SATU

1087 Words
Selena sedang berada di rumah Della sahabatnya. Della menatap prihatin ke arah Selena, Selena baru saja selesai bercerita tentang perselingkuhan Ares dan Flora. "Gue kurang apa ya Dell?" tanya Selena putus asa air mata itu masih ada. Della mengusap bahu sahabatnya lalu memeluknya. "Lo nggak ada kekurangan apapun Sel, yang kurang itu suami lo kurang bersyukur!" ujar Della berapi-api, "Dan Flora sumpah nggak nyangka gue bisa-bisanya—" "Apa karena gue belum bisa ngasih Ares anak?" tanya Selena yang dibalas decakan oleh Della. "Kita udah periksa kan Sel, lo subur banget nggak ada yang salah dengan diri lo. Jangan menyalahkan diri lo, di sini yang salah mereka Sel!" jelas Della sambil menenangkan sahabatnya itu. Selena hanya diam, yang bisa ia lakukan hanyalah menangis lagi. Masih terbayang di ingatan Selena bagaimana Ares suaminya itu menyetubuhi sahabatnya sekaligus manajer Ares, Ares meneriakkan nama Flora saat pelepasan. Ares memuja tubuh Flora, Ares menyetubuhi Flora berbagi ciuman dengan sahabat ya. Selena bertanya-tanya, sejak kapan mereka melakukannya? Dan sejak kapan Ares yang begitu mencintainya tega mengkhianatinya? Atau jangan-jangan selama ini Ares hanya berpura-pura mencintainya? "Gue mau cerai sama Ares, menurut lo gimana?" Della shock mendengar pertanyaan Selena. Tapi, menurutnya Ares juga sudah sangat keterlaluan. Della menghela napas pelan sungguh tidak pernah sekalipun di pikirannya pernikahan sahabatnya akan kandas padahal Selena dan Ares baru menjalani tahun ketiga pernikahan mereka. "Sebenarnya gue mau jawab jangan, tapi penghianatan Ares itu udah keterlaluan main ranjang sama Flora sahabat lo sendiri," ucap Della dengan nada prihatin. Selena tersenyum, Della sangat mengertinya. "Gue tinggal cari pengacara. Masalahnya gue bingung mau nyewa pengacara mana." Selena kebingungan. Della tersenyum ia mengingat salah satu kakak sepupunya adalah seorang pengacara. "Gue punya kenalan pengacara terkenal." Mata Selena berbinar. "Siapa?" Dan di sinilah Selena sekarang di hadapan laki-laki tampan yang tidak berhenti menatapnya sedari tadi. Selena merasa sangat risih tentu saja. Dan rasanya Selena ingin mencolok mata laki-laki di hadapannya. Lelaki yang bernama Liam ini menatapnya sambil memegang cangkir.  "Jadi ada apa gerangan nona menemui saya?" tanya Liam sambil menyeruput teh di cangkirnya. Selena diam ia bingung ingin memulai dari mana karena ini pertama kalinya ia mendatangi seorang pengacara. Liam melihat kegelisahan gadis di hadapannya tersenyum kecil. "Biar saya tebak pasti masalah warisan," ujar Liam sambil bersedekap membuat mata Selena membelalak. Ini yang kata Della pengacara terbaik? "Saya datang ke sini karena saya ingin menggugat cerai suami saya," ucap Selena dalam satu tarikan napas. Membuat senyum di bibir Liam pudar. Tebakan Liam kali ini meleset di hadapannya bukan lagi gadis melainkan wanita. Benar-benar Liam tidak menyangka mengingat penampilan wanita di hadapannya tidak heboh sangat sederhana dan wajahnya masih segar. Liam berdehem ia harus mempertahankan kharismanya. "Baik bisa ceritakan alasan anda menggugat suami anda?" Selena mengangguk, menarik napas pelan. Selena sudah berjanji hanya hari kemarin ia menangis, tidak hari ini, menangis di hadapan pria asing. Selena menceritakan semuanya tidak ada yang berusaha ia tutupi. Liam mendengarkan secara seksama sesekali mengangguk prihatin pada nasib sial yang menimpa kliennya. Bagaimanapun Liam tahu seberapa besar rasa kekecewaan seseorang jika dikhianati. Selena mendesah pelan menahan agar bulir matanya tidak jatuh. "Saya takut, takut dia mempersulit saya untuk menceraikannya," ujar Selena dengan tatapan kosong. Liam berdehem, "Saya akan berusaha semaksimal mungkin agar semuanya tidak menjadi sulit," ucap Liam membuat Selena merasa lega. "Suami saya adalah publik figur dia berselingkuh dengan manajernya yang merupakan sahabat saya. Dan dia tentu saja tidak mau karirnya hancur karena penceraian ini. Rumah tangga kami selalu terlihat harmonis di mata publik selama tiga tahun ini walaupun, kami berdua belum dikaruniai anak. Tidak ada gosip miring suami saya cinlok dengan lawan mainnya nyaris hampir tidak pernah." Selena bercerita dengan mata sendu. "Dia pintar sekali menyembunyikan dari saya perselingkuhan itu, dan entah sejak kapan ia memulainya. Saya terlalu bodoh mengira dia sangat-sangat mencintai saya." Tangis Selena pecah saat itu juga, padahal ia sudah berjanji pada diri sendiri untuk tidak menangis. Liam menatap prihatin ke arah Selena memberikan memberikan selembar tissue pada Selena. "Saya turut prihatin, tapi apa tidak dipikirkan sekali lagi? Barangkali hanya salah paham di antara kalian," saran Liam yang dibalas gelengan cepat oleh Selena. "Saya selalu akan memaklumi apapun kesalahannya kecuali kekerasan dan perselingkuhan. Dan saya jelas-jelas menyaksikan dia bercinta di atas ranjang pernikahan kami!" tegas Selena sambil menyeka air matanya. Liam mengangguk dan mengerti. Kalian pikir Liam senang dengan pekerjaannya ini? Mengurus kasus penceraian yang pernikahannya sudah berikrar di hadapan Tuhan. Menurut Liam siapapun suaminya wanita di hadapannya ini, lelaki itu sangat bodoh menyia-nyiakan wanita secantik ini. "Baik saya akan bantu kamu membuat surat gugatan cerai. Boleh saya minta nomor handphone kamu? Biar ketika ada apapun saya mudah menghubungi kamu." tanya Liam yang dibalas anggukan oleh Selena. Liam dan Selena saling bertukar nomor telepon. Setelahnya Liam dan Selena saling berjabat tangan. "Saya turut prihatin atas apa yang menimpa rumah tangga kamu saya tahu ini sangat berat, tapi kamu adalah wanita kuat," ucap Liam sambil menepuk pundak Selena. Selena mendesah lega saat punggung Liam sudah menghilang dari pandangannya. Sebenarnya Selena merasa berat melakukan semua ini. Tapi, penghianatan yang dilakukan Ares sudah sangat kelewatan. Tidak ada satupun wanita yang tidak merasa sakit hati saat diselingkuhi apalagi di depan mata. Mood Selena langsung buruk saat melihat ponselnya berbunyi dengan nama Ares sebagai pemanggil sejak ia memergoki Ares bercinta dengan Flora, Ares tidak berhenti menghubunginya. Pesan beruntun yang dikirimkan lelaki itu bahkan tidak pernah Selena balas, jangankan membalas membacanya saja Selena tidak pernah. Sedangkan Flora wanita itu bahkan tidak merasa bersalah. Padahal Selena dan Flora sama-sama perempuan. Harusnya Flora mengerti perasaannya. Selena sangat mempercayai Flora tidak pernah sedikitpun ia menaruh curiga pada Flora. Selena memutuskan bangkit tidak ada artinya ia meratapi semuanya. Hanya membuatnya sakit hati dan menambah pikirannya saja. Selena menuju kasir ingin membayar minumannya. Rupanya minumannya sudah dibayar oleh Liam. Benar-benar! Selena berjalan ke luar ingin ke parkiran dan langsung pulang ke apartemen yang baru dibelinya kemarin. Namun, saat akan memasuki mobil Ares pria itu bersandar di pintu mobilnya. Selena melangkah mundur ingin lari, tapi Ares menyadari kehadirannya. Ares mendekat mencekal tangan Selena yang berusaha melarikan diri. Penampilan Ares tampak acak-acakan. Apa mungkin Ares baru saja selesai bercinta dengan Flora? Membayangkannya membuat Selena muak dan merasa mual. "Lena kasih aku kesempatan untuk bicara sama kamu buat menjelaskan semuanya sama kamu." ujar Ares menangkup kedua pipi Selena dengan lembut. Ares menatapnya penuh permohonan. Selena menggeleng. "Pergi! Aku nggak mau dengar penjelasan apapun dari kamu! Semua sudah terlalu jelas kemarin!" teriak Selena air matanya kembali jatuh. Ares memeluk Selena istrinya yang tampak rapuh. •=•=•=•=•=• ? RawFayka ?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD