Prolog
Di sebuah kota metropolitan yang penuh dengan hiruk pikuk dan kesibukan, seorang pemuda bernama Damar adalah pria berusia tiga puluh tahun yang tampan, cerdas, dan memiliki ambisi besar dalam hidup. Dia menjalani kehidupan yang stabil dan bahagia, terutama karena kehadiran kekasihnya, seorang wanita cantik bernama Maya dangan rentang usia hampir seumur dengannya.
Maya adalah kekasih Damar yang manis dan penyayang. Mereka telah menjalin hubungan yang kuat dan saling mencintai selama beberapa tahun. Namun, takdir mempertemukan Damar dengan adik Maya, seorang gadis muda bernama Lila.
Lila adalah adik tiri Maya dari ibu yang berbeda, ibu Maya telah lama meninggal ketika ia berumur 10 tahun dan ayahnya menikah kembali dan lahirlah seorang gadis imut dan centil serta periang, ia bernama Lila, mereka tumbuh dalam lingkup keluarga yang bahagia karena ibu Lila tak pernah membedakan kasih sayang antara mereka.
Maya sangat menyayangi adik Lila begitupun dengan Lila, kasih sayang mereka begitu sempurna meski ada perbedaan ibu antara persaudaraan yang terjalin.
Seiring berjalannya waktu Maya kini telah menjadi salah seorang dosen di sebuah kampus ternama dimana adiknya berkuliah, Maya memutuskan tak menikah di usia muda karena pernah trauma dengan kekasihnya terdahulu, Maya ditinggal pergi saat dirinya telah memutuskan untuk melanjutkan hubungan mereka ke tahap lebih serius yaitu bertunangan, namun kenyataan pahit Maya ditinggal nikah oleh sang kekasih dengan gadis lain dan ia baru ketahui saat melihat story salah seorang rekan kerjanya.
Hati Maya hancur berkeping-keping, butuh beberapa tahun ia mampu membuka hati untuk pria lain dalam hidupnya, namun kenyataan pahit kembali terulang.
Pertemuan tak terduga dalam suatu perayaan keluarga, Damar dan Lila bertemu untuk pertama kalinya. Mereka terpesona satu sama lain dan merasakan kecocokan yang luar biasa. Rasa ketertarikan antara mereka tidak bisa diabaikan, meskipun mereka menyadari bahwa situasi ini sangat rumit dan berpotensi melukai perasaan semua orang yang terlibat.
Menghadapi perasaan yang terlarang membuat Damar berjuang dengan perasaannya sendiri. Dia mencoba untuk menekan cintanya pada Lila, menyadari bahwa ini adalah adik kekasihnya yang sedang ia cintai. Tetapi semakin dia mencoba melawan perasaannya, semakin kuat rasa cintanya tumbuh. Damar terjebak dalam konflik batin yang membuatnya merasa bersalah.Dalam Keadaan terjebak dalam usahanya untuk menghindari melukai perasaan orang lain, Damar berusaha menjaga jarak dengan Lila.
Namun, semakin mereka mencoba menjauh, semakin kuat ikatan mereka. Mereka saling melengkapi, memahami satu sama lain dengan baik, dan berbagi minat dan impian yang sama.
"Gila, aku tak bisa seperti ini terus. Aku juga tak sanggup menyakiti Maya. Aku bisa hancur jika seperti ini terus!," pikir Damar ketika ia sedang dihadapkan dengan situasi yang semakin sulit sedang mendera hatinya.
Di sisi lain desakan dari kedua orang tuanya terus membelenggu dirinya, diusianya yang sudah begitu matang menjelang 30 tahun sangat wajar jika orang tuanya mengkhawatirkan pernikahan putranya, apalagi ia adalah anak semata wayang.
Damar kini dihadapkan pada situasi yang sangat sulit. Ia berada diantara kedua hati yang sulit ia pilih kepada siapa ia akan menjatuhkan pilihan terakhir.
Ia sangat mencintai Maya, namun disisi lain ia nyaman bersama adiknya yang terpaut usia yang cukup jauh darinya. Sikap Maya yang lembut menenangkan hatinya, akan tetapi ia sangat berenergi ketika bersama dengan Lila seorang gadis yang periang dan polos yang mampu membolak-balikkan hati dan perasaannya.
Menjelang seminggu setelah pertemuan mereka Damar semakin merindukan Lila si gadis periang, sedikit pecicilan namun Lila adalah gadis yang cerdas di kampusnya, Damar mulai menyelidiki latar belakang Lila, hingga ia menemukan beberapa prestasi gadis itu.
Maya sangat jarang menceritakan kehidupan Lila di segi pendidikan, ia lebih sering menceritakan kebersamaan mereka ketika berada di rumah bersama sang adik, sejujurnya Damar sudah mulai penasaran dengan Lila dari cerita Maya tentangnya, namun Damar sama sekali tak menyangka jika gadis kecil yang sering diceritakan oleh kekasihnya kini telah mengisi ruang dihatinya dan mulai menggeser posisi Maya sebagai seorang gadis yang awalnya sangat ia cintai.
Kisah mereka mulai terjalin dengan alami hal ini diperkuat karena Damar kini menjadi salah satu Dosen mata kuliah Lila, Damar cukup menarik perhatian para gadis di kampus begitupun dengan Lila.
Sejujurnya perasaan Lila untuk Damar tak sedalam perasaan Damar untuknya, Lila masih bisa mengontrol perasaannya sekarang, ia tak bucin amat pada pria yang kini menjadi kekasih kakaknya.
Namun, berbeda dengan Damar. Setiap pertemuan dengan Lila semakin menumbuhkan kasih sayang padanya. Membuatnya semakin bucin pada Lila, meski perasaan itu harus ia tekan dan harus rahasiakan pada Maya dan entah sampai kapan hal itu akan ia lakukan.
Suatu ketika Lila sedang duduk seorang diri di taman dekat kantin, ia tak menyadari jika ada sepasang mata sedang mengamati dirinya dari kejauhan, sepasang mata itu tak lain berasal dari Damar yang kian sulit mematahkan keinginan untuk terus mencari kabar keberadaan gadis mungil itu.
Meski hubungannya dan Maya tampak masih normal seperti biasa, namun tanpa ia sadari kehadiran Lila sebenarnya telah memudarkan hatinya pada kekasihnya.
Ketika ia ingin mewujudkan keinginannya , menyampari sang gadis yang sedang menikmati rindangnya berteduh dibawah pohon dengan sebuah buku lengkap dengan pena di genggamannya, gadis itu terlihat sedang sibuk dengan tugasnya, ia mendapat sebuah panggilan dari layar hp yang sedang ia genggam, yang barusan ia gunakan untuk mengabadikan momen gadis yang tengah duduk jauh dari tempat ia berdiri sekarang.
"Maya....! Angkat gak ya?" gumannya dalam hati, menatap layar hp miliknya.
Dengan berat hati Damar terpaksa mengangkat panggilan itu, dan mulai mengobrol dengan kekasihnya, meski pandangannya terus tertuju pada sosok gadis yang masih duduk di bawah pohon rindang di depan kantin kampus.
Damar tak terlalu fokus dengan obrolan mereka hingga kerap kali Maya harus mengulang kalimat yang ia ucapkan.
"Apa sih yang kamu pikirkan?, kalau memang kamu gak niat mengobrol dengan ku, bukan kah lebih baik tak usah diangkat," ujar Maya yang mulai terdengar kesal pada Damar.
"Oh...ya, aku minta maaf sayang. Aku sedang memeriksa beberapa tugas anak mahasiswa, namun ini hanya tugas ringan kok, aku tadi sempat memberikan kuis," ucap Damar mulai berkilah, meski sebenarnya ia sedang asyik memandangi Lila yang nampak sangat cantik ketika sedang mode serius.
"Baiklah, kamu lanjutin aja. Aku tutup dulu, nanti kita lanjutkan kembali setelah pulang dari kampus," ucap Maya memilih mengalah dan mengakhiri panggilan tersebut.
Damar kini tersenyum lebar, akhirnya ia punya kesempatan menghampiri Lila yang masih betah duduk seorang diri.
"Hy....lagi sibuk apa sih?" tanya Damar pada Lila.
"Ah....!"
"Kak....Damar, sok nanya. Jelas-jelas kakak yang ngasih tugas segudang banyaknya, sekarang malah nanya, lagi," cetus Lila melayangkan protes pada pacar kakaknya.
"Aku ini dosen kamu lho!, yang sopan kalau ngomong," sahut Damar.
"Hahaha....maaf kak, aku lupa."
"Eh...maaf, maksudnya pak Damar," lanjut Lila sedikit mengolok-olok calon kakak iparnya.
"Yakin gak ada panggilan lain lagi?"
tanya Damar sedikit menggoda Lila.
"Ada donk...Kakak ipar."
Mendengar jawaban Lila Damar kembali manyun hingga memperlihatkan wajah cemberut.
"Gak senang?, tapi itu kenyataannya kak, kamu jangan sakiti hati kakak Maya, dan lupakan tentang kita," jelas Lila tiba-tiba menampakkan sosok kedewasaannya pada Damar.
Ditengah obrolan mereka yang tak lagi membahas hubungan asmara, melainkan beralih topik membahas tugas Lila....tiba-tiba....
"Ehmmmm.....dicariin seluruh kampus ternyata kamu disini," ucap seorang gadis dengan suara yang sangat mereka kenal.
"Maya....!" ucap mereka bersamaan dengan ekspresi kaget bersamaan.
Bersambung.....