BAB 7 KARIN TERLUKA

1221 Words
‘Sepertinya aku mengenali suara siapakah ini,’ batin Karin. Ia pun langsung saja menolehkan kepalanya ke belakang dan benar saja, bos menyebalkan itulah pelakunya. Tentu saja, hal itu membuat Karin menjadi berang dan heran. Bagaimana bisa bonya itu dengan mudah masuk ke dalam kamarnya dan ia sama sekali tidaj mendengar suara langkah kakinya. “Kenapa bapak masuk ke dalam kamar saya? seingat saya, saya sudah mengunci pintunya! bapak ini masuk ke rumah orang seperti pencuri saja,” kata Karin, sambil melanjutkan kembali membersihkan pecahan gelas yang berserakan di lantai kamarnya. Secara tiba-tiba tangan Karin ditarik dengan kasar oleh Ryan “Biarkan saja! nanti tanganmu terluka. Sekarang ada hal yang lebih penting, yang perlu kamu ketahui.” Karin menyentak tangannya yang dipegang Ryan dan berkata, "Apa-apaan sih, Bapak ini! sakit tahu tangan saya, jadinya. Bagaimana tadi, seandainya saya sedang memegang pecehan gelas, bisa terluka tangan saya, atau Bapak memang sengaja ingin membuat saya menjadi terluka," kata Karin dengan kesal. Ryan melihat ke arah tangan Karin sekilas lalu berkata, "Buktinya kamu tidak terluka, bukan? Mengapa harus marah untuk sesutau hal yang tidak terjadi. Tanganmu tidak terluka dan kamu pun baik-baik saja, buktinya kamu masih bisa marah-marah dan hal itu membuktikan kalaulah kamu sehat." Karin hanya mendengus saja, mendengar apa yang dikatakan oleh Ryan barusan. "Bapak memang selalu tahu apa yang harus dikatakan untuk membuat kesal," gerutu Karin. Ryan mengabaikan kekesalan Karin, ia mengajak Karin ke luar dari dalam kamarnya menuju ke pintu depan rumah yang terbuka lebar. “Lihat! beginilah pintu kamarmu tadi saya lihat. Apakahm kau sama sekali tidak mendengar, kalau ada seseorang yang masuk ke dalam rumahmu? atau kau merasa ada sesuatu yang mencurigakan ketika hendak masuk ke dalam rumah?” Karin diam sejenak, mencoba untuk mengingat, “Saya ingat betul, setelah masuk ke dalam rumah, langsung mengunci pintunya. Memang, tadi saya sempat mendengar suara orang yang berlari dari dalam rumah dan gelas yang pecah di kamar saya tadi. karena ulah orang itu!” Ryan mendekati Karin dan menyentuh pundaknya, ditatapnya Karin dengan tatapan yang tajam, “Kamu beruntung, saya datang tepat waktu! bagaimana, kalau orang tadi bermaksud untuk memperkosa mu? saya tahu, kamu memang bisa ilmu bela diri, tetapi apakah kamu akan berhasil melawan pria yang tubuhnya jauh lebih besar dari kamu, seperti ini misalnya…” Secara mendadak, Ryan memeluk Karin pada pundaknya mencoba untuk menjatuhkannya. Namun, Karin dengan cepat menangkis tangan Ryan. Ia lalu mendorong pria itu dengan kasar. “Apa maksud Bapak berbuat seperti itu? jangan katakan, kalau Bapak itu sebenarnya suka dengan saya! jadinya Bapak mencari alasan untuk selalu bisa dekat saya. Bisa saja, orang yang tadi masuk ke dalam kamar saya itu sebenarnya orang suruhan Bapak, biar Bapak menjadi pahlawan. Namun, sayangnya saya tidak percaya sama sekali.” Ryan melotot marah, ia lalu menarik Karin ke dalam pelukannya, “Sayang sekali, itu semua tidak benar. Pastinya kau sudah mengharapkan, kalau aku akan menyatakan jatuh cinta pada pandangan pertama kepadamu, bukan? tetapi harapanmu tidak akan terwujud. Aku sama sekali tidak tertarik kepadamu! kau hanyalah sekretarisku dan itu saja yang menjadi kepedulianku, Aku tadi merasa ada yang salah, sehingga memutuskan untuk datang memeriksa ke rumahmu.” “Apa yang menjadi dugaanku ternyata benar adanya. Kau harus berterima kasih kepadaku, karena aku kau tidak menjadi korban kejahatan! Aku anggap ini sebagai hutang, yang akan kau bayar, yang akan ku tagih sewaktu-waktu!” bisik Ryan di telinga Karin. Sama seperti datangnya yang tidak diundang, Ryan pun pergi tanpa disuruh. Ia berlalu begitu saja, meninggalkan Karin yang hanya bisa menatap kepergiannya dengan diam. Sementara itu, pria yang baru saja berhasil lolos dari kejaran Ryan, bersembunyi di balik tembok besar dan diambilnya ponsel untuk menghubungi seseorang. “Helo bos! maafkan saya gagal menjalankan tugas, tadi tiba-tiba saja ada seseorang yang datang dan menggagalkan aksi saya. Namun, anda tidak perlu khawatir, saya akan mencari waktu yang tepat untuk melakukannya lagi.” Pria itu lalu menutup sambungan telepon, setelah memberikan laporan kepada bos nya. Ia pun menghilang di kegelapan malam. Di tempat lain, Begitu didengarnya suara mobil meninggalkan halaman rumahnya, Karin pun cepat-cepat ke luar kamarnya dan mengunci pintu rumah, kali ini ia memasang pengaman tambahan yang ada di rumah tersebut, agar lebih yakin lagi rumah dalam keadaan aman. Keesokkan harinya, ketika Karin ke luar dari rumahnya, dilihatnya Ryan sudah berdiri dengan santainya bersandar pada badan mobilnya. Begitu dilihat Karin berjalan mendekat, ia menegapkan badannya dan menatap lekat Karin dari balik kacamata hitamnya. Karin merasa kesal, karena tidak bisa mengetahui apa yang dilihat oleh Ryan, “Bapak sakit mata, ya? kenapa lagi Bapak datang ke sini? bukannya nanti kita akan bertemu di kantor! sebegitu kangennya Bapak dengan saya, sampai-sampai tidak sabar lagi melihat saya di kantor.” Ryan hanya mendengus saja, ia lalu melambaikan tangannya memerintahkan kepada Karin untuk duduk di jok belakang. Karin yang bingung pun hanya menuruti saja, apa yang dikatakan oleh Ryan. Mobil pun meluncur meninggalkan halaman rumah Karin, menuju arah yang berlawanan dengan kantor. Ryan melirik Karin yang terlihat bingung, tetapi ia tidak mau mengatakan apapun juga. Sementara Karin sendiri tidak mau melihat Ryan senang , ia pun diam saja. Tak lama kemudian, mobil berhenti di depan sebuah bangunan bertingkat. Ryan pun turun dari mobil, dengan diikuti oleh Karin. Mereka berdua masuk ke dalam gedung tersebut. Karin menatap tidak percaya pemandangan di depan matanya, bagaimana tidak? Ryan memperlihatkan kemesraan dengan berpelukan dengan seorang wanita cantik yang mengenakan pakaian seksi. Keduanya tidak merasa malu sama sekali untuk memperlihatkan kemesraan mereka. Wanita yang berada dalam pelukan Ryan berbisik di telinganya, sehingga Ryan pun berpaling dan melihat ke arah Karin. Begitu mata keduanya bertemu, Ryan menyunggingkan senyum sinis ke arah Karin. Ia lalu melepaskan pelukannya dan menggandeng tangan wanita itu berjalan mendekati Karin. “Aku tidak meminta kepadamu untuk turun dari mobil! meski begitu ada baiknya juga kau turun, agar kau tahu siapa kekasihku dan kau tidak menjadi besar kepala dengan berpikir, kalau aku akan jatuh cinta kepadamu!” Ryan melepaskan tangannya di pinggang kekasihnya, ia lalu melihat ke arah kekasihnya itu dengan mesra, “Sayang, wanita ini adalah sekretarisku dan ia begitu besar kepalanya mengira aku jatuh cinta kepadanya. Dia pikir aku akan mau, dengan wanita yang kasar dan tidak ada kesan lembut nya sama sekali!” sindir Ryan. Karin yang tidak tahan mendengar sindiran dari Ryan pun berbalik pergi, ke luar dari dalam gedung tersebut. Sesampainya ia di luar, Karin menuju pinggir jalan raya. Diambilnya ponsel dari dalam tasnya dan baru saja ia akan menekan kontak taksi online, tubuhnya didorong dengan kasar, sampai ia jatuh ke tanah dan ponselnya pun terlempar darinya. Pria dengan jaket kulit dan topi yang menutupi wajahnya, sehingga Karin tidak sempat melihat wajahnya, langsung kabur dengan membawa ponsel Karin. Sementara Karin, hanya bisa melihat saja, sambil memegang lututnya terluka. Ryan yang baru saja ke luar dari dalam gedung bersama dengan kekasihnya, melihat seorang wanita yang sedang duduk di pinggir jalan. “Apa itu Karin? mengapa ia duduk di tanah?” gerutu Ryan pelan. Ia pun berjalan mendekati Karin, “Sedang apa kamu duduk di situ? apa kamu mau mencari perhatian saya? mau kamu menangis ataupun marah-marah, saya tidak peduli!” Karin berdiri dari duduknya dan berjalan menjauh dari Ryan, dengan kaki yang berdenyut nyeri. Ia akan mencari taksi yang lewat saja, daripada mendengarkan bos nya yang terus saja merendahkan dirinya. Baru beberapa langkah Karin berjalan, tubuhnya dibopong masuk ke dalam mobil, hingga membuat ia menjerit kaget.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD