Sore...
Lisa dan Rean dalam perjalanan pulang, mereka tidak sadar jika ada seseorang yang mengikutinya. Rean yang baru sadar langsung memperhatikan di balik spion dalam dan terkaget.
''Papah dan mamah.'' gumam Rean. Rean melajukan mobilnya dan segera menurunkan Lisa agar kedua orang tua Rean tidak tau. setelah berhasil Rean menghentikan mobilnya dan menyuruh Lisa turun untuk menunggu sambil membawa belanjaannya.
''kamu turun dulu di sini, tunggu aku sampai jemput, jangan lupa bawa barang- barangmu.'' Kata Rean burur- buru. Lisa hanya terdiam dan mematuh sambil membuka mobil dan mengambil barangnya. gadis polos itu tidak tau apa yang terjadi.
setelah Lisa turun Rean langsung menjalankan mobilnya hingga melewati kubangan. kubangan itu berisi air dan mengenai Lisa. Lisa hanya menghembuskan nafas dan duduk di bawah pohon besar. biarlah bajunya basah dan kotor.
***
Rean berhenti di depan rumahnya begitupun dengan mobil sang orang tua.
"Rean.'' panggil Papah. Rean berbalik dan tersenyum kikuk.
''Papah ngikutin Rean? kok Rean gak tau.'' ujar Rean sok polos. Papah hanya tersenyum dan membukakan pintu mobil sebelah. sang Mamah turun dan melihat anaknya.
''Mamah kangen, tadi mamah kerumah sakit tapi dirimu tidak ada.'' jawab Nai sambil memeluk anaknya. Rean membalas pelukan sang mama lalu di lepasnya kembali.
''Aku tidak kesana dulu mah, ayo kita masuk ke dalam.'' ujar Rean sambil mendorong pelan kedua orang tuanya untuk masuk ke dalam rumah.
****
Rean mendudukan orang tuanya di ruang tengah sambil menyuruh pelayan untuk membuatkan minum.
''Apa kamu baik- baik saja? maksud mamah pernikahanmu.'' tanya Nai. Rean tersenyum dan mengangguk seolah tidak ada apa- apa.
''Semuanya baik- baik saja mah.'' jawab Rean berbohong.
''Aku ingin menimang cucu Rean, tapi istrimu tidak bisa hamil.'' kata sang papah sambil menaikan sebelah alisnya, Rean menundukan kepalanya.
''Ceraikan saja dia, mamah rasa Alessya tidak baik untukmu.'' sambung mamah. Rean menegakan kepalanya dan bergeleng keras.
''Rean gak akan menceraiakan Alessya mah, dia cinta pertama Rean.. tidak perdulu jika ia tidak bisa hamil lagi atau sebaliknya. Rean akan kasi papah cucu tapi belum sekarang tapi nanti, cucu asli dari Rean dan Alessya.'' jawab Rean ke mamah dan papahnya.
Devian dan Nai hanya diam, selaku orang tua mereka ingin anaknya mendapatkan yang terbaik.
****
Lisa berjongkok, ia melihat ke atas di sana terdapat gumpalan awan yang gelap dan siap menurunkan hujan.
Apa Lisa pulang saja ke rumahnya? Rumah yang dulu tapi tidak, ia mengurungkan niatnya dan akan tetap menunggu Rean datang. Lisa menghembuskan nafasnya lelah, haus membuatnya ingin minum tapi ia tidak memiliki uang.
Lisa menengok pedagang es dan ia hanya meneguk liurya sendiri tanpa bergerak dari jongkokannya itu.
"Hei, serahin belanjaan loe sini.'' Ancam seorang anak remaja bergaya preman terlihat ia memegang pecahan kaca yang di acungkan ke Lisa. Lisa menengok ia kemudian memeluk belanjaannya dan berdiri.
"Gak, gak mau." Bantah Lisa berani. Preman itu tertawa dengan cepat ia mengambil belanjaan Lisa dan kabur. Lisa yang masih menahan belanjaannya langsung terjatuh dan terseret.
"Naik, bro." Pekik Teman preman menggunakan motor yang deru mesinnya seperti motor trek. Lisa mencoba berdiri sambil memegang belanjaannya tapi lagi- lahi dirinya jatuh dan terseret oleh motor hingga setengah meter.
Akhirnya Lisa melepaskannya karena kesakitan.
"Hiksss.... ibu." Ringis Lisa yang sudah berdarah, wajah bagian kanan luka karena terseret sedangkan keningnya lebam bewarna ungu. Lisa mencoba berdiri tapi dirinya tidak bisa. Ia terus menangis pelan sambil membersihkan tangannya yang kotor dan bengkak.
''Ya ampun dek," pekik seseorang yang punya toko seberang jalan. Lisa hanya menangis. "Sini Kakek bantu." Ujar Pria paruh baya berumur 50 tahun. "Dian, Dion... bantu Kai sini." Kata kakek itu sambil memanggil kedua cucu kembarnya hanya beda kelamin.
Sang cucu syok dan langsung membantu Lisa berdiri.
"Sakit... hiks." Kata Lisa pelan. Dion yang badannya tinggi dan kekar langsung mengendong Lisa tanpa bicara.
"Bawa dia ke toko nak." Ujar kakek. Mereka berempat langsung menyeberang hingga sampai di toko.
Sesampainya di toko Lisa langsung duduk di kursi pelastik.
"Aku ambilin kotal P3K kai." Kata Dian sambil berlari masuk ke dalam. Dion berjongkok menatap Lisa yang terus menangis.
"Diem" kata Dion datar dan memakai bahasa isyarat. Lisa langsung diam dan melihat Dion.
Dion Adinata Perwira, seorang tuna rungu yang di buang oleh orang tua kandungnya karena cacat. Ia seorang pewaris Perwira Group, tapi karena kecacatannya ia di kirim oleh ayah dan ibunya ke tempat sang kakek.
"Ini kotaknya kak." Ujar Dian ke Dion
Dion langsung mengambil kotak P3K dan membersihkan luka Lisa tanpa banyak memandang dan bicara.
Dion bukan tipe lelaki hangat ia sangat dingin dan bisa juga jadi panas.
"Mungkin ini akan pedih tapi tahanlah." Kata Dion pelan bahkan nyaris seperti berbisik.
"Aa..aaaw pedis " ringis Lisa. Dion menatap Lisa dan Lisa langsung terdiam dan menunduk.
****
Rean tersenyum saat mengantarkan mamah dan papahnya di depan pintu. Mereka hendak pulang ke rumah.
"Hati- hati mah, pah... nanti Rean telpon ya." Kata Rean lalu menutup pintu rumahnya. Ia berbalik dan bersandar di pintu
"Hah leganya, mereka pulang.'' Kata Rean.
"Tuan, nona Lisa mulai minggu depan sudah bisa sekolah seperti biasa." Kata Andika
Rean langsung teringat Lisa.
"Ya ampun Dika, Lisa... Lisa masih di jalan tadi aku menurunkannya saat di kejar papah dan mamah." Kata Rean yang langsung membuka pintu rumah danenuju mobilnya "Andika kamu ikut dan bawa beberapa pengawal." Teriak Rean. Rean langsung memasuki mobilnya dan menjalankannya menuju jalan.
Rean merutuki kebodohannya karena lupa. Ia sempat lupa bahwa dirinya memiliki Lisa. Rean menuju jalan yang tadi ia lewati sesampainya di sana ia tidak melihat adanya orang karena hujan deras.
Rean meminggirkan mobilnya dan langsung keluar, tidak perduli jika tubuhnya basah kuyup.
"Lisa." Teriak Rean sambil mencari Lisa. Ia berlari sepanjang trotoar dan masuk ke warung- warung tempat makan ataupun minum tapi Lisa tidak ada.
Rean memukul kepalanya sendiri karena terlalu lama meninggalkan gadis itu dan melupakannya.