PART 7

1262 Words
LuXa (Lucas bertubuh Alexa) Alecas (Alexa bertubuh Lucas) Armin melihat ke arah jam di tangannya, dia mengerutkan keningnya nampak berfikir.  "Satu juta dolar untuk pekerjaanku selama satu bulan." "Sialan, jangan macam-macam denganku" Lucas langsung merangsek baju Armin dengan kuat, api kemarahannya semakin kuat.  Armin mengeryit, namun tidak menunjukan rasa takutnya sama sekali. "Joe, pria itu akan datang lagi padamu. Menghukummu." Cengkraman Lucas perlahan mengendur. Dia kembali di buat terkejut dengan kemampuan pria di hadapannya itu. Joe adalah pria tua yang mengutuknya, sangat mustahil jika pria asing di hadapannya sekarang tahu segalanya. "Apa yang akan terjadi?" Suara lucas merendah, dia menjadi sedikit lembut dan menyimpan taringnya. "Lex, bisakah kamu menunggu di atas?" Armin tersenyum ringan. Alexa menggeleng, dia juga ingin tahu. "Pergilah Alexa!" Bentak Lucas yang tidak mau bertele-tele. Armin meraih lengan Alexa. "Tunggu, kau tidak boleh berprilaku kasar pada wanita. Kedua, rendahkan suaramu, baru aku akan membantumu." Perintahnya dengan berani, Lucas menggeratkan giginya beberapa saat. Akhirnya Lucas mengedikan bahunya tanda meyerah, Lucas kembali duduk dengan santai dan mematuhi aturan Armin. Alexa tersenyum dengan angkuh dan menatap lembut Armin. "Kau memang pria sejati" pujinya dengan tekanan. Lucas tersenyum sinis, mendengar sindiran gadis itu. "Kau akan menjalani hukumannya tanpa jalan. Untuk saat ini" Armin mulai menjelaskan. Sekilas Armin kembali melihat jam di tangannya dengan seksama. "Dua hari kedepan dia akan menemuimu." Alis Lucas terangkat. Orang mati menemuinya?, bagaimana caranya?. "Baiklah, waktuku habis. Aku harus pergi bermain golf" Armin beranjak dari duduknya. Mengusir Alexa dan Lucas dengan sopan. "Kamu menyebalkan" Alexa mencebikan bibirnya. Gadis itu tertunduk murung, dia sudah frustasi dengan nasibnya dan Armin tidak menunjukan rasa kemanusiaan sedikit pun dengan masalahnya. "Aku akan membayarmu sekarang. Asistantku akan mengurus dokumen surat perjanjiannya. Satu juta dolar seperti yang kau mau." Alexa menganga, melihat Lucas dengan mudahnya memberikan satu juta dolar seperti mengeluarkan koin untuk membeli permen. Armin menyunggingkan senyuman puas, mereka berjabat tangan memulai kesepakatan setelah Lucas menelpon Shwan. "Tuan Lucas" Armin memanggilnya lagi ketika Lucas akan pergi. Sementara Alexa sudah memasuki mobil dan menunggu Lucas menyusul. "Kenapa?" Lucas memasukan tangannya ke saku jaketnya, dia berbalik bergerak dengan efisien. "Selain tidur, kau juga tidak boleh terangsang pada Alexa." Blush.. Pipi Lucas memerah. Dia berdehem, mengusap tengkuknya menutupi rasa malu, "Terimakasih." Ucapnya dengan cepat, dia melangkah lebar ke mobil dan segera masuk.   *** Semua karyawan membungkuk melihat kedatangan Lucas dan Alexa. Termasuk kehadiran Alexa yang menarik  banyak perhatian karyawan wanita, mereka langsung memberikan tatapan tidak suka padanya. Lucas adalah idola terbaik di perusahaan, pria itu tidak pernah membawa wanita sebelumnya, dan kehadiran Alexa membuat mereka iri setengah mati. "Kenapa aku harus ikut dengamu?. Aku tidak akan tidur, sungguh" Alexa mensejajarkan langkahnya dengan Lucas. Pria itu tidak bergeming sama sekali. "Disini membosankan Lucas, aku ingin pergi dan bersenang-senang. Setidaknya itu akan membuatku tetap terjaga." Alexa mengayun-ngayunkan lengan Lucas seperti anak kecil yang merajuk meminta belas kasihan. Lucas berhenti melangkah, tepat di depan ruangannya. Pria itu mulai terganggu dengan rengekan dan tatapan menggemaskan Alexa, namun mulut gadis itu sangat kasar dalam berkata-kata. "Kau bisa pergi belanja" ujar Lucas enteng. Alexa melompat kegirangan, tanpa malu dia mengulurkan tangannya "Mana kartu kreditmu?." Pintanya, tanpa memperdulikan ekspresi Jenifer sekretaris Lucas yang sejak tadi duduk dan memperhatikannya dengan kecut. Lucas mengacak-ngacak rambutnya setengah frustasi, "Temanmu baru saja merampokku sebanyak satu juta dolar. Sekarang kau ingin melakukannya juga?." Alexa langsung cemberut, dan bersedekap di bawah dadanya. "Kau pria pelit." "Pelit katamu?" Lucas menggeram kesal. Tanpa banyak bicara lagi Lucas mengeluarkan dompetnya dan memberikan salah satu kartunya.  Lucas tidak mau di anggap pelit, apalagi miskin hanya karena telah mengeluarkan satu juta dolar. Alexa tersenyum lebar untuk pertama kalinya. Untuk kali ini Lucas tidak membuatnya kesal, dia mengambilnya dengan cepat. "Jack akan mengantarmu." "Tidak perlu. Aku punya cukup banyak uang" jawab Alexa dengan nada sombong. "Kau lumayan tidak tahu malu" sindir Lucas dengan gumaman. Alexa mengangkat dagunya dengan berani, "Setidaknya aku tidak munafik. Aku pergi" Alexa berbalik dengan kibasan rambutnya, berlari dengan lompatan kecil dan bersenandung riang, dia memasuki lift, meninggalkan Lucas yang masih berdiri dengan senyuman gelinya.   ***   "Sayang apakah ini tidak berlebihan?" Dev menggaruk tengkuknya, dia tersenyum heran. Melihat Alexa yang baru saja membeli sebuah mobil Marcedes. "Biarkan saja. Aku tidak peduli" Alexa tersenyum licik, dia memeluk lengan kekasihnya dengan erat. Menghabiskan banyak uang Lucas membuatnya merasa bahagia, meski Alexa memiliki cukup banyak uang untuk dirinya sendiri, tapi dia tidak mau mengeluarkannya. "Kau bisa memakai uangku Lex. Jangan meminta pada pria itu" Devon berbisik, menyentuh pipi Alexa dan mengusapnya lembut. "Apakah Dev marah?" Senyuman Alexa memudar, dia merasa bersalah melihat kesedihan di mata kekasihnya. "Jika menghabiskan uangnya membuatmu bahagia. Aku juga tidak keberatan jika uangku di habis Lex." Alexa mendekat dengan hati-hati, memeluk Devon dengan erat dan menghujaninya kecupan di seluruh wajahnya. "Aku tidak akan melakukannya lagi, Dev jangan marah." "Aku tidak bisa marah padamu Lex" Devon mendengus geli, menguburkan wajahnya di rambut Alexa. Bagaimana bisa Devon memarahi Alexa yang sangat di cintainya, sampai kapanpun dia tidak bisa.   ***   "Apakah ada hal yang perlu di tambahkan?" Jenifer membungkuk, membuka dokumen perjanjian antara Lucas dan Armin. Lucas memberi stempel lalu menandatanganinya setelah dia membacanya dengan cermat. "Tidak ada." "Apa ada yang Anda perlukan lagi Pak?" Suara Jenifer berubah menjadi desahan, Lucas kembali menjawab tidak dengan nada dingin seperti biasa. Lucas Mengacuhkan penampilan Jenifer yang seksi dengan rambut di sanggul memamerkan lehernya yang jenjang, kemeja dengan dua kancing yang terbuka, memamerkan payudaranya yang menyembul. Kaki jenjangnya memakai heels tajam dan rok span yang membelah sepanjang pinggiran pahanya. Jenifer tersenyum memaksakan, kembali menelan kekecewaannya saat keluar. Lucas tidak tertarik padanya meski Jenifer sudah memberikan banyak sinyal kepadanya. Lucas beranjak dari duduknya, memegang secangkir kopi dan berdiri di depan kaca. Dengan begitu, dia bisa melihat ke beberapa penjuru kota dengan leluasa, alisnya mengerut melihat ke bawah gedung kekuasaannya. Alexa keluar dari mobil barunya. Lucas tersenyum tanpa alasan, setelah mengetahui apa yang telah di beli Alexa. Entah kenapa sifat nakal gadis itu sangat membuat Lucas terhibur, dan terkadang membuatnya frustasi juga. Beberapa menit kemudia Alexa muncul di hadapannya dengan wajah murung. "Ini" Alexa meletakan kunci mobil dan kartu di atas meja, dia tertunduk. "Jika kau tidak suka, aku akan membayarnya atau mengembalikanya lagi ke dealer." Alexa tidak tahan, mengingat Dev terlihat sedih ketika dia membeli sesuatu dengan uang Lucas, meski hanya untuk mengerjai Lucas. Alexa tidak akan melakukannya lagi. Mendengar penuturan Alexa membuat Lucas sedikit kesal. Dia mendekat dan merapatkan jarak di antara mereka, di raihnya bawah dagu Alexa dan mengangkatnya untuk melihat kedalaman matanya. "Kenapa Alexa?. Melukai harga dirimu lagi?." "Itu bukan uangku. Ya, tentu saja melukai harga diriku juga. Aku tidak mau kau se_" Suara Alexa menghilang, bibirnya sudah berada di bibir Lucas, tubuhnya di tarik untuk semakin rapat dalam kurungannya. Karena terlalu sering berciuman dengan Lucas, membuat Alexa sempat membalasnya. Alexa Lupa jika sekarang tubuh mereka tidak tertukar. Lucas mengerang, semakin b*******h,  tangan Lucas bergerak ke dalam gaunnya Alexa, menyentuh bokongnya dan meremasnya. Beberapa saat kemudian kesadaran Alexa terkumpul, dia langsung mendorong dan lepas dalam kurunga  Lucas. "Jaga sikapmu!" Alexa membentak dengan bibirnya yang membengkak,  dia menurunkan gaunnya lagi dan menjauh. "Aku tidak suka kau bersikap seenaknya!, aku bukan wanita murahan." Alexa mendelikan matanya, dia menjatuhkan dirinya ke sofa. "Jangan memerintahku." "b******k" umpat Alexa menahan kekesalannya. Dia melepas dan melempar sepatunya sembarangan, lalu membaringkan tubuhnya di sofa. Lebih baik Alexa membaca majalah, dari pada harus berdebat dengan Lucas. "Bangun Alexa" perintah Lucas yang tahu-tahu sudah ada di depannya.  Alexa memutar bola matanya menandakan kejengkelan dan pembangkangan, gadis itu menutup majalah yang baru di bacanya. "Bangun Alexa" perintah Lucas sekali lagi. "Kau ini kenapa sih?. Aku tidak mengganggumu, aku juga tidak tidur." Lucas memijat batang hidungnya menahan frustasi, dia sudah mencium Alexa untuk meredakan ketegangan hormonnya. Sekarang Alexa berbaring di depan meja kerjanya, dengan rok pendek yang menggoda penglihatannya, Lucas tidak mau terangsang untuk yang ke tiga kalinya di pagi ini. "Terserah kau" Lucas harus merelakan diri melepas jasnya dan menutupi Kaki Alexa. Dengan begitu dia bisa bekerja dengan tenang. "Kau baik juga ternyata" Alexa mendengus geli, melihat  jas Lucas menutupi kakinya.   ***  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD