7. Zhidian dan Adiknya

2147 Words
“Memangnya Kakak Zhi kenapa?” “Dasar sister complex!” sela Ailee yang tiba-tiba muncul di jendela kamar Zhi. “Bisakah kau masuk dengan cara yang lebih normal?” tanya Zhi, agak kesal karena diejek. “Itu sudah sangat normal.” Ailee tiba-tiba meletakkan tangannya di dahi Zhi. Zhi menepis pelan tangan Ailee. Dia tidak terlalu suka bersentuhan dengan orang lain, tapi tidak ingin secara kasar menyakiti gadis itu. “Apa yang kau lakukan?” “Hanya mengukur suhumu. Kau demam tinggi beberapa hari ini.” Ailee tidak tersinggung sama sekali dengan tindakan Zhi menolaknya, malah dia tersenyum kecil karena keadaan pemuda itu akhirnya membaik. “Apa akhirnya Paman setuju kita mendaftar ke Hassel Academy, Ailee?” tanya Elfa tiba-tiba. “Hassel Academy?” tanya ZHi. Ailee megangguk. “Ayah setuju, tapi dia memberi syarat, kalau suatu hari kita direkrut, aku tidak boleh memilih kelompok Dawn Warrior.” “Kenapa?” “Ayah ingin aku mengikuti jejak ibu dengan bergabung di Dusk Healer.” Ailee menghela napas sembari merebahkan badan di kasur Zhi dengan santai. “Padahal aku ingin di Dawn Warrior agar bisa bersama Tuan Carl. Kekuatan anginku lebih cocok digunakan untuk menyerang monster atau melindung rakyat, kenapa malah dipakai untuk bagian penyembuh?” Zhi tersenyum samar. “Karena ayahmu tahu kau akan berkelana ke banyak tempat seperti Tuan Carl ketika kau menjadi anggota Dawn Warrior.” “Apa yang salah dari berkelana? Aku ingin melihat dunia yang luas. Aku ingin melihat Ertarizka dan Faeland. Kalau ada kesempatan, aku juga ingin ke Dark Weald.” Dua pendengar seketika terdiam dan melihat satu arah di ambang pintu. “Anak nakal ini!” teriak Frans, kakak kedua Ailee. “Aku akan mengatakan kepada ayah! Kau memang harus dikurung lebih lama lagi!” Ailee segera berlari keluar jendela kamar, menghindari serangan air Frans. Elfa tertawa melihat pertarungan dua saudara di halaman samping rumah. “Kalau saja masih ada Kak Ferdy, Kak Frans pasti sudah lama dikalahkan. Kak Ferdy sangat menyayangi Ailee,” komentar Elfa, tapi dia kemudian seketika menutup mulut. Berlainan dengan pembicaraan Elfa, Zhi justru bertanya, “Bagaimana denganmu?” “Elfa? Kenapa dengan Elfa, Kak?” “Kau ingin bergabung dengan kelompok mana suatu hari nanti?” “Ayah ada di Dawn Warrior, dan Mama ada di Dusk Healer. Apa sebaiknya Elfa di Great Hammer saja?” Zhi mengacak rambut di pucuk kepala Elfa. “Memegang palu saja kau tidak bisa, bagaimana akan bergabung dengan kelompok pengrajin?” Elfa tersenyum lebar, kemudian memegang tangan Zhi. “Baiklah, Elfa akan pergi ke kelompok mana pun selama ada Kakak Zhi di sana.” Tanpa disadari keduanya, Ailee memerhatikan interaksi pasangan yang mengaku kakak-beradik itu dengan ekspresi dongkol. *** Keesokannya… “Kak Zhi, ayah memanggilmu.” Zhi yang sedang merapikan tempat tidur itu menoleh sebentar, kemudian mengangguk. Dia segera berjalan keluar kamar, menuju ruang kerja Carl di sisi lain lorong rumah. “Setelah bicara dengan ayah, datanglah ke halaman belakang, ya, Kak?” “Hemm… baiklah.” Zhi belum memasuki ruang kerja Carl ketika dia mendengar kegaduhan dari dalam. Itu suara pertengkaran kedua orangtua Elfa. Terdengar pula suara Elgar dan Elisabeth (istri Elgar). Ketika Zhi mengetuk pintu dan masuk, dia langsung mendapat serangan bola api dari Carl. Untung saja Anne segera mengeluarkan pengendali airnya dan memadamkannya sebelum api menyentuh Zhi. Anne kemudian berdiri di depan Zhi. “Jangan impulsif, Carl! Kita belum memiliki bukti yang kuat!” teriak Anne. “Bukti itu mungkin muncul setelah putri kita menjadi korban!” “Zhi selalu menjaga Elfa. Kenapa kau berpikir dia akan menyakitinya?” “Karena dia anak iblis!” “Carl!” teriak Anne, Elgar dan Elisabeth bersamaan. “Cobalah mengerti. Aku sangat mengkhawatirkan Elfa. Aku jarang di rumah karena sering keluar Distrik untuk melakukan ekspedisi. Sementara anak ini selalu di dekat Elfa.” Anne menatap tajam Carl. “Jangan sampai aku marah, Carl.” “Kau lebih membela anak ini daripada keselamatan putri kita?” Elgar menepuk bahu Carl. “Itu hanya spekulasi, Carl. Nyatanya, Zhi berhasil menyelamatkan Elfa.” “Tapi dia…” Sebelum mereka lebih berdebat, Zhi menyela, “Kenapa Tuan memanggilku?” Semua mata kini menatap Zhi yang masih berekspresi datar, seolah yang hampir dibunuh oleh Carl dan yang dikatai iblis tadi bukan dirinya. “Kalau tidak ada yang penting, aku akan pergi. Elfa menungguku di belakang,” ujar Zhi, yang sekali lagi membuat tercengang empat orang dewasa dalam ruangan. Keempatnya sudah tahu sejak awal kalau Zhi memang agak berbeda, tapi sekarang mereka melihat jelas itu tidak hanya ‘agak’ melainkan ‘sangat’. Sikap anak itu lebih dewasa dan tenang daripada mereka yang orang dewasa. Elgar berdeham pelan, kemudian menepuk kursi di sebelahnya. “Kemarilah.” Zhi, yang mengabaikan tatapan tajam Carl, duduk di tempat yang ditunjuk Elgar. Dia menatap ayah Ailee itu, menunggu pertanyaan yang akan terlontar. “Bagaimana kesehatanmu?” tanya Elisabeth sembari memeriksa tubuh Zhi dengan kekuatan airnya. Zhi melirik Elisabeth yang bertukar pandang dengan Carl. Dia pura-pura tidak tahu pertukaran pandang keduanya yang seperti membuat pemahaman diam-diam. Dia kemudian menjawab, “Sudah lebih baik.” “Apa kau mendapat mimpi aneh?” “Tidak.” “Apa kau tiba-tiba tidak bisa mengeluarkan kekuatanmu?” Zhi segera berdiri, dan mengeluarkan kekuatan esnya keluar jendela. Dia terkejut karena kemampuan pembekuannya berkurang drastis. Barusan dia ingin membuat gunung es, tapi yang muncul hanya kristal berukuran kecil mirip salju yang jumahnya pun bisa dihitung jari. Meskipun terkejut, dia menyembunyikan itu dengan sangat baik. Elgar tersenyum. “Kau masih mampu menggunakan kekuatanmu. Itu bagus. Ailee juga mengatakan kau sudah meningkatkan elemen air-mu sampai mampu menciptakan kristal es.” Berlainan dengan komentar positif Elgar, Zhi malah bertanya, “Kalau aku kehilangan kemampuanku, apakah artinya aku iblis?” “Tidak!” Anne langsung menjawab. Dia pindah duduk di sebelah Zhi dan menepuk punggung tangan anak itu. “Kau bukan iblis. Jangan berkata seperti itu.” Menolak kepedulian Anne, Zhi masih menuntut jawaban dari Elgar. Kali ini Carl yang bicara. “Ya. Kalau kau tidak bisa mengeluarkan kekuatanmu, artinya kau iblis.” Sekalipun mendapat tatapan protes dari Anne, Carl tetap menjelaskan kepada Zhi. “Tim Penyegel bertugas mengeluarkan iblis dari tubuh manusia dan menguncinya ke dalam wadah khusus untuk kemudian memusnahkannya atau mengirimnya ke pusat penelitian. Tapi kudengar, tidak ada iblis yang keluar dari tubuhmu. Itu bisa berarti dua hal; entah iblis itu telah pergi dengan cepat tanpa diketahui, atau kau sendiri iblis itu.” Elgar menyambung, “Jika itu yang pertama, berarti kau termasuk anak yang sangat kuat karena mampu menjadi wadah bagi iblis berperingkat tinggi.” Elisabeth juga menyambung cerita. “Tapi jika itu yang kedua, kau akan kehilangan semua kekuatanmu karena mantra tim penyegel.” Elgar mengernyit. “Sekalipun itu yang pertama, harusnya kau tetap akan mati setelah menjadi wadah bagi sang iblis. Para iblis menyerap mana pemilik tubuh ketika memasuki raga mereka.” Anne membela, “Beberapa yang kuat, bisa bertahan, Carl.” “Tapi dari semua kasus yang pernah terjadi, sekuat apapun orang itu, dia akan mati dalam hitungan jam setelah iblis keluar dari raga mereka.” Hening… Semua orang kini menatap Zhi. Zhi menyeringai kecil. “Apa aku harusnya mati?” “Omong kosong!” bantah Anne. “Jangan dengarkan ayahmu. Dia…” “Dia bukan ayahku, Nyonya. Mungkin Tuan Carl benar. Aku anak iblis.” Carl berdiri. “Ayo kita ke pusat penelitian untuk memeriksakan dirimu.” “Apa kau gila? Mereka akan membedah tubuhnya dan menyakitinya,” balas Anne. “Kalau dia masih hidup setelah dimasuki raga sang iblis, kenapa tidak bisa bertahan dari sedikit pembedahan di pusat penelitian?” “Kalau aku bisa bertahan, dan terbukti bukan iblis, apa yang akan kau lakukan, Tuan Carl?” tanya Zhi. “Apa yang kau mau?” “Membawa Elfa pergi ke mana pun aku mau.” “Bocah s****n ini!” Carl yang emosi sudah mengeluarkan bola apinya. “Sudah cukup!” teriak Elisabeth sembari membuat dinding pelindung dari es, yang memisahkan Zhi dan Carl. “Tim Penyegel sudah memastikan tidak ada jejak mana negatif dalam diri Zhi. Artinya dia bukan iblis. Untuk saat ini, kita anggap Zhi sangat kuat sehingga mampu bertahan setelah raganya dimasuki sang iblis.” Elgar mengangguk setuju. “Aku percaya kinerja Tim Penyegel. Kita tidak perlu ke pusat penelitian dan membuat semuanya runyam. Kalau kerajaan sampai tahu, Zhi mungkin akan langsung dieksekusi, tidak peduli apa hasilnya.” Elisabeth menambahkan, “Kalian juga harus pikirkan bagaimana perasaan Elfa. Dia sangat menyukai Zhi dan sangat bergantung kepadanya.” Elgar menepuk bahu Carl. “Bahkan mungkin, Elfa lebih memilih saudara lelaki yang selalu di sisinya daripada ayah yang sering melakukan ekspedisi di luar Distrik.” Carl mengusap wajahnya, kembali duduk setelah menghela napas. Dalam keadaan marah dan khawatir, dia lupa bagaimana eratnya hubungan Elfa dan Zhi. Zhi menyeringai kecil melihat Carl yang sudah menyerah. “Bisa aku pergi sekarang?” Keempat orang dewasa itu sekali lagi menatap Zhi dengan tatapan rumit. Elgar yang bereaksi pertama kali. “Pergilah.” Anne mengusap pucuk kepala Zhi sembari tersenyum. “Terima kasih telah menyelamatkan Elfa.” “Tidak perlu berterima kasih, Nyonya,” kata Zhi sembari menepis tangan Anne dari kepalanya. “Sudah tugasku untuk melindungi adikku.” Zhi pun meninggalkan ruangan dan empat orang dewasa yang menghela napas bersamaan. “Dia menganggap Elfa sebagai adiknya, tapi tidak pernah menganggap kami sebagai orangtuanya,” komentar Anne dengan ekspresi sedih. Elgar bertanya kepada Carl, “Apa belum ada kejelasan tentang orangtua Zhidian?” “Belum. Tidak ada di kerajaan ini yang kehilangan anaknya,” jawab Carl. “Bagaimana kalau dia sebenarnya dari Ertarizka?” “Aku sudah menyebarkan tentangnya pula ke kerajaan itu, tapi masih belum ada hasil.” Carl mengernyit. “Bagaimana kalau dia benar-benar anak iblis?” “Carl!” serentak tiga pendengar. “Aku hanya mengkhawatirkan putriku. Apa yang salah?” *** “Kakak Zhi!” teriak Elfa ketika melihat Zhi akhirnya muncul di halaman belakang. “Selamat ulang tahun!” Zhi tersenyum kecil karena kue yang disodorkan Elfa. “Terima kasih.” “Tiup lilin, dan ucapkan keinginan Kakak.” “Aku harap bisa selalu melindungi adikku.” Elfa cemberut. “Tidak, tidak. Keinginan itu harus tentang Kakak. Misalnya minta kekuatan atau mintalah seorang pacar, Kak.” “Kau ini!” Zhi tertawa pelan lalu mengacak rambut di pucuk kepala Elfa. “Kakaaaak! Elfa serius. Ayo, minta pacar saja, Kak.” Zhi menatap belakang Elfa, tampak Ailee yang berlari tergesa menuju tempat mereka. “Itu tidak perlu,” katanya, lalu tersenyum kecil. Zhi kemudian meniup lilinnya. “Kenapa tidak perlu, Kak?” tanya Elfa. Ailee akhirnya tiba di depan mereka dengan napasnya yang sedikit terengah-engah. “Bisa terbang, tapi memilih berlari,” komentar Zhi. Ailee menepuk jidatnya. “Aku lupa.” Zhi tersenyum samar. “Apa yang membuatmu sampai lupa?” Ailee berdiri tegak, merogoh sesuatu di balik baju, kemudian menyodorkan bungkusan agak besar ke hadapan Zhi. Karena malu ditatap intens oleh pemuda di depannya, dia menolehkan wajah ke samping. “Hadiah ulang tahun,” kata Ailee. “Jangan besar kepala. Aku hanya kebetulan melihatnya di toko, dan membelinya. Itu juga murah. Juga, jangan salah paham. Aku memberikannya karena kau teman berlatihku.” Zhi menahan tawa, mengambil bungkusan hadiah, kemudian membukanya. “Ke-kenapa harus dibuka sekarang?” tanya Ailee dengan gugup. “Terserah aku. Ini, kan, hadiahku.” “Nanti saja dibukanya,” kata Ailee yang coba meraih kembali hadiahnya, tapi Zhi sudah mengangkatnya lebih tinggi agar jauh dari jangkauan Ailee. “Kau tidak tahu malu. Sudah memberikannya kepadaku, tapi ingin mengambilnya lagi.” “Bukan begitu!” “Lalu apa?” “Argh! Zhidian menyebalkan!” Ailee yang wajahnya memerah itu memilih kabur. Elfa mengernyit. “Terkadang, Ailee itu aneh sekali. Elfa benar-benar tidak mengerti jalan pikirannya.” Zhi mengangguk setuju, lalu membuka hadiah yang ternyata berisi syal rajutan warna hitam, dengan inisial huruf Z. Rajutan terlihat kurang rapi dan huruf Z nya hampir menjadi N jika sedikit diputar. Zhi tertawa, lalu bergumam, “Toko rajut mana yang menjual produk amatir seperti ini?” Elfa melihat Zhi mengenakan syal hitam itu. Dia kemudian mengacungkan dua jempol. “Kakak jadi terlihat sangat tampan.” Zhi mengusap rambutnya ke atas, tampak arogan. “Tentu saja.” Elfa tertawa lebar, kemudian memberikan pula hadiahnya untuk Zhi. “Kau juga?” Elfa mengangguk. “Elfa membuatnya dengan bantuan Paman di toko pengrajin.” Zhi melihat kalung berbandul rubi persegi panjang, kemudian mengusapnya pelan. Elfa mengambil kalung, lalu memakaikannya ke leher Zhi. “Kalung rubi ini berisi api Elfa, jadi akan selalu menghangatkan Kakak Zhi ketika Kakak menggunakan kekuatan es.” Zhi menyentuh kalung rubi dengan tatapan sedikit nostalgia. Di kehidupan sebelumnya, dia juga mendapat kalung yang sama seperti itu dari adiknya. Bedanya, kalung kali ini berisi kekuatan, sementara yang sebelumnya hanya bernilai materi. Zhi tiba-tiba memeluk Elfa, menghidu dalam-dalam aroma mawar dari parfum yang dikenakan sang adik. “Terima kasih.” Elfa tersenyum, lantas menepuk-nepuk punggung Zhi. “Sama-sama, Kakak Zhi.” ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD