Aku dan bang Jaka berjalan beriringan untuk masuk ke dalam rumah. Mungkin karena kami seumuran, setiap hari bersama, termasuk di kampus, aku dan bang Jaka merasa lebih nyambung. Maksudku, aku tidak ada rasa canggung sedikit pun. Berbeda dengan ke-enam abangku yang lain. Kami langsung menuju ke dapur. Aku yakin sekarang martabak bagianku ada di rak makanan. Ke-enam Abang sedang mengobrol santai di ruang keluarga. Sebuah kebersamaan yang membuatku kagum. Mereka saling mendukung dan memperhatikan satu sama lain. Walau kadang bertengkar, mereka akan damai dalam waktu yang singkat. bang Jun sebagai Abang tertua selalu menunjukkan sikap yang menjadi panutan kami. Dia selalu sabar dan tidak keberatan untuk mengalah. Seperti manusia pada umumnya, dia juga memiliki emosi, tetapi sesaat setelah