Suami Terbaik

614 Words
Nadira P.O.V Aku Nadira Maya Yatfar, Wanita yang telah menjadi istri dari seorang pria yang baik, dan menerimaku apa  adanya. Saat ini usiaku 23 tahun. Aku kuliah disalah satu Universitas di Jakarta. Jurusan yang ku ambil Bisnis Manajemen, dan telah lulus 1 tahun yang lalu. Aku menyukai dunia bisnis sejak dulu. Keinginanku untuk terjun di dunia bisnis,  membuatku bertekad agar suatu saat keinginanku terwujud, yaitu mendirikan perusahaan sendiri dengan hasil kerja kerasku. Mengingat aku bukan dari kalangan kelas atas, jadi aku harus terus berusaha. Aku yatim piatu, ibuku meninggal saat melahirkan aku, dan ayahku meninggal saat aku kelas 5 SD. Aku hanya memiliki kakak laki-laki, satu-satunya yang aku cintai dia Adrian Mega Yatfar . Sebagai pengganti ayah sekaligus ibu untukku, dia dengan telaten marawat dan membesarkanku. Membiayaiku saat aku sekolah, dia juga yang mengenalkanku pada teman kuliahnya. Kita terpaut 3 tahun. Aku menikah dengan sahabat kakakku itu. Aku mencintai suamiku Fahmi El Roomi, aku beruntung memilikimu. Pagi ini Aku tengah sibuk di dapur menyiapkan sarapan suami seperti biasa. Aku sudah tidak berkutat dengan kuliahku lagi karna sudah selesai. Ya benar, aku menikah saat aku kuliah, 1 setengah tahun yang lalu lebih tepatnya, karna Adrian kakakku tidak ingin aku pacaran. Jadi ketika sahabatnya Fahmi mulai menyukaiku, kakakku sudah mewanti-wanti agar jangan sampai pacaran. Benar saja, ketika mendapat restu dari kakak, dengan nasehat yang baik, akhirnya aku menerima lamaran dan menikah dengannya. “Mas, hari ini aku nebeng ya? Kamu masuk kerja kan?”. Ucapku sambil memasukkan sendok ke dalam mulutku yang tengah terisi nasi.  “Kamu yakin mau ngelamar kerja lagi? Sudah 5 kali loh ditolak perusahan hehe”. Goda mas Fahmi sambil menyesap teh hangat ditangannya. “iihh... Mas kok gitu sih, aku ngambek ah”. Kataku mempoutkan bibirku. “Bercanda sayang, sini aku cium dulu. Istrinya siapa sih ini yang cantik. Hmm..” Ucapnya sambil mencium pipiku dengan manja. “Sayang kamu beneran mau kerja, apa tidak sebaiknya kamu di rumah aja. Toh ada aku yang kerja, yaa meskipun gajiku sebagai karyawan tidak besar setidaknya masih cukup buat keperluan kita sehari-hari. Buktinya 1 setengah tahun ini kita baik-baik aja kan”. Katanya lagi dengan nada serius. Aku menghela nafas dalam – dalam. “Mas Fahmi, ini bukan tentang Ekonomi, aku percaya mas bisa menopang hidupku. Ini tentang cita-citaku. Mas tahu sendiri kan, jika aku ingin sekali suatu saat nanti mempunyai perusahaan sendiri meskipun kecil. Aku menyukai dunia bisnis”. Ucapku dengan wajah sendu “I know my wife.. Itu cita-citamu sejak dulu. Aku hanya tidak ingin kamu lelah. Aku ingin kamu bahagia, Tapi jika itu membuatmu bahagia apa boleh buat, aku dukung”. Tutur kata suamiku membuatku lebih tenang. “Terimakasih my husband, kamu yang terbaik, kakakku tidak salah memilihkanmu sebagai pendampingku”. Senyumku terukir untuknya. “Aku yang beruntung memilikimu istriku. Tuhan Maha Baik, telah mempertemukanku denganmu. Trimakasih tetap setia mendampingiku, meski rumah yang kuberikan untukmu tidak besar, meski gajiku pas-pasan sebagai karyawan, dan kendaraanku hanya sepeda motor, tapi kamu tetap setia dan menerimaku apa adanya.Terimakasih Nadira. Aku mencintamu”. Ucap suamiku seraya menekuk pipiku dengan kedua tangannya, menatapku dalam –dalam. “Mas, Apa benar ini kamu? Kamu tumben puitis sepagi ini. Kamu kesambet dimana?” Kataku dengan wajah cengengesan. Mas fahmi seketika melongo. “Taakk...Kamu ini ya, setiap mas mau romantisan kamu selalu bercanda”. Mas Fahmi menjitak dahiku. “Awww.. sakit. Mas Fahmi awas kamu yaa”. Saat aku ingin membalas, mas Fahmi telah lebih dulu lari keluar. Mas Fahmi terlihat tertawa sambil memegang perutnya dari jauh. Dia seringkali menjitak dahiku. Itulah sedikit cerita seru kami yang setiap harinya diwarnai dengan canda dan tawa. Sederhana namun berarti. Aku bahagia.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD