9. Zhidian bertemu Lux

1745 Words
Sosok pemuda bernetra merah yang mengantri di meja sebelah antrian meja Zhi memiliki elemen dasar api dengan tingkat mana tujuh bintang. Pemuda yang diperkirakan seusia Zhi itu memiliki ketampanan seperti dewa-dewa Yunani dalam dongeng pengantar tidur anak. Netranya yang semerah darah kontras dengan kulit seputih salju dan rambut sehitam arang. Ketika pemuda itu tersenyum dan menampilkan gigi putih rapinya, waktu seolah berhenti, dan semua cahaya berebut untuk menyorotnya. Dia sangat menarik! Bahkan dua gadis kecil yang sebelumnya bertengkar, kini menatapnya penuh kekaguman. Semua orang bertanya-tanya dari mana asal pemuda tampan itu. Zhi hanya melirik sekilas pemuda itu, melanjutkan kembali kegiatannya untuk mengalirkan mana ke atas bola kristal. Dia tertegun cukup lama setelah hasilnya keluar. Jika bola kristal berubah warna menjadi biru, maka orang itu memiliki elemen dasar air. Zhi salah satunya. Zhi tidak mengerti kenapa dia hanya berada pada peringkat tiga bintang. Dia sangat yakin setidaknya berada pada tingkat lima bintang, tapi sekarang hanya tiga? Selain itu, beberapa hari ini juga dia merasa kemampuannya berkurang drastis seolah ada dinding yang menghalangi kekuatannya untuk keluar. Penatua di balik meja memberikan Zhi sebuah kertas berwarna emas yang berisi nama, usia, dan nomor pendaftaran. Zhi menerima tiketnya dengan sedikit linglung. Setelah keluar antrian, tiba-tiba pemuda bernetra merah menepuk pundaknya. “Itu bukan hasilmu yang sebenarnya.” Zhi mengernyit, mengunci netra semerah darah di depannya. “Apa maksudmu?” “Aku merasa ada dinding tebal dan besar yang menghalangi mana-mu keluar.” “Sekalipun ada dinding, bola kristal bisa melihat tingkatan penggunanya hanya dengan sedikit mengalirkan mana.” Pemuda itu tertawa, lantas merangkul Zhi. “Jangan konyol! Bola kristal itu tidak sepenuhnya akurat.” “Jangan sok akrab!” Zhi menepis tangan pemuda tampan itu. “Apa maksudmu dengan tidak akurat?” “Bola kristal hanya bisa menunjukkan satu elemen dasar paling dominan yang dimiliki manusia.” “Sejak dulu, manusia hanya memiliki satu elemen dasar. Ras iblis yang memiliki lebih dari satu elemen dasar. Jadi, untuk apa bola kristal menguji jumlah elemen dasar yang dimiliki manusia?” “Itulah masalahnya. Manusia juga bisa berevolusi. Mungkin saja, suatu hari nanti akan ada yang memiliki tiga atau bahkan empat elemen dasar dalam dirinya. Siapa yang tahu?” “Tapi itu tidak menjawab alasan tingkatanku berada pada tiga bintang.” “Ah, benar. Kau tahu, mana semakin pekat pada tingkat tertinggi. Ketika kau mengeluarkan mana, dinding besar dalam dirimu tidak hanya membatasi jumlah, tetapi juga menyaring kepekatannya. Sehingga mana-mu yang diihat oleh bola kristal, tidak sepekat yang sebenarnya.” Zhi menatap lama pemuda tampan itu, kemudian mengernyit. “Bagaimana kau tahu ada dinding besar di pintu keluar mana-ku?” Pemuda tampan tersenyum, lantas mengulurkan tangan. “Aku Lux. Zhyrecs Lux.” Zhi menampar pelan uluran tangan Lux. “Zhidian Kingston. Kau belum menjawab pertanyaanku.” Sebelah alis Lux terangkat. “Aku akan menjawabnya kalau kau mau berteman denganku.” Zhi mendengkus, lantas meninggalkan Lux begitu saja. Lux tertawa, lalu menyusul Zhi menuju tiga rekan lainnya yang menunggu. “Kau seperti wanita yang merajuk. Haruskah aku menjadi pria yang merayumu?” Zhi masih diam, seolah Lux udara. “Hahaha… baiklah, baiklah, akan kukatakan.” Zhi seketika berhenti melangkah, menunggu Lux bicara. “Aku bisa merasakannya.” “Begitu saja?” Lux mengedikkan bahu. “Begitu saja. Mungkin karena aku berada pada tingkat tujuh bintang, jadi bisa merasakan mana orang lain.” “Kau pikir siapa yang coba kau bodohi?” “Hahaha… Kau ini sangat pemarah. Baiklah, aku mempelajarinya dari ayahku.” “Apa pekerjaan ayahmu?” Lux terdiam sesaat sebelum menjawab, “Hanya seorang penguasa biasa yang memiliki beberapa wilayah untuk dikendalikan.” “Ohh… Aku pikir dia bekerja di bidang yang berkaitan dengan Tim Penyegel.” “Apa tim penyegel di Dawn Warrior bisa merasakan mana orang lain?” “Ya. Kalau tidak, bagaimana mereka bisa membedakan mana milik iblis dan manusia?” Lux tersenyum kecil. “Kau benar.” Tanpa disadari, keduanya yang asik bercerita sudah sampai di depan tiga orang yang menunggu. “Apa aku bisa bergabung dengan kelompokmu?” tanya Lux. “Oh, aku juga bersama sepupuku. Namanya Nami Magenta.” Seorang wanita cantik nan seksi mendatangi kelompok mereka sembari menyunggingkan senyum ramah. Wanita ini juga memiliki netra semerah darah, rambut sehitam arang, dan kulit sepucat salju. “Hai, aku Nami.” “Topi jenis apa yang kau pakai itu?” tanya Ailee. “Ini?” tanya Nami sembari menyentuh topi di kepalanya. “Topi Penyihir. Apa di kerajaan kalian tidak ada yang seperti ini?” Elfa, Ailee dan Arvin menggeleng bersamaan. Nami tertawa pelan. “Topi seperti ini sebenarnya termasuk atribut sihir. Dengan topi ini, pemakainya bisa merasakan adanya bahaya. Tapi topi milikku tidak diberi mantra. Aku hanya suka mengenakannya.” “Kau berasal dari mana, Nami?” tanya Ailee pula. “Ertarizka.” Nami kemudian menatap netra gelap Zhi dan mendekatinya. “Siapa namamu, pemuda tampan?” Ailee memerhatikan ketika Nami menggamit lengan Zhi dan menggesek-gesekkan d**a besarnya ke lengan pemuda itu. Dia jadi tidak suka dengan Nami. Zhi mengangkat tangannya, dan menjauhi Nami. “Zhidian.” “Nama yang bagus,” komentar Nami. Ailee malah menggamit lengan Zhi, menariknya mendekat, kemudian memelototi Lux. “Jaga sepupumu untuk tidak menggoda sembarang orang.” Lux tertawa dengan sikap posesif Ailee, tapi netranya kemudian bertemu dengan netra sebiru safir Elfa. Gadis kecil itu menatapnya sangat lama. “Apa yang kau lihat?” “Kenapa aura mana-mu sedikit gelap?” “Kau bisa merasakannya?” Lux mengangkat tangan hendak mengusap pucuk kepala Elfa, tapi Zhi lebih dulu menepis tangannya. “Jangan menyentuh adikku.” Lux mengangkat kedua tangannya ke udara sebagai gestur menyerah. “Maaf, aku hanya refleks karena tidak tahan dengan keimutannya.” Dia kemudian berdeham pelan. “Jadi, namamu Elfa?” Elfa malah memeluk Zhi, tubuhnya sedikit gemetar karena takut. “Dia sedikit menyeramkan, Kakak.” Zhi mengusap kepalanya, menyipitkan mata ketika menatap Lux. “Kalian tidak diizinkan bergabung bersama kami.” Dengan begitu, Zhi menggenggam tangan Elfa, sementara Arvin dan Ailee menyusul belakangan. Sebelum pergi, Ailee sempat mengernyit pada dua sepupu bernetra merah itu. “Dia memang menarik,” kata Nami. “Maksudmu gadis kecil yang bisa merasakan mana kita?” “Tentu saja bukan. Aku bicara tentang Zhi.” Ketika menatap punggung Zhi, Nami m******t bibir tebalnya dengan s*****l. Zhi di depan sana menoleh ke belakang. Ketika melihat netra semerah darah dari gadis cantik itu, dia menyipitkan mata seolah memberi peringatan. “Uhh! Aku suka tatapan dinginnya,” komentar si gadis seksi. Lux tertawa sembari meletakkan dua tangan ke belakang kepala. “Lupakan saja. Dia tidak akan tergoda olehmu.” Nami menyeringai. “Kau bercanda? Lihat sekitarmu, Lux. Semua mata lelaki di sini hampir keluar dari tempatnya karena terus menatapku.” Dia melihat yang terdekat dengan jijik. “Beberapa bahkan mimisan karena otak kotornya. Selama memiliki adik kecil di antara selangkangannya, siapapun akan tergoda olehku.” Lux kembali tertawa sembari terus menatap punggung Zhi. “Aku tidak, dan kini ada satu lagi yang pasti juga tidak akan tergoda.” “Kau sepupuku, Lux. Wajar tidak tergoda. Tapi dia…. Aku tidak akan menyerah.” Netra Lux tiba-tiba berubah lebih pekat ketika menatap Nami. “Jangan coba-coba memakai cara kotormu. Aku menyukai pemuda itu.” “Kau serius ingin berteman dengannya?” “Tentu saja.” *** Setelah dinyatakan lulus tes pertama, para calon siswa akademi akan melewati gerbang besar berwarna emas yang dijaga sekitar sepuluh orang. Di tengah-tengah gerbang itu terdapat plakat cukup besar yang terbuat dari logam. Plakat itu adalah logo Hassel Academy. Logo Hassel Academy: Berbentuk perisai. Di dalam perisai terdapat empat kolom yang melambangkan setiap elemen dasar manusia. Di bagian atas empat kolom itu terdapat lambang kerajaan Ethioria, sementara di tengah-tengah empat kolom itu terdapat tulisan Hassel Academy. Lambang elemen air adalah dua garis berombak. Elemen api dilambangkan dengan api merah. Elemen angin digambarkan dengan dua garis melengkung yang bertemu, membentuk seperti angka enam dan sembilan. Elemen tanah dilambangkan dengan sebuah kotak di dalam lingkaran, bentuknya mirip batu. Lambang kerajaan Ethioria: Naga emas melilit tongkat. Tanpa diminta, Ailee yang melewati gerbang besar itu menjelaskan, “Sebenarnya ada enam elemen dasar. Empat seperti yang di gerbang, dua lagi hanya dimiliki ras peri dan iblis. Elemen kegelapan milik ras iblis, dan elemen cahaya milik ras peri.” Zhi tertawa kecil, “Bahkan anak baru lahir sudah tahu itu.” Ailee mendesis tidak jelas sambil menatap tajam Zhi. “Aku hanya mengingatkan.” Arvin tertawa kecil. “Terima kasih telah mengingatkan, Ai.” Ailee tersenyum menghadap Arvin. “Sama-sama, Ar. Andai semua orang berhati lapang dan rendah hati sepertimu.” Zhi geleng-geleng kepala sembari meneruskan perjalanan. Elfa tertawa pelan melihat interaksi Zhi dan Ailee. Setelah melewati gerbang, mereka kemudian memasuki halaman luas dengan taman bunga yang indah bak di negeri dongeng. Ada banyak jenis bunga dengan berbagai warna yang memenuhi taman di sisi kanan-kiri jalan setapak. Selain bunga, di halaman luas itu juga terdapat beberapa pohon pinus, labirin raksasa, danau, dan air terjun mini. Zhi tiba-tiba memerhatikan jembatan lengkung batu di tengah danau. Dia merasa seseorang mengamatinya dari sana, tapi ketika menoleh, dia tidak mendapati siapapun. “Ailee, lihat, di sana ada air terjun.” Ailee menatap arah tunjuk Elfa, lalu mengangguk antusias. “Mau ke sana?” Zhi segera menarik bagian atas belakang baju Ailee. “Jangan nakal, Ai. Kita masih harus mengambil nomor kamar dan mempersiapkan untuk ujian tertulis lusa.” Ailee memajukan bibirnya, tampak kesal, tapi tidak bisa membantah. Arvin yang melihat cemberut Ailee malah tertawa. “Apa kalian tahu tentang bunga-bunga di taman HA ini?” Dua gadis tampak bersemangat, sementara Zhi tidak peduli. Zhi tidak suka bunga. “Apakah itu tentang beberapa bunga yang bisa mengeluarkan cahaya saat malam, atau bunga yang bisa menarik kunang-kunang mendekat?” tanya Elfa. Arvin mengangguk. “Itu salah satunya, tapi ada yang lebih menarik.” Elfa yang mudah penasaran semakin mendekati Arvin. “Apa?” “Kalian lihat bunga biru di sekitar danau itu?” tunjuk Arvin pada bunga-bunga Lonceng Biru yang hanya ditanam di sekitar danau. “Menurut referensi yang pernah k****a, bunga-bunga itu ditanam oleh seorang peri, dan telah diberi sihir. Katanya, jika ada pasangan kekasih saling mencintai, yang berpegangan tangan di sana, bunga Lonceng Biru akan mengeluarkan cahaya. Beberapa mengatakan, kalau mereka berciuman di sana, pasangan itu akan mendengar suara lonceng, dan kunang-kunang akan mengitari mereka seolah memberi berkat.” “Elfa baru tahu itu,” respon Elfa. Respon Ailee malah langsung menatap Zhi. Zhi menyeringai. “Kau ingin kita berciuman di sana?” ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD