Terusir

1029 Words
Elbri mencoba menghubungi Briana dengan mendatanginya. Dia mengira jika bisa masuk ke dalam keluarga itu lewat pintu depan dengan mudah. Elbri terlalu meremehkan tim security keluarga Silver Grome. Dia terlalu menggampangkan segala sesuatu karena terbiasa dimanjakan Grace. Ketika kalinya mengayun melangkah ke pintu gerbang ganda berlambang singa bersayap, salah satu security mencegatnya. "Tunggu nona. Kau tidak bisa masuk ke dalam tanpa ada janji, " ucap sang security. Elbri berhenti, dia menatap sebal pria berperawakan tegap dan tinggi itu. "Apa maksudmu? adikku sudah menjadi menantu keluarga ini. Beraninya kalian menghalangiku, " gertak Elbri. Dia tidak lupa memanfaatkan Briana untuk bisa masuk ke kediaman keluarga Silver Grome. "Jika demikian aku akan menanyakan pada tuan Lucas, " jawab penjaga pintu. Tanpa perintah dari Lucas yang seorang tangan kanan Ian, mereka tidak berani memasukkan orang lain. Sebab tidak sekali dua kali orang yang ingin menerobos kediaman Silver Grome. Semua demi keselamatan pewaris keluarga Silver Grome. "Ya tanyakan aja. Memangnya siapa Lucas. Yang aku tau dia bukan bagian keluarga Silver Grome. " Elbri masih bersikap congkak di depan mereka. Itu membuat mereka geleng- geleng kepala. Drrt Drrt Lucas menerima telepon dari penjaga pintu. Dia mengatakan jika seorang gadis yang mirip dengan Briana membuat keributan di depan gerbang. "Saudara nona Briana?" Lucas segera memberi tahu Ian yang berada di meja makan tentang kondisi ini. Dia tidak bisa gegabah memberi keputusan tentang keluarga Briana. Lagi pula status Briana bukan seperti menantu normal lainnya. Dia di sini untuk merawat Ian, bukan menjadi kekasihnya. "Tuan, saudara kembar nona Briana ingin menemui Briana." Ian mendengar merasa geli. Rupanya gadis bernama Elbri sungguh tidak tau malu. Padahal dia mengorbankan Briana demi menyelamatkan dirinya sendiri, sekarang dia justru datang dengan memanfaatkan nama Briana. "Usir dia sebelum Briana tiba ke ruang makan." "Baik." Lucas segera pergi sebelum Briana tiba. Dia tidak ingin mengganggu acara sarapan mereka untuk pertama kalinya. Sejujurnya Lucas sudah tau tentang apa yang terjadi tentang Briana dan keluarganya. Pantas saja Briana tidak merasa kesulitan saat melayani Ian. Ian menatap dingin ke arah jendela yang langsung menghadap taman luas yang berhubungan langsung dengan gerbang. Penataannya yang elok membuat siapapun tidak menyadari jika segala yang terjadi di gerbang itu bisa terlihat dengan jelas dari jendela. Ian pun menatap gadis yang memiliki kemiripan dengan istrinya berdebat dengan penjaga pintunya. 'Jadi kepribadian mereka benar- benar bertolak belakang seperti yang dikatakan anak buahku? ' Ian mengingat- ingat segala hal yang tertulis tentang kehidupan istrinya. Di sana tertulis Elbri hidup mewah karena dimanjakan ibunya dan Briana yang berjuang sendiri demi hidup. "Model ya? bearti gadis ini ke sini ingin memanfaatkan Briana agar bisa membantunya menjadi model. Sungguh gadis yang licik, " guman Ian. "Lalu bagaimana denganmu Briana? Apakah kau juga menjadi seperti saudara mu jika memiliki kekayaan di tangan? Fu fu fu, kita lihat saja nanti." Ian juga tidak begitu saja seratus persen mempercayai Briana. Jika menurut laporan, Elbri menjadi gadis manja dan egois karena dimanjakan, maka Ian ingin tau apakah Briana juga akan berubah seperti itu jika dilimpahi kemewahan. Bisa saja gadis ini berubah karena kondisi karena tidak ada yang tau dalamnya hati orang. Tap. Tap. Suara langkah kaki Briana terdengar. Semakin lama semakin dekat, Ian pun segera merubah diri menjadi pria tengil yang jahil. Sebelum dia menguji Briana, Ian ingin menghabiskan waktu menggoda gadis ini. "Maaf jika kau menunggu lama, " ucap Briana yang kemudian duduk di depan Ian. Dia menunduk karena ditatap secara intens oleh Ian. Ian yang memang tertegun segera mengubah ekspresi wajahnya. Dia begitu terkejut dengan perubahan Briana yang begitu cantik setelah berdandan. Ian pun bersiul seraya melontarkan rayuan untuk menutupi kekagumannya. "Wow, kau terlihat cantik dengan gaun itu. Jika demikian aku ingin kau memandikanku dengan gaun mulai besok." Briana hampir tersedak jus yang ia minum. 'Yang benar saja...' Briana segera memprotes. Dia curiga jika sebenarnya Ian ingin mengintip celana dalamnya ketika memandikan pria itu. Bagaimanapun miliknya sudah menganggur jadi ularnya pasti ingin menemukan jalan untuk menjadi pyton. "Apa, tapi gaunnya bisa rusak dan itu sangat disayangkan.'' Briana pun mengarang cerita agar Ian menarik ucapannya. "Memangnya kenapa. Toh aku akan mengirimimu gaun lebih banyak lagi. Satu gaun tidak akan membuat keluargaku bangkrut." 'Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan pada pria ini ...?! ' jerit Briana dalam hati. Briana memutar otak dengan keras. Akhirnya dia menemukan ide yaitu membuat Ian iba padanya. "Ya, bagi kalian satu gaun tidak bearti sama sekali. Berbeda sekali denganku yang dari kecil begitu menginginkan gaun. Bahkan sepatu yang layak saja tidak bisa aku dapatkan. Aku sungguh iri dengan kalian yang bisa membuang barang dengan mudah. " Kali ini Ian yang agak bingung karena Briana berbicara hal sentimental. Biasanya gadis ini bisa melawannya hingga wajahnya memerah. Sekarang melihat matanya yang sendu dan menerawang membuat Ian tidak bisa lagi menggoda Briana. ' Aku tau itu kisahmu yang sebenarnya. Jadi aku tidak akan mengganggumu. ' "Baiklah, tapi aku mau kau memakai seragam maid. Pasti terlihat hebat untukmu." Briana memang lega dia tidak memakai gaun untuk memandikan Ian. Hanya saja, hal itu tidak ada bedanya jika ia memakai seragam maid. Briana yakin jika Ian akan menghilangkan beberapa bagian dari seragam itu agar dirinya terlihat menggoda. 'Ini efek ularnya yang nganggur.' "Baiklah. Tidak masalah." ''Kalau begitu ayo kita makan." Ian membunyikan lonceng kecil sehingga para pelayan datang membawa makanan. Ini mengingatkan Briana akan film klasik kerajaan Eropa. 'Dasar duke kesasar. Sekarang kan jaman sudah modern, mengapa pakai lonceng segala.' Briana tidak menyadari jika saudara kembarnya berdebat di depan gerbang ganda karena ingin masuk. Dia bahkan berusaha menerobos pintu gerbang itu dan melawan para penjaga. "Nona! Jika kau masih ingin membuat keributan maka jangan salahkan kami jika memanggil polisi. " "Kalian semua gila! Briana itu saudara kembarku tapi kenapa kalian tidak mengijinkan aku masuk?!" "Itu karena tuan Ian tidak menginginkanmu masuk. Sebaiknya cepat pergi dari sini." Elbri menghembuskan nafas keras. Dia pun pergi dan pulang. Meski demikian, rencana untuk memanfaatkan Briana tidak pernah hilang dari pikirannya. "Aku harus mencari jalan agar bertemu dengan Briana, " gerutu Elbri. "Jika perlu aku akan mengatakan pada media tentang Briana, pasti Ian akan takut dan mau menuruti ucapanku. Jika itu terjadi maka aku akan meminta uang untuk belanja dan bersenang-senang." Lagi- lagi Elbri mendapatkan rencana licik. Baginya, Briana sekarang tambang emas yang harus dimanfaatkan. Tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD