episode 7: Kilas bayang masalu

1103 Words
Tasbih cinta episode 7 Kilas bayang masalalu Iris biru memandang gadis cantik penuh kasih dan penyesalan, sungguh dirinya tidak ingin menceraikan sang gadis apa lagi dalam keadaan kehilangan ingatannya. Ia berharap kalau jawaban dari istrinya adalah tidak, hingga mereka bisa menata rumah tangga bersama. “Fir, kau harus memintak cerai darinya. Ini kesempatanmu untuk lepas darinya.” Andrian terus berusaha untuk meyakinkan gadis itu, sejak dulu ia sangat ingin melihat seorang Maulana gagal dala sesuatu yaitu membinah rumah tangganya. “Aku tidak akan memaksamu untuk tetap menjadi istriku, tapi kau harus tahu, seorang wanita tidak akan bisa masuk surga kalau dia memintak cerai dari suaminya tanpa suatu alasan yang benar. dalam hadits Rasulullah SAW berikut: “Siapa saja perempuan yang meminta (menuntut) cerai kepada suaminya tanpa alasan yang dibenarkan maka diharamkan bau surga atas perempuan tersebut.” (HR. Abu Dawud, Al-Tirmidzi, dan Ibnu Majah. Dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam Shahih Abi Dawud). Pikirlah dengan matang-matang, berikan juga alasanmu, kenapa kau ingin bercerai.” Maulana menepuk bahu istrinya pelan, setelah itu ia membalikkan tubuhnya dan melangkahkan kaki menjauh dari sang istri. Fira terdiam, dalam hati terdalam ada sebuah perasaan tidak nyaman ketika pria itu pergi meninggalkannya. Hatinya sakit ketika melihat sang suami terlihat terluka, sekarang dirinya tidak tahu harus bagaimana. Seingatnya pria itu selalu memperlakukannya dengan lembut, tidak pernah memaksa dirinya untuk melakukan apapun yang tidak disukainya, bahkan urusan menyentuhnya juga izin dulu. “Fir, apa lagi yang kau tunggu? Bukankah selama ini kau sangat ingin berpisah darinya? Kau sendiri yang bilang, kalau kau tidak pernah mencintainya.” Andrian terus berusaha meyakinkan gadis itu. “Aku tidak tahu, kak. Aku ingin sendiri, tolong jangan ganggu aku dulu,” balas Fira. Setelah itu meninggalkan kekasihnya tersebut, sejujurnya dia tidak pernah berpikir kalau suaminya itu jahat, ia juga tidak memiliki keinginan untuk berpisah. Tapi entah kenapa dirinya selalu merasa tidak ingin dekat. ** Allahu Akbar… Allahu Akbar…. Klereng kecoklatan mulai menampakkan sinarnya, mendadak kepalanya sakit. Suara adzan merdu pada waktu subuh membuatnya teringat akan sesuatu, dia seperti pernah mendengar suara adzan tersebut. Tapi di mana? Kapan semua itu terjadi? Fira mendudukkan dirinya di atas tempat tidur, ia mengalihkan perhatiannya pada tempat tidur sebelahnya. Tidak ada orang, biasanya di tempat itu ada seorang pria yang tersenyum lembut untuk membangunkannya sholat, baik sholat wajib atau sholat sunnah. Matanya tertunduk, hatinya masih gunda. Mungkinkah pria itu benar-benar kesal karenanya, masalah ini tidak bisa dibiarkan berlarut. Dia harus bicara baik-baik dengan suaminya . Gadis itu segera turun dari tempat tidur lalu berwudhu dan pergi ke masjid, langkah kakinya terhenti tepat di depan masjid, matanya memandang seorang pria berjubah putih bersorban serta mengenakan syal merah di lehernya. Kenapanya kembali pusing, sebuah bayangan samar bermunculan di pikirannya. “Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kepalaku pusing?” gumamnya. “Nyonya, apakah anda mulai mengingat sesuatu?” Fira menoleh ke samping, seorang gadis cantik memandangnya penasaran,”Aku tidak tahu, tapi aku seperti pernah mengalami ini sebelumnya.” Wanita itu tersenyum maklum, tentu saja istri majikannya tersebut pernah mengalami kejadian seperti ini. Bukankah ini dialami di subuh pertama setelah mereka menikah( baca suami terbaik antara episode 2 dan 3) . “Nyonya, suatu hari nanti, nyonya akan mengingat seluruhnya. Saya harap, meski nyonya belum bisa mengingat tuan, nyonya tetap bisa menjaga hati tuan dengan baik. Jangan sampai nyonya menyesal setelah memutuskan untuk berpisah dengan tuan.” Fira terdiam, entah kenapa hatinya juga mulai ragu untuk memintak pisah dari suaminya tersebut, kalau dibadingkan dengan Andrian, Maulana jauh lebih baik dalam segala hal. Hanya saja usianya memang lebih tua, selain itu tidak ada lagi cela dalam diri pria itu. “Saya masuk dulu, nyonya.” Wanita itu menunduk sejenak lalu melangkahkan kaki meninggalkan istri sang majikan, ia berharap gadis itu tidak akan pernah melakukan kesalahan. Setelah sholat subuh berjamaah, Fira memutuskan untuk menunggu suaminya di teras masjid. Lagi-lagi ia melihat sebuah bayangan samar dalam dirinya, seperti seorang pria menggendong seorang gadis, tapi siapa mereka berdua? Selalu saja bayangan itu membuat kepalanya pusing. “Siapa yang kau tunggu?” Gadis itu tersentak mendengar suara pria mengalun indah di telinganya, ia pun mendongakkan kepalanya. Terlihat sang suami berdiri di sampingnya, pria tidak memandangnya tetapi memandang lurus ke depan. Mungkin suaminya masih kesal karena sikapnya, mungkin apa yang dikatakan pelayan perempuan tadi memang ada benarnya, dirinya tidak boleh mengambil keputusan yang akan membuatnya menyesal. “Aku ingin bicara baik-baik dengamu.” Maulana mendudukkan dirinya di samping sang istrinya, ia masih belum ada niat untuk memandang gadis itu. Dalam hati, dirinya masih belum bisa mengerti, kenapa sang istri sangat ingin berpisah dengannya bahkan harus terang-terangan selingkuh di depannya. Pria itu hanya manusia normal, dia memiliki emosi dan rasa marah ketika melihat seorang istri yang sangat dikasihinya menjalin hubungan dengan pria lain. “Katakan.” Fira menyandarkan kepalanya di lengan suaminya, ia tahu suaminya sedang kesal terhadapnya. Pria itu biasanya akan bersikap lembut dan berbicara dengan halus, tapi sekarang terkesan dingin. “Aku mintak maaf, aku tahu. Aku telah melakukan kesalahan yang membuat paman sangat marah.” Maulana menoleh pada istrinya, bolehkah dirinya berhadap bahwa sang istri benar-benar menyesali kesalahannya? Ataukah hanya penyesalan sesaat? “Apakah kau sudah menentukan jawabanmu?” Gadis itu mengangguk,”Aku … aku tidak ingin berpisah denganmu. Tapi, tapi kau juga harus memenuhi kewajibanmu sebagai seorang suami.” Maulana mengernyit mendengar syarat yang diberikan istrinya, bukankah selama ini dirinya telah melakukan kewajibannya sebagai seorang suami? Kuwajiban apa lagi yang diinginkan gadis itu. “Aku yakin, selama kita menikah. Paman belum pernah menyentuhku.” Fira menutupi wajahnya dengan kedua tangannya untuk menupi wajahnya yang memerah karena malu. Uhuk… Uhuk… Maulana tersedak ludahnya sendiri mendengar ucapan istrinya, apakah gadis itu tidak sadar kalau setahun yang lalu, dia telah kehilangan bayinya akibat kecelakaan maut. Itu artinya ia bukan gadis lagi, kalau saja istrinya tidak selalu mengindar, mungkin saja akan ada bayi lagi dalam kandungan sang istri. “Kok malah batuk si?!” Fira merengut sebal. “Apakah kau tidak mau?!” Maulana tersenyum lembut, ia segera bangkit dari tempat duduknya membuat gadis itu terkejut dan heran. “Kita akan melakukan perbuatan suami istri yang mendatangkan pahala besar sekarang. Suamimu ini tidak akan menunda lagi.” Lagi-lagi Fira merasa kejadian ini seperti pernah terjadi sebelumnya, pahala besar suami istri. Ia terkejut ketika tubuhnya melayang dan ternyata sang suami menggendongnya seperti pengantin. Dirinya digendong seperti pengantin setelah sholat subuh, perasaan nyaman dan hangat ketika diperlakukan dengan sangat lembut. Ia yakin kalau kejadian ini juga pernah dialaminya. Gadis itu menyandarkan kepalanya di d**a suaminya,”Aku berharap, ingatanku akan segera kembali. Entah kenapa aku mulai merasa takut, kalau suatu hari nanti, kau akan meninggalkanku,” katanya dalam hati. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD