kerinduan. “Tampaknya begitu, masih banyak hal yang perlu ia selesaikan. Eriol akan pulang ketika hari peringatan Ayahanda.” Sekali lagi Ratu Ethel membelai tangan Ibunda, mencengkramnya lebih erat demi menghibur hati Ibunda. “Jadi persiapannya berjalan lancar? Apa yang lain membantumu?” Tanya Ratu Angung cemas. “Benar, yang lain membantuku. Jadi Ibunda tidak perlu khawatir...” Ratu tersenyum, tidak ingin menampakkan lagi kesedihan atau wajah lelah di depan Ibunda. Meski sebenarnya sepanjang hari yang Ratu lalui tadi dipenuhi dengan banyak kejadian dan masalah, namun Ratu tidak bisa menceritakan itu pada Ibunda yang hanya akan menambah rasa bersalah dan kesedihannya. Ratu terlalu tua untuk merengek pada Ibunda tentang beratnya beban kerja dan tanggung jawab yang ia miliki sejak duduk di posisi ini. Bahkan untuk hal kecil sekali pun yang membuat Ratu Ethel bertambah penat hampir hilang kesabaran, seperti perangai Putri Arseilla. Atau kejadian di acara amal Putri Eriol tadi. “Ibunda harus fokus pada pemulihan kesehatan dan pengobatan saja, yaa... Aku mohon kuatkan diri Ibunda agar saat hari peringatan Ayahanda nanti para Putri dan Pangeran saat berkumpul bisa merasa tenang...” “Kamu benar...” Ibunda tahu banyak hal yang membuat putrinya merasa gelisah meski tidak ada satu pun permasalahan yang keluar dari mulutnya. Semua bisa Ratu Agung rasakan hanya lewat sentuhan dan binar mata itu. Setiap kali hari-hari terasa berat bagi Ratu Ethel, ia akan mengakhirinya dengan bertemu Ibunda. Tidak ada keluh-kesah yang terurai akan tetapi Ratu sudah merasa terobati dan mengisi kembali semangatnya hanya dengan bicara sambil menatap Ibunda, bertemu langsung melewati waktu seperti ini. Setelahnya Ratu bisa beristirahat dalam damai dan kembali memulai hari panjangnya di esok hari. *** Mereka putra dan putri mendiang Raja yang masih tinggal dan berada di istana adalah Ratu Ethel, Putri Eleanor, Putri Sarah, Putri ke-6 hingga ke-9 dan Putra Mahkota. Semua masih berkumpul menetap di istana selain Putri Irene dan Putri Racheal yang terpisah jauh karena tinggal di luar istana. Meski begitu tidak selalu semua Putri berada di Istana karena kesibukan masing-masing. Kadang Ratu harus mengeluarkan perintah pemanggilan menghadap bila ingin bertemu dengan saudari-saudarinya. Esok tiba hari peringatan kematian mendiang Raja, sebagian Putri Raja hari ini sampai di Istana Utama langsung menghadap Ratu Ethel memberi penghormatan. Begitu yang di sampaikan sekretariat istana pada Ratu ketika mengabarkan kedatangan Putri Irene dan Putri Racheal di istana. “Yang Mulia, saya akan mempersilahkan Putri masuk sekarang. Apa ada hal lain yang dapat saya lakukan?” Tanya abdi istana. “Tidak untuk saat ini, kau bisa tinggalkan kami.” “Baik Yang Mulia...” Bersamaan dengan kepergiannya, Putri Raja masuk untuk menghadap. Ratu Ethel berdiri dari kursi kerja, menyambut hangat saudari-saudarinya yang telah menempuh perjalanan jauh untuk sampai di istana. Senyuman bahagia terus terpasang bahkan saat saudarinya memberi salam dan penghormatan. Meski sangat ingin memeluk erat langsung adik-adiknya itu tapi Ratu menahan hasrat. Sudah protokol kerajaan untuk menerima penghormatan atau memberi salam hormat pada Ratu  bagi siapa pun yang masuk menginjakkan kaki di istana kerajaan. “Putri Rarcheal B. Halsten memberi hormat pada Ratu Ethel.” “Putri Irene U. Halsten memberi hormat pada Ratu Ethel.” Setiap Putri memiliki nama tengah sebagai inisial mereka dan sudah semestinya siapa pun memperkenalkan diri mereka dengan identitas lengkap kepada Ratu. Ratu Ethel menerima salam hormat mereka dan memberi pelukan erat pada masing-masingnya. “Aku sangat merindukan kalian...” Putri Irene dan Putri Racheal akhirnya melepas ekspresi formalitasnya dan berganti wajah senyuman damai menerima pelukan Ratu. Ada rasa bersalah karena tidak dapat sering pulang ke kerajaan, dan momen seperti ini selalu jadi mengharukan hingga membuat hati mereka lemah. Ratu menghapus air mata di sudut matanya, tidak ingin membuat cemas dan menunjukkan kelemahan di saat mereka baru saja bertemu. “Tapi bagaimana ceritanya kalian datang bersamaan?” Tanya Ratu penasaran seraya melepas pelukan dari Putri Irene. “Sebenarnya Putri Irene datang menjemputku dan kami memang sudah berencana untuk kembali ke istana bersama.” Putri Racheal suka rela menjelaskan perjalanan mereka. Ratu mengarahkan Putri untuk duduk bersama dengan isyarat tangan. “Ah jadi begitu.” Hari ini Ratu sengaja mengatur jadwal tidak ada pekerjaan di luar istana karena memang berniat menghabiskan waktu melepas rindu dengan saudari-saudarinya. “Sebenarnya banyak hal yang perlu kita bicarakan, tapi kalian masih lelah dari perjalanan. Saat ini bagaimana jika kalian istirahat dulu senejak? Ibunda juga pasti ingin segera bertemu dengan kalian.” “Akan kami lakukan seperti yang Anda sarankan, tapi sebelum itu...” Putri Racheal sejenak ragu meneruskan ucapannya. “Kami mencemaskan Kakak, kejadian di acara Eriol kemarin... Kakak baik-baik saja?” Akhirnya Putri Irene mengajukan pertanyaan yang terasa sulit bagi Putri Racheal. Selagi hanya mereka yang berada di ruangan itu maka Putri Irene bisa secara luas mempertanyakannya, bila di depan banyak orang mungkin berat untuk Ratu bercerita karena tidak ingin membuat cemas. Bertemu dengan Ibunda memang penting, tapi Putri merasa cemas kejadian kemarin mempengaruhi Ratu dan masih menyisakan luka yang mana akan berdampak buruk juga pada kepemimpinannya sebagai Ratu Kerajaan Zerestria. ***chapter 3-Fin
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD