5. Zhidian Menyelamatkan Elfa

1617 Words
“Mereka sudah saling berhadapan, Zhi,” bisik Ailee. “Bagaimana sekarang?” Zhi mengabaikan kekhawatiran Ailee. Dia fokus menyalurkan mana ke mata, untuk melihat lebih jelas lokasi berkabut di depan sana. Memang telah terjadi pertukaran sandera antara tiga anggota pemberontak dengan Elfa. Dua di antara para pemberontak, memiliki ekspresi datar seolah tidak peduli jika mati saat itu juga, sementara seorang lagi tampak ketakutan. Zhi kemudian menatap Elfa. Wajah cantik gadis kecil usia dua belas tahun itu, kini tercoreng garis sayatan di sepanjang pipi kanannya. Bahkan terdapat bekas tusukan cukup dalam di bagian bahunya. Ada jejak air mata di pipi putih Elfa, yang membuat orang merasa iba ketika melihat. Netra biru safirnya pun menyisakan buliran bening. Zhi mengepalkan tangan, sangat ingin mematahkan tangan orang yang berani menyakiti adiknya. Ketika pertukaran sedang berlangsung, empat sandera berjalan ke wilayah sekutu masing-masing, tiba-tiba ketua kelompok penculik menyerang tiga anggota pemberontak yang menjadi target pertukaran. Dua nggota pemberontak tewas seketika, sementara satu yang ketakutan berhasil diselamatkan oleh anak buah Elgar. Elgar refleks mencoba meraih Elfa. Sayangnya dia kalah cepat dengan ketua penculik. Zhi hampir keluar tempat persembunyian karena Elfa dicekik, tapi logikanya masih bekerja dengan baik dan menghentikan dirinya tepat waktu. “Bunuh dia!” titah ketua kelompok penculik sembari menuding satu anggota kelompok pemberontak yang masih hidup. “Atau kubunuh anak ini.” Anak buah Elgar (yang menahan anggota kelompok pemberontak), menatap Elgar, menunggu perintah atasannya. “Baiklah kalau kau tidak mau.” Ketua penculik tertawa. “Aku tahu kau tidak sebodoh itu untuk melakukan pertukaran dan melepaskan kami. Aku juga tidak mengecewakanmu, Tuan Elgar.” Elgar mengernyit samar. “Semua pasukan yang kau minta berjaga di setiap sudut hutan ini, akan mati dalam hitungan menit karena racun.” Ketua penculik kembali tertawa pelan. “Ya. Racun itu bercampur dalam kabut. Jangan khawatir, wilayah ini tidak beracun. Tapi…” “Arghh…” Elfa mengerang sakit karena lehernya semakin dicekik oleh ketua penculik. “Tapi aku bisa meminta anak buahku untuk meracuni wilayah ini juga, jika kau menolak permintaanku.” “Apa permintaanmu?” tanya Elgar. “Stempel perdagangan.” Dada Zhi rasanya panas oleh amarah saat melihat wajah memerah Elfa yag dicekik. Dia berpikir dengan cepat, mencari celah untuk membebaskan Elfa. Ada lima orang di pihak penculik, dan lima orang di pihak Elgar. Kekuatan pihak penculik dan Elgar mungkin seimbang, tapi saat salah satu mulai menyerang, nyawa Elfa akan dalam bahaya. Dari cara Elgar menyelamatkan anggota pemberontak, tampaknya dia masih membutuhkan pria itu untuk mengetahui informasi penting. Tapi ketika dihadapkan pada nyawa Elfa, Elgar pun mungkin akan membunuh anggota pemberontak itu sesuai keinginan ketua penculik. Masalahnya, apakah ketua penculik akan membebaskan Elfa setelah keinginannya tercapai? Bahkan sekarang ketua penculik menginginkan hal lain dalam pertukaran ini. Zhi memikirkan perkataan ketua penculik tentang racun dalam kabut. Dia bingung, kenapa penculik itu malah memberitahu kartunya kepada musuh? Kalaupun dia begitu putus asa menginginkan stempel perdagangan, memangnya Elgar akan membawa-bawa stempel itu ke mana-mana? Kalau begitu, mungkinkah ketua penculik sedang mengulur waktu untuk menanti kedatangan seseorang yang akan membantunya? Mungkinkah anak buah yang dia maksud sebenarnya tidak bisa mengendalikan seluruh kabut? Atau munginkah, dia hanya menggertak ketika mengatakan ada racun dalam kabut? Apapun itu, dia punya satu pemikiran yang sama dengan para penculik; mengulur waktu. Ini kesempatan bagus untuk Zhi bergerak. Zhi melihat dengan cepat lokasi sekitar. Satu-satunya jalan keluar yang aman hanya di belakangnya. Bagaimanapun caranya, dia harus membawa Elfa ke sini. Masalahnya, ketika dia muncul di tengah titik pertukaran, para penculik pasti langsung mengetahui keberadaannya dan pertarungan pun tak terelakkan. Sebelum dia mampu meraih Elfa, mungkin mereka sudah lebih dulu membunuhnya. Zhi harus membuat musuh lengah dari menyadari keberadaannya, dan di saat bersamaan, dia harus secepatnya membuat jalur pelarian dari tempat Elfa ke tempatnya berdiri saat ini. Di situlah masalah keduanya. Jalur itu mustahil aman karena di antara tempatnya dan Elfa, ada tiga anak buah si penculik. Anggaplah dia berhasil mencapai tempat Elfa, tapi dia akan terkepung setelah berada di sana. Elgar malah mendapat masalah karena akan ada dua sandera untuk berikutnya. Zhi berpikir keras tentang rute pelarian, yang setidaknya bisa membawa Elfa keluar dari tempat ini. “Dengar,” kata Zhi sembari menoleh ke Ailee yang ada di belakangnya. Ailee segera mendekat. Karena dia bergerak bersamaan dengan Zhi yang menoleh, maka secara tidak sengaja, bibir keduanya saling bersentuhan. Mata Ailee membulat sempurna. Dia hampir berteriak marah andai Zhi tidak segera menutup mulutnya. “Dengar, kita akan menyelamatkan Elfa.” Ailee mengangguk. Jantungnya masih berdebar sangat cepat karena seseorang baru saja mengambil ciuman pertamanya. Sialnya, pihak lain malah biasa saja, seolah tidak terjadi apa-apa. “Aku akan menggunakan kekuatanku untuk membuat gunung es dari sini, ke tengah pertukaran di sana,” ujar Zhi sembari menunjuk tempat Elfa ditahan oleh si penculik. “Saat mereka lengah dengan gunung es, aku segera membuat jalur seluncur ke tengah tempat pertukaran, sembari membekukan kaki mereka di tempat, kemudian menyerang pria yang menahan Elfa. Sementara itu, kau harus secepatnya terbang ke puncak gunung es dan menangkap Elfa yang akan aku lemparkan ke atas.” “Kau akan melemparkannya?” “Hanya itu satu-satunya cara untuk menghindari serangan dan pengepungan tiga anak buah si penculik.” “Bagaimana kalau aku gagal menangkap Elfa? Bagaimana kalau aku terlambat terbang ke puncak gunung es?” Zhi menepuk pundak Ailee. “Kau pasti bisa menangkapnya dengan kekuatan anginmu.” “Bagaimana selanjutnya? Mereka akan melihatku dan Elfa, lalu mereka menyerang kami, kan?” “Ayahmu juga akan melihatmu dan pasti akan melindungimu dari para penculik. Kau hanya harus fokus melarikan diri dengan Elfa.” “Lalu kau?” Zhi sudah balik badan untuk bersiap membuat gunung es. “Ayahmu akan melindungiku juga.” “Zhi...” Zhi menatap tajam Ailee. “Tidak ada waktu lagi. Kau akan membantuku atau aku harus melakukan semuanya sendiri?” “Akan kulakukan,” putus Ailee akhirnya ketika melihat jejak serius di wajah dingin Zhi. Dalam hitungan detik, rencana pun dimulai. Seperti analisa Zhi, Elfa berhasil diselamatkan oleh Ailee. Tapi, setelah Zhi muncul di tengah pertarungan, dan menyerang pria yang menahan Elfa, dia langsung mendapat serangan dari para penculik. Es yang digunakannya untuk membekukan kaki para penculik hanya bertahan selama lima detik. Sekalipun Elgar dan anak buahnya berhasil menepis beberapa serangan untuk melindungi Zhi, tapi pemuda itu tetap terkena pukulan salah satu penculik. Zhi muntah darah. Satu serangan kembali menuju ke arahnya bahkan sebelum dia bangkit, tapi beruntung Elgar segera menunjukkan kekuatannya saat Elfa sudah aman bersama Ailee. “Pergilah! Anak nakal!” gerutu Elgar, tapi ada senyum samar di wajahnya. Zhi tersenyum kecil, lantas berlari menyusul Ailee dan Elfa. Sebelum benar-benar menjauh dari sana, dia melihat Elgar tidak lagi menahan diri melawan para penculik. Beberapa anak buah Elgar juga bermunculan untuk membantu. Untuk mencegah para penculik mengejar, Zhi membuat tembok es. “Kakak Zhi!” teriak Elfa sembari berhambur ke pelukan Zhi. Zhi mengembuskan napas lega setelah memeluk gadis kecil berambut perak panjang itu. “Kau baik-baik saja?” Elfa mengangguk, tapi kemudian menangis, dan menggeleng. “Mereka menyakitiku, Kak… Mereka jahat…” Zhi melepas pelukan, lalu mengamati pipi Elfa yang tersayat. Amarahnya sekali lagi memuncak. Andai logika tidak lebih unggul, mungkin dia sudah kembali ke sana dan mematahkan tangan si penculik. “Tidak apa-apa, Kakak di sini. Jangan menangis.” Zhi menghapus air mata di pipi Elfa. Elfa mengangguk, tapi masih menangis. “Tapi ini sangat sakit, Kak…” Zhi mengeluarkan sihir esnya, kemudian mengompres pipi Elfa. “Akan segera membaik.” Ailee yang sejak tadi diam mengamati dua bersaudara itu akhirnya membuka suara. “Zhi, ada yang datang.” Zhi segera menyembunyikan Elfa di belakangnya. “Musuh?” “Ya. Lima orang. Di atas pohon.” Setelah perkataan Ailee, tiga bola api tiba-tiba menyerang ke arah mereka. Zhi segera membuat dinding es untuk memblokir serangan. Ailee juga mengeluarkan pedangnya dan memblokir satu bola api dengan kekuatan anginnya. Ketika lima sosok mendarat di depan mereka, terdengar tepuk tangan dari salah satu yang mengenakan hoodie ungu. “Seperti yang diharapkan dari putra Tuan Carl. Kalau tidak salah, kau baru berusia empat belas tahun, tapi kemampuanmu sudah sebaik itu.” Yang bicara kemudian melangkah lebih dekat ke hadapan Zhi sembari mengulurkan tangan. “Bagaimana kalau bergabung dengan kami?” Zhi diam saja, bahkan tidak berniat menyingkirkan tameng es di depannya. Pembicara berdecak. “Apa kau pikir kerajaan dan ayahmu itu sangat mulia? Kau tidak tahu saja rahasia busuk mereka. Aku tahu kau tidak tahu apa-apa, jadi aku memberimu kesempatan dengan mengajakmu bergabung dengan kami. Dengan bergabung bersama kami, kekuatanmu akan jauh lebih berkembang.” “Oh, ayolah, kau ingin menyerang atau terus mendongeng?” keluh Ailee sembari menyeringai. Sosoknya jadi semakin cantik karena pantulan cahaya bulan. “Aku sudah memulai serangan sejak tadi. Apa kau tidak merasakan sesak?” Pembicara tertawa. “Aku sudah mengendalikan kabut di sekitar sini, dan mencampurnya dengan racun.” Ailee mengernyit. Dia benar-benar tidak merasakan sesak. Secara spontan, dia melirik Zhi yang diam sejak tadi. Detik berikutnya, kabut di sekitar berubah menjadi kristal es dan menyerang lima sosok berhoodie ungu. Tiga di antaranya berhasil menghindar, sementara dua lagi langsung tewas di tempat. Pembicara menjadi salah satu yang selamat dan bersiul kuat ketika dia melangkah mundur menjauhi Zhi. “Wow! Kau bahkan bisa mengendalikan kabut? Pantas saja kalian tidak merespon racun dalam kabutku. Aku perlu tahu namamu, Bocah!” Ailee segera menyerang si sosok yang banyak bicara sejak tadi. “Ckckck, gadis kecil, aku sedang bicara dengan temanmu, jadi kau menyingkir dulu.” Dengan mudah, Pembicara mengeluarkan kekuatan airnya dan menerbangkan Ailee menjauh bahkan sebelum gadis itu mampu menyerangnya. Zhi melirik Ailee yang terjatuh cukup jauh dari lokasi. Dia mengkhawatirkan gadis itu, tapi tidak bisa bergerak karena harus melindungi Elfa di belakangnya. “Nah, Bocah, beri tahu aku, siapa namamu?” ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD