Undercover

1232 Words
Briana Pov. Aku menegang saat mengambil baju dari lemari. Perlahan - lahan menuju Ian yang sudah duduk di ranjang dengan seringainya. Berkat kedokku yang ketahuan, dia sekarang mempermainkan ku. Bayangkan saja, tadi dia meminta aku mengelap tubuh basahnya dengan handuk. Awalnya baik- baik saja karena aku mengeringkan tubuh bagian atas. Namun menjadi bencana ketika ia meminta aku mengeringkan tubuh bagian bawah juga. Akhirnya aku harus bertemu ular itu lagi. "Apa yang kau tunggu? Cepat pakaikan baju untukku." Ian kembali ke mengangkat alis seksi. Dia seperti godaan iblis yang ingin menjeratku. Itu karena postur tubuh dan wajahnya yang di atas kata tampan. Jadi tidak hanya ularnya yang menjadi cobaanku, fisiknya juga menjadi godaan tersendiri meski ia kehilangan kemampuan berjalan. "Iya sabar, aku harus mempersiapkan mental. Eh maksudku mempersiapkan pakaian agar serasi." Ian terkekeh tapi berusaha menutupinya dariku. Dia seperti kucing jahat dari neraka. "Ayo, kau mau aku kedinginan?" "Iya, aku datang." Aku sebenarnya tidak cemas jika dia menutupi bagian bawahnya dengan handuk. Sayangnya pria itu sengaja ingin menggodaku begitu tau jika aku sebenarnya sok genit. Jadi terpaksa aku harus berusaha mati- matian agar tidak bertemu ular hidup milik Ian. "Angkat ke atas tangamu." Aku meminta Ian dengan lemah. Saat ini ada ular yang mengancam ingin ingin menunjukan diri. Semua membuat tubuhku melemah. "Jika aku mengangkat tanganku lalu bagaimana jika tiba- tiba handukku melorot. Aku tidak ingin rugi." 'Ya Tuhan, beri aku kesabaran untuk menghadapi manusia ini, ' batin Briana. "Jika kau tidak bergerak, maka hendaknya juga tidak akan bergerak." "Tubuhku memang tidak bergerak. Tapi ularku bisa tidur dan berdiri tanpa bisa aku kendalikan. " 'Oh ini membuatku depresi.' Normal Pov Briana kemudian masuk ke kamar mandi lagi. Dia mencari sapu tangan dan membawanya ke depan Ian. Lalu menutup matanya. "Nah, sudah puaskan?" Briana tidak bisa membayangkan bagaimana hari- hari ke depan ketika mengulang kegiatan memandikan Ian lagi. Dia terpaksa harus menghadapi godaan Ian dan terancam bertemu dengan ular jahat yang selalu mengganggu ketenangan Briana dalam memandikan Ian. Briana merasa sudah terjebak oleh Ian. Tok. Tok. Lucas datang dengan sikap profesional. Dia berjalan mendekati Ian dan Briana yang menutup matanya. Jika Briana bisa melihat ada senyum geli di bibir Lucas karena mendengar keributan antara dirinya dan Ian. "Tuan, dokter Simon datang." Ian mengangguk. Dia kemudian menurut pada Briana karena akan ada tamu yang memeriksa kakinya. Itu membuat Briana terkejut. Dia tifak menyangka memakaikan celana pada Ian ternyata semudah ini. Namun tetap saja Briana tidak berani melepas sapu tangannya sebab posisinya saat ini dalam posisi berjongkok. "Lama tidak bertemu Tuan Ian." Simon menatap penuh minat pada gadis yang membenahi pakaian Ian. Ian yang disapa menangguk. Dia mengambil sapu tangan yang menutupi mata Briana lalu menarik istrinya agar berdiri normal. "Kamu ke luar dulu. Aku akan diperiksa oleh dokter Simon." "Kau yakin?" "Ya, kecuali jika kau ingin melihat ular kebanggaanku. " Briana memerah mendengar ucapan Ian. 'Mengapa pria ini tidak berhenti berpikiran m***m, ' batin Briana. Dia pun mengangguk pada Simon sebelum keluar dan menutup pintu. Saat semua sudah sepi, Simon mendekati pintu dan menguncinya. "Bagaimana perkembangannya?" Tanya Simon. Ian hanya mendengus lalu berdiri. Meski masih terpincang- pincang, Ian ternyata bisa berjalan. "Ini keajaiban, kemampuanmu untuk pulih seperrti keajaiban yang luar biasa. Seharusnya orang yang tidak bergerak lama harus menjalani fisioterapi untuk melatih ototnya yang kaku karena lama tidak digerakkan." Ian tidak menjawab. Dia hanya melihat ke sekeliling halaman depan melalui jendela. "Sampai kapan kau akan merahasiakan kesembuhan mu?" Tanya Simon. "Aku belum yakin. Saat aku seperti ini maka aku bisa melihat wajah sesungguhnya dari orang- orang di sekitarku. Lagi pula aku baru saja menikah. " Simon menggelengkan kepalanya. Dia tau benar kemunafikan orang- orang kalangan atas. Biasanya mereka akan menjauh jika temannya kesulitan. Hanya sahabat sejati yang tetap menemani temannya yang terjatuh. "Kau akan menguji dia?" "Ya, aku tidak perduli jika aku tidak mencintai istriku. Yang aku perdulikan adalah gadis yang mau menerima kondisiku apa adanya." "Jika demikian kau bisa menyuruh istrimu untuk memberi pijatan untuk merangsang otot lainnya agar kau bisa berjalan dengan normal. " Kata merangsang entah menyapa mengalihkan pikiran Ian pada kejadian di kamar mandi. Briana memang merangsang dirinya untuk menggodanya. Mengingat hal ini Ian mendadak ingin melihat istrinya itu. "Tolong panggilkan Briana. Aku akan kembali berpura- pura." Simon membuka pintu yang dikunci. Ternyata Briana sudah menunggu di depan pintu dengan wajah was- was. "Bagaimana kondisinya dokter?" Tanya Briana. "Masuklah terlebih dahulu." Briana menurut. Dia kemudian mendekati Ian yang duduk dengan cemberut. "Ototnya sedikit kaku. Jadi teruskan pemijatan akukuntur di kakinya. Juga latihan berjalan sedikit demi sedikit." Briana sedikit mendengus mendengar ucapan dokter, memang benar otot tubuh Ian kaku tetapi ada otot lain yang tidak kaku. Justru dengan seenak membesar dan mengecil tanpa diduga. Padahal Ian dalam keadaan masih lumpuh. Briana tidak bisa membayangkan bagaimana ular itu bertingkah ketika empunya sudah pulih. "I- iya. Saya akan berusaha sebaik mungkin merawat Ian. " 'Maksudku berusaha tidak melirik ular saat aku memandikan dan memakaikannya baju, ' Pikir Briana yang kembali menerawang peristiwa di mana ia kehilangan keperawanan penglihatannya. 'Hah, meski dia suamiku. Aku tidak bisa begitu saja melihat ularnya dengan leluasa. Tapi bolehkan kalau melirik sedikit, sedikit saja. Seumpama beruntung bisa melirik banyak, lagi pula mataku sudah ternodai. Hitung-hitung latihan sebelum pemanasan sebelum aku menikah dengan suami yang sebenarnya setelah Ian sembuh. Aku yakin setelah dia sembuh, Ian akan mencari gadis yang sederajat dengannya. Bukan gadis dari kalangan biasa sepertiku. ' "Itu bagus." Simon kemudian meninggalkan kamar Ian. Lucas muncul dan mengantarkan ke depan pintu. Meninggalkan Briana dan Ian sendirian. "Dokter sudah pergi? Bisakah aku kembali ke kamar? " Oh! Aku kaget sekali saat Ian menarik bajuku. 'Orang ini makan apa ya, mengapa selalu sukses membuatku senam jantung.' "Seharusnya kau memijatku saat ini tapi kau terlihat lelah. " Briana berharap Ian melepaskannya sekarang ini. Dia sudah terlalu lelah. "Besok kau harus melanjutkan terapiku. Seperti yang kau denger, aku seperti balita lagi untuk berjalan dan melakukan semuanya, " ucap Ian. "Ya, jangan khawatir. Aku pasti akan membantumu. Aku pergi dulu ya?" "Hm, aku ingin ke kamar mandi. " Duuuaaarhh 'Pria ini... tidak bisakah menjauh dari tempat laknat itu. Aku agak trauma dengan kamar mandi!' Jerit Briana dalam hati. Briana seperti dilempar bom saat Ian bicara ingin ke kamar mandi. 'Sepertinya jodohku dengan ular tidak berhenti sampai di sini. Kuharap ular tidak berubah menjadi Pyton.' "Ahahaha aku bercanda, kau jangan terlalu tegang seperti itu... " "Apa? Huuft. " Wajah Briana terasa panas. Ian menepuk pundakku agar aku rileks. Dia kemudian membaringkan diri di ranjang. Briana menghela nafas lega. Memang hari sudah menjelang malam. Saat Briana keluar, Ian mengambil laptop dan melihat segala laporan yang di kirim oleh anak buahnya. Dia memang diam- diam menyelidiki siapa Briana sebenarnya. Wajahnya yang tadinya konyol berubah menjadi dingin ketika membaca kata demi kata yang tersirat di laptop. "Aku tidak percaya jika ada hal seperti ini." . . . Di sisi lain, Elbri merancang rencana untuk memanfaatkan nama Silver Grome untuk mendapatkan peran. Dia akan mencoba menakut- nakuti para penguji chasting dengan nama Silver Grome. Siapa tau dirinya bisa mendapatkan peran. "Ide bagus. Karena ibu tidak setuju aku memanfaatkan nama Silver Grome maka aku sendiri yang akan bertindak." Elbri pun mengkhayal dirinya menjadi super star setelah mendapatkan peran. "Fu fu fu, Briana, kau yang berkorban dan aku yang mendapat keuntungannya. Memang inilah nasibmu." Dengan senyum lebar, Elbri pun tertidur di ranjang nya yang indah. Dia sama sekali tidak akan menyangka jika Briana sekarang ini tidur di ranjang yang lebih mewah. Untuk pertama kalinya, Briana mendapatkan kemewahan yang jauh melebihi Elbri. Tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD