Laki-Laki Tidak Jelas

900 Words
"Melihat Kedua Orang Tuanya bahagia adalah kebahagiaan untuknya." **** Veni tahu dirinya tidak sopan saat langsung berjalan masuk untuk ke kamarnya. Tapi, melihat wajah Mario juga membuat dirinya enggan berlama-lama di sana. Tapi, keberuntungan sepertinya tidak berpihak kepadanya. Abinya mencegahnya untuk ke kamar dan malah menyuruhnya untuk tetap di sana.      "Veni mau ke mana?" tanya Abinya saat melihat Veni langsung masuk ke kamarnya setelah berpamitan.    "Mau langsung ke kamar, Abi. Veni capek Hari ini banyak kerjaan."   "Sebentar, ada yang mau kami bicarakan."    "Nanti malem Aja bisa, Abi?" tanya Veni enggan berlama-lama melihat Mario.    "Sekarang, Veni...." Permintaan Abinya tidak pernah bisa Veni tolak pada akhirnya dia hanya mengalah dan ikut duduk bersama mereka.    "Jadi, gini. Abi, Umi mohon maaf Saya ingin meminta izin untuk melamar anak Umi dan Abi."   "Hah!" Veni langsung saja memelotkan matanya saat tahu mendengar penuturan Mario.   "Veni yang sopan."   "Iya tahu, Bi. Tapi, ini maksudnya apa? Tiba-tiba minta lamar-lamar aja. Padahal, akukan enggak kenal dia. Ketemu aja baru main Lamar aja."   "Iya aku tahu, Ven Pertemuan Kita memang enggak bagus Dan ini terlalu tiba-tiba. Tapi, maka dari Itu aku lebih memilih langsung melamar kamu dari pada lebih lama menjalin hubungan yang tidak jelas akan kemana arahnya."   "Abi kenapa diam aja? Kan Kita juga enggak tahu asal usul dia gimana."   "Iya, Veni. Tapi, sebelumnya dia sudah menemui Abi membicarakan semuanya. Dan awal kalian bertemu."   "Terus Abi setuju gitu?"    "Abi serahkan sama kamu."    "Umi...." Veni gantian meminta persetujuan Uminya.   "Umi juga terserah kamu, nak. Karena nantinya kamu yang akan menjalani hubungan ini. Kalau kamu tidak mau kamu bisa menolaknya." Veni melihat wajah mereka yang berharap Veni menerima. Tapi, Veni sama sekali tidak mengenal Mario bagaimana jika Mario ada maksud buruk menikahinya.   "Gimana, Ven kamu mau terima?" tanya Mario yang sudah mendapat lampu hijau kedua orang tua Veni. Tinggal dia meyakinkan Veni saja agar rencananya berjalan lebih cepat.    "Aku mau jalanin dulu."    "Veni bukanlah umur kamu juga sudah cukup untuk menikah?"   "Iya, Umi aku tahu hanya saja aku ingin melihat keseriusan, Mario. Pernikahan yang aku inginkan hanya sekali jadi aku tidak mau salah pilih dalam mencari pasangan." Umi dan Abinya mengangguk.      "Yaudah, kelar Kan? Aku mau istirahat."    "Veni kamu"    "Enggak papa kok, Abi. Lagian tadi siang Saya udah ke kantor Veni ngobrol-ngobrol jadi enggak papa kalau Veni mau istirahat besok biar Kita ngobrol lagi." Veni hanya memandang Mario malas tanpa membalas ucapan Mario Veni langsung saja berlalu ke kamarnya. ....    "Gila kali tu ya cowo bisa-bisanya dia enggak kenal gue tapi mau nikahin gue," ucap Veni kesal melempar tasnya ke kasur. Mungkin cewe lain akan kegirangan dilamar oleh Mario tapi tidak dengan Veni. Kenal saja tidak gimana mau suka. Lagian apa sih maksudnya laki-laki Itu mau nikahin dia juga. Kenal dari mana juga keluarganya.    Veni mengambil ponselnya banyak pertanyaan-pertanyaan dari rekannya yang menanyakan siapa Mario. Tapi, Veni malas membalasnya Itu tidak penting. Veni lalu meletakkan lagi ponselnya dan masuk ke kamar Mandi. Setidaknya Mandi bisa menjernihkan otaknya yang sedang penat. ....    "Nak, Mario maafkan anak Saya barusan ya. Wajar dia memang sedari dulu jarang berdekatan dengan seorang pria. Jadi, agak Kaku Dan keras kepala," ucap Umi meminta maaf atas sikap tidak sopannya Veni kepada Mario.     "Enggak papa, wajar kok,Umi. Nanti semoga saja Veni cepat luluh Dan mau menikah dengan saya. Doakan ya abi, umi."    "Kami selalu doakan yang terbaik untuk anak kami, Nak Mario."   "Tapi, boleh Saya bertanya kepada kamu?" tanya Abinya gantian.   "Iya kenapa, Bi?"    "Kamu menikahi anak Saya tidak ada maksud apapun bukan? Maksudnya Saya melihat kamu berasal dari keluarga berada, walaupun kami tidak terlalu kaya setidaknya apa pantas anak kami bersanding dengan kamu, Nak Mario?"   "Abi, Umi. Saya tidak pernah ada maksud apapun mendekati Veni. Seperti yang sudah saya jelaskan pertama kali Saya mengenal Veni membuat saya merasa berbeda. Kemudian saya mencari tahu tentang Veni sampai akhirnya Saya langsung menemui Abi Dan Umi untuk menjelaskan niat baik Saya."   "Maaf, Nak Mario kalau ucapan saya terkesan menuduh yang tidak-tidak kepada Mario."   "Enggak papa, Kok Abi wajar kalau Abi seperti Itu. Kan Abi yang merawat Veni sedari kecil jadi tidak mau Veni sampai salah orang."    "Iya, Mario benar. Veni memang anak kami satu-satunya jadi Saya hanya ingin anak Saya mendapatkan laki-laki yang tepat. Tapi, melihat keseriusan nak Mario Saya menjadi yakin bahwa kamu adalah pilihan yang terbaik. Semoga saja Veni mau menerima kamu ya, Mario."   "Aamiin, Abi. Doakan Saya ya."   "Pasti kami selalu doakan yang terbaik."   "Yaudah, Abi, Umi sudah mulai malam Saya pamit izin pulang ya. Besok Saya akan jemput Veni lagi untuk mengantarnya ke kerjaan."   "Memangnya, Nak Mario tidak sibuk? Veni sudah biasa membawa motor ke kantornya sendiri."   "Tapi, tadikan motornya ditinggal di kantor Abi."   "Ada motor yang lain kok."   "Tidak apa-apa, Umi. Lagian Saya juga searah kok kerjanya sama Veni jadi enggak papa biar sekalian."   "Beneran enggak ngerepotin kamu. Nanti kamu kesiangan jemput, Veni."   "Enggak kok, Abi beneran. Yaudah Saya pamit dulu ya sudah malam," ucap Mario bangkit lalu bersalaman kepada kedua orang tua Veni. Mereka mengantar Mario sampai ke depan.   "Mari Umi. Assalamualaikum...."    "Waalaikumsalam...." Setelah Itu Mario melajukan mobilnya meninggalkan pelataran rumah Veni. Besok dia akan kembali lagi menjemput Veni, dia akan meyakinkan Veni bahwa Mario memang serius ingin menikahinya walaupun memang untuk balas dendam saja untuk ke depannya entahlah lihat nanti saja. Kalau dia bosan ya buang kalau dirinya Masih ingin main-main ya dilanjutkan saja permainannya. Asalkan rencananya untuk membuat Bhiya panas lancar. Dan Bhiya akan memohon untuk kembali dengannya.   "Lihat saja, Bhiya...." .....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD