episode 5

1039 Words
Tasbih cinta episode 5 Sebuah iris kecoklatan tak pernah sedikit pun teralih dari seorang pria yang menautkan diri di depan cermin, jas putih serta benda mirip dengan jepitan kerudung wanita terletak di kerah jas bagian kiri, sungguh membuat siapa saja yang melihatnya tidak akan pernah berhenti untuk terpesona. Pemilik mata itu mengerutkan kening, penasaran sebenarnya mau kemana mengenakan penampilan mengesankan seperti itu. “Mau kemana kau?” tanyanya jutek. “Arsy hari ini tiba di bandara, jadi aku akan menjemputnya.” Maulana menjawab dengan lembut, iris birunya memperhatikan sang istri dari pantulan cermin, gadis itu terlihat sangat tidak suka mendengar jawabannya. “Dengan siapa?” tanya Fira lagi. “Sendiri.” Pria itu membalikkan tubuhnya lalu menghampiri sang istri yang masih duduk di tepi ranjang, kalau saja gadis itu tidak hilang ingatan, mungkin saja sekarang dia akan menerjang dirinya dan melarangnya pergi atau merengek mintak ikut dengan alasan tidak ada yang boleh mengambil dirinya dari istrinya tersebut. “Sepertinya kau sangat menyukai gadis itu?” sinis Fira menyembunyikan perasaan tidak nyamannya melihat pria rupawan itu akhirnya akan memiliki wanita lain dalam hidupnya. “Tentu saja aku sangat menyukai Arsy, dia gadis yang baik dan juga cantik,” balas Maulana, tentu saja dia menyukai adiknya sendiri, adakah seorang kakak yang tidak menyukai adik yang lahr dari rahim yang sama dengan dirinya. Fira merasakan panas dalam dadanya, rasanya ia ingin melarang pria itu untuk menemui wanita lain, hatinya sakit mendengar suaminya memuji wanita lain di depannya apa lagi sangat menyukai wanita tersebut, tapi apalah daya kalau antara hati dan ego tidak mau kompromi. “Apakah kau ingin ikut?” tanya Maulana melihat eskpresi kesal sangat terlihat di air muka gadis pujaan hatinya tersebut. “Baiklah kalau kau memaksa,” jawab Fira langsung bangit. Pria itu tersenyum melihat sikap gengsi gadis itu, kenapa tidak mau jujur saja kalau dari tadi ingin ikut lagi pula siapa yang memaksa? Bukankah dirinya hanya bertanya?.   Maulana meraih jemari tangan gadis itu lalu menggenggamnya, ia berharap istrinya tidak akan menolak genggaman tangannya, hatinya merasa lega karena sang istri ternyata membalas genggaman tangannya. Terlihat banyak orang berlalu lalang, ada yang sedang menjemput seseorang dri luar negeri ada pula yang baru mu pergi ke luar negeri, Fira terus  memeluk lengan suaminya, jantungnya berpacu dengan cepat takut kalau seorang gadis yang disukai sang suami itu lebih disukai dari pada dirinya. “Kak Ivan…” Ia segere mengalihkan perhatiannya keasal suara tersebut, terlihat seorang gadis perawakan tinggi, surai drag blue digerai berlari menghampiri mereka. Greb… Fira melotot horor melihat betapa agresifnya gadis itu, baru saja datang langsung main peluk suami orang, ia berharap suaminya tiidak membalas pelukan gadis itu tapi ternyata harapannya tidak terkabul, pria itu justru memberikan pelukan hangat serta mengecup keningnya dengan panuh kasih sayang, membuat cemburu saja. “Arsy, lama tidak berjumpa. Kau semakin cantik saja,” puji Maulana semakin membuat Fira dongkol. “Tentu saja, karena suamiku selalu memanjakanku,” balas Arsy dengan senyum manisnya. Fira salah paham dengan interaksi mereka, dipikirnya suami yang dimaksud Arsy adalah Maulana, padahal suami Arsy itu bernama Zein zulkarnain. “Suami? Apakah kalian sudah menikah?” tanyanya. “Tentu saja kak Fira, aku dan suamiku sudah menikah 3 tahun yang lalu. Kami saling mencaintai, iya’kan, kak Ivan?” balas Arsy justru membuat Fira semakin salah paham. Gadis itu tak mampu menguasai emosinya, ia langsung melepaskan pelukannya pada lengan suaminya lalu berbalik meninggalkan sepasang saudara yang dikira sepasang suami istri tersebut. “Kak Ivan, kenapa kak Fira pergi? Apakah aku mengatakan kalimat yang salah?” tanya Arsy bingung. “Tidak, kau tidak salah. Fira hanya salah paham saja, dia mengira kau adalah istriku,” jelas Maulana. Gadis itu mencoba untuk memahami, pantas saja ibunya bilang agar dia berpura-pura menjadi seorang istri untuk kakaknya sendiri, memang si itu lebih mudah dari pada menyuruh wanita lain untuk berpura-pura menjadi istrinya. “Arsy, oh ya Tuhan, kau meninggalkanku begitu saja.” Seorang pria 41 tahunan menghela napas melihat tingkah istri kecilnya tersebut, menginjak usia ke 20 tahun, sang istri semakin tidak bisa dimengerti saja. “Apa kabar, Zein?” sambut Maulana. “Baik, kak Ivan. Kakak sendiri bagaimana?” tanya Zein balik. “Alhamdulillah, aku baik-baik saja. Baiklah, karena kalian sudah bersama, aku sudah menyiapkan hotel untuk kalian menginap, aku harus pergi menyusul istriku. Aku mintak maaf atas ketidak nyamanannya, mobil untuk membawa kalian kehotel tersebut sudah aku persiapkan juga,” jawab Maulana. Zein tidak mengerti tentang kejadian sebelumnya, ia pun kebingungan tapi ketika dia hendak bertanya tangannya digenggam oleh istrinya memberi isyarat agar tidak banyak tanya, jadilah pria itu mengurungkan niatnya untuk bertanya. “Baiklah, kak Ivan. Bilang pada ibu, aku pasti akan memerankan peranku dengan sangat baik, hingga kak Fira bersedia menyadari perasaannya padamu,” balas Arsy. “Terimakasih.” Setelah itu Maulana segera membalikkan tubuhnya lalu melangkahkan kaki meninggalkan sepasang suami istri tersebut. “Sayang, peran apa yang kau maksud? Kenapa aku tidak tahu?” tanya Zein penasaran, ia baru bisa menanyakannya setelah kakak iparnya tidak terlihat lagi. “Suamiku, kau tidak akan melarangku untuk membuat kakak iparku mengingat tentang cinta mereka. Kak Fira kehilangan ingatannya, dia selalu membuat kak Ivan tertekan karena sikapnya yang selalu marah-marah bahkan pacaran dengan teman sekampusnya. Tapi, ibu bilang kalau sebenarnya kakak ipar itu hanya hilang ingatan bukan kehilangan perasaan, dan ternyata itu benar. Ketika aku memeluk kak Ivan dan kak Ivan menciumku, kak Fira terlihar marah tapi gengsi untuk bilang,” jelas Arsy. “Mencium bibirmu?” tanya Zein memastikan. Plak.… Sudah menjadi kebiasaan gadis itu selalu memukulnya, meski pukulannya tidak seberapa tapi tetap saja terasa,”Tentu saja tidak, Zein. Dia itu kakakku, pastinya tidak mungkin mencium bagian yang membuat hasrat ikut serta. Sudah, kau jangan cemburuan begitu, aku hanya milikmu, suamiku. Cepatlah, kita harus menyelesaikan misi dari ibu, aku ingin kak Fira segera mengingat kembali tentang cintanya pada kak Ivan, agar kita bisa segera kembali ke Jepang. Baru juga beberapa jam tidak bertemu, aku sudah sangat merindukan Kira, putra kita itu sangat menggemaskan,” jelas Arsy. “Kau benar, sayang. Aku juga sangat merindukan Kira, ya sudahlah. Sebaiknya kita segera pergi ke hotel, aku sudah ingin menidurimu.” Zein segera merangkul bahu istrinya lalu membawanya pergi, tidak perduli dengan omelan gadis itu kalau dirinya sudah mengatakan kalimat-kalimat intim. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD