4

1610 Words
"Kalo Lo, apa yang buat Lo mau pulang?" tanya Duka kepada Lara. "Gua? Gua mau pulang karena udah ga ada yang menginginkan gua ada di dunia ini sekarang. Jadi lebih baik gua pulang kan? Karena rumah dan dunia ini sepertinya udah bukan tempat pulang gua. Ga ada lagi yang menerima gua." ujar Lara sembari menatap Duka dengan mata yang berkaca-kaca. "Gua dan Lo sama. Kita sama-sama ga punya tempat untuk pulang. Gua mau tanya, Lo yakin mau pulang?" tanya Duka kepada Lara tersebut karena jujur saja setelah melihat Lara yang tadi hampir jatuh rasanya ia sekarang takut. Ia takut dan menjadi bimbang akan semuanya. Entahlah ia kenapa. Tiba-tiba saja dirinya dilanda oleh rasa bimbang. Ia ingin menyemangati perempuan yang ada di depannya ini agar ia tidak melakukan hal itu juga. Entah mengapa untuk pertama kalinya Duka merasa ia memiliki rasa khawatir dan rasa peduli kepada seorang perempuan. Ini aneh karena perempuan ini juga baru ia temui untuk pertama kalinya beberapa waktu yang lalu. Bahkan ini sama sekali belum satu jam sejak pertemuan mereka berdua. Kenapa ada perasaan kayak gini? Kenapa gua malah ngerasain kayak gini disaat gua mau pulang? Tuhan, kenapa memberiku rasa seperti ini sekarang? Apa ini jalanmu untuk aku tetap tinggal dan jadi rumah, menjadi tempat pulang yang paling nyaman bagi perempuan ini? Tapi kenapa? Padahal gua sama perempuan ini baru kenal sebentar dan bahkan juga gua belum tahu siapa namanya dia. Batin Duka tersebut pada saat ini. "Gua jadi ga yakin setelah tadi gua hampir aja jatuh. Tapi gua juga ga mau terus menerus berada di jurang yang selalu membuat gua jatuh berkali-kali ke dalamnya. Gua udah capek banget." ujar Lara menatap ke arah Duka. "Gimana kalo kita tunda aja?" tanya Duka membuat Lara mengernyit. "Hah maksudnya? Apanya yang ditunda?" tanya Lara yang bingung. "Iya kita tunda loncatnya, kita tunda satu bulan gimana?" tanya Duka yang entah kenapa ia merasa yakin bahwa sebelum itu ia bertemu dengan Lara dan mereka bisa saling memberi rumah yang nyaman satu sama lain. "Hah? Buat apa emangnya?" tanya Lara kepada Duka karena jujur saja Lara masih berpikir yang tidak-tidak sekarang ini. Kini Lara menatap Duka. "Buat meyakinkan diri kalo emang ga ada orang lain yang peduli sama kita. Gua cuma ga mau aja kalo kita nantinya menyesal pas udah ga ada dan kita lihat kalo ternyata masih ada yang sayang sama gua dan Lo. Cuma satu bulan aja, gimana?" tanya Duka membuat Lara kini memikirkan hal tersebut. Lara tampak memikirkan hal itu dengan pemikiran yang kini berkecamuk di dalam kepalanya. Ia bingung harus memilih yang mana karena apa yang dikatakan Duka itu tidak ada salahnya. Mungkin memang mereka harus tunda. "Terus gimana cara biar kita bisa ketemu lagi, sedangkan gua sama Lo sama sekali ga tahu nama masing-masing juga?" tanya Lara kepada Duka. "Entah kenapa gua yakin kalo ga lama setelah perpisahan antara gua dan Lo hari ini pasti nanti kita bakalan ketemu lagi. Kalo pun enggak, sebulan lagi Lo tinggal datang kesini lagi. Gua akan ada disini dan hari itu juga gua dan Lo bakalan mutusin gimana akhir dari hidup Lo dan gua." ujar Duka pada Lara. "Gimana kalo sebulan lagi keputusan gua dan Lo berbeda? Gimana kalo pas itu Lo mutusin buat tetap pulang dan gua tetap bertahan atau malah sebaliknya. Gua memutuskan untuk pulang dan Lo tetap bertahan? Sebulan waktu yang lama dan semuanya bisa berubah dalam waktu secepat itu. Gimana kalo hal itu terjadi?" tanya Lara membuat Duka terdiam sangat lama. "Kalo hal itu terjadi, antara gua dan Lo harus saling menghargai keputusan. Ga boleh ada yang nolak keputusan itu." jawab Duka tersebut. "Okay, gua pikir usulan Lo boleh juga. Meskipun gua dan Lo mungkin harus kembali ke dalam dunia yang menyakitkan lagi. Meskipun ini berat buat gua dan pastinya juga buat Lo. Gua mau menunda pulang itu, meskipun gua harus menanggung resikonya." ujar Lara yang membuat Duka akhirnya tenang. Entah kenapa ia benar-benar merasa senang dan bahagia karena perempuan ini menyetujui keinginannya itu. Kini ia sudah mengayunkan tangannya itu. Lara dan Duka berjabat tangan untuk pertama kalinya dan malam itu Tuhan membiarkan dua insan itu untuk saling menguatkan hingga akhirnya mereka menunda kepulangan mereka yang awalnya akan dilakukan secara sengaja. Lara dan Duka masih duduk disana dan ini sudah pukul dua belas malam. Ya, ini sudah tengah malam. Lara pun berdiri dan ia ingin pulang. "Gua mau pulang, sampai ketemu sebulan lagi." ujar Lara kepada Duka. "Gua antar." jawab Duka dan Lara membiarkan Duka mengantarkan dirinya. Kini mereka berjalan dan sekarang sudah sampai di dekat gang menuju ke rumah Lara. Lara pun berhenti disana dan meminta Duka untuk pulang karena ia akan berjalan sendiri menuju ke rumahnya yang sudah dekat. "Lo pulang aja, rumah gua udah dekat. Ga perlu di antar dan terimakasih karena Lo, gua memberi diri gua sendiri kesempatan kedua untuk bertahan." ujar Lara dengan tulus kepada Duka. Duka pun mengangguk melihat dirinya. "Tunggu, gua cuman mau bilang kalo gua yakin kita bakalan ketemu lagi dan itu ga akan lama lagi." ujar Duka, Lara pun mengangguk dan kini Lara sudah melanjutkan perjalannya lagi. Sementara Duka meninggalkan tempat itu. Ia juga akan kembali ke rumahnya meskipun rumahnya menjadi seperti neraka baginya. Rumah yang baru saja ia tinggali karena ia baru saja pindah kesana dan besok ia harus rela pergi ke sekolah barunya. Entah lah ia bisa mencari teman atau tidak disana karena ia sangat susah mencari teman. Iya bukan Raksa-kakaknya yang terkenal dan bisa cepat membaur dengan teman baru. Tak heran jika Raksa selalu menjadi cowok nomor satu yang dikejar-kejar di sekolah. Dimana pun mereka bersekolah pasti Raksa selalu banyak disukai karena memang Raksa orang yang suka bersosialisasi. Duka pun sekarang berjalan menuju ke rumahnya, ia menatap kakinya yang melangkah untuk menuju ke rumahnya. Malam ini kaki tersebut membawanya pergi ke jembatan, kaki itu juga hampir membuatnya menjatuhkan diri dari jembatan, tapi kaki itu juga berguna malam ini. Kaki itu mampu membuatnya berjalan dna menolong perempuan yang tadi ia temu dan mengantarnya sampai ke dekat rumah perempuan tersebut tadi. Ia masih terbayang-bayang akan wajah pias dan raut kesedihan yang ada dalam wajah perempuan yang sampai sekarang tidak ia ketahui namanya. Gua yakin, ga lama lagi gua sama Lo bakalan ketemu lagi. Batin Duka. Sementara itu Lara sudah ada di depan rumahnya sekarang. Ya, rumahnya yang mana dirinya sama sekali tidak pernah membayangkan bahwa ia akan tinggal di rumah ini bersama dengan Papanya yang baru ia ketahui keberadaannya. Karena jujur saja ia bahaln sebelum ini tak tahu siapa Papanya. Hal itu juga yang dulu membuat Lara terluka begitu dalamnya saat teman-temannya mengejek bahwa dirinya merupakan anak haram karena teman-temannya tidak pernah melihat Papa Lara sama sekali dulu. Bahkan Lara sempat berdoa kepada Tuhan bahwa ia ingin sekali di pertemukan dengan Papanya. Ya, memang sekarang ia bertemu dengan Papanya tapi entah kenapa ia masih belum bisa menerima ini semua. Rasanya masih terlalu asing baginya yang selama ini selalu tinggal bersama dengan Mamanya. Lara membuka handle pintu, tapi ternyata pintu itu terkunci. Papanya belum pulang ternyata, untung saja ia membawa kunci serep yang mana dengan kunci itu akhirnya Lara bisa masuk ke dalam rumahnya saat ini. Sebenarnya ia lebih suka di panggil dengan nama Senja, karena baginya baik Lara maupun Gemitir memiliki makna yang terlalu menyakitkan baginya. Namun tetap saja Mama dan Papanya memanggil dirinya dengan nama Lara. Bahkan teman-temannya di sekolah yang dulu pun juga memanggilnya dengan nama Lara. Entahlah kenapa mereka seperti tak mendengar permintaan Lara. Perkataan Lara seakan tidak ada yang mendengarkan. Lara masuk ke dalam rumah dan ia sekarang sudah ada di kamarnya lagi, entah malam ini ia bisa tidur atau tidak ia pun juga tak tahu. Yang pasti sekarang ini ia sudah ada di rumahnya, ia memutuskan menunda kepulangan. Jika mengingat tentang bagaimana cara dirinya menunda kepulangannya tadi itu rasanya Lara benar-benar ingin tertawa dengan ngakak. Entah kenapa ia bisa menurut saja dengan perkataan lelaki yang baru saja ia temui tadi. Lelaki dengan sorot mata kehancuran dan raut wajah kelelahan. Lelaki yang tidak ia ketahui namanya, tapi mereka berdua memiliki tujuan yang sama tadi. Mereka sama-sama ingin menjemput kepulangan mereka. Tuhan, kenapa Engkau mengirimkan lelaki itu pada ku? Apa memang benar bahwa Engaku mengirimkan lelaki itu agar aku memberi kesempatan hidup untuk diriku sendiri dan mencoba bertahan lebih kuat lagi dengan duniaku yang hancur lebur ini? Tuhan, aku bingung karena sekarang aku kembali ke sini lagi dan aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan kedepannya. Semuanya sangat menyakitkan bagiku. Batin Lara tersebut. Sementara itu Duka sekarang sudah sampai di depan rumahnya, ia sampai di gerbang dan langsung membangunkan satpam yang tertidur di pos jaga. Saat satpam bangun, satpam itu langsung membukakan gerbang untuk Duka dan ia juga menghubungi bibi di dalam untuk membukakan pintu bagi Duka. Kini Duka sudah sampai di dalam rumah, rumah yang selalu sepi dan sunyi jika ada dirinya. Namun jika tidak ada dirinya rumah itu selalu ramai dengan canda tawa antara Papa dan Kakaknya yang selalu membuatnya iri. Kedekatan yang selalu ia impikan tapi tak bisa ia realisasikan karena Papa dan Kakaknya pasti menolak dengan sangat jika Duka ingin ikut becanda bersama mereka. Rasanya dunia memang tidak pernah adil bagi Duka, maka dari itu ia merasa bahwa harinya itu sangat kelam hingga tadi, sekitar satu setengah jam yang lalu tekadnya sudah bulat untuk mengakhiri hidupnya. Namun bertemunya ia dengan perempuan tadi membuat tekadnya itu surut. Entah kenapa dia. Yang pasti sekarang ini ia akan menjalani hidupnya lagi, selama sebulan ia akan mencoba peruntukannya lagi. Besok adalah hari pertama baginya masuk ke sekolah baru, sekolah yang membuatnya tidak bersemangat karena ia lagi-lagi harus mencari teman baru disana. Apalagi dengan Duka yang susah bersosialisasi, mungkin ia akan kesulitan mendapatkan teman nantinya. Tapi bagaimana pun juga ia tetap harus berangkat sekolah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD